Jonan Yakin Tarif Listrik Berbasis Energi Terbarukan Terjangkau
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meyakini bahwa perlahan tarif listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) bisa terjangkau. Selama ini, pengembangan EBT memang kerap berbenturan dengan tarif dan ongkos (cost) nya yang sangat tinggi.
(Baca Juga: 10 Bulan Jadi Menteri, Jonan Pamer Keberhasilan EBT
Keyakinannya tersebut tak main-main. Dia membuktikan sendiri saat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengajukan usulan proyek pembangkit listrik dengan arus laut. Awalnya, Pemprov NTT menawarkan tarif sekitar USD16 sen pre kilowatt hour (kWh) untuk proyek pembangkit listrik dengan arus laut. Jonan pun menolaknya, karena tarif yang ditawarkan sangatlah tinggi dan akan sulit dijangkau oleh pengguna (end user).
"Gubernur NTT itu mengusulkan ke saya pembangkit listrik dengan arus laut. Saya tanya tarifnya berapa, minimal 16 sen per kWh. Saya bilang, kalau USD16 sen silakan minum dan silakan pulang. Kalau bisa di bawah 10 sen kita diskusi," katanya di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (13/9/2017).
Tak mendapatkan respons baik dari Jonan, Pemprov NTT pun kembali dengan tangan kosong. Namun, mereka langsung membuat studi ulang mengenai pemanfaatan arus laut untuk pembangkit listrik. Di studi pertama, kecepatan rata-rata dari pembangkit tersebut adalah sekitar 2,8 meter per detik. Namun, pada studinya yang kedua kecepatan bisa meningkat bahkan hingga di atas 4 meter per detik.
"Studi pertamanya dia, arus laut di Selat Larantuka itu studi pertama kecepatannya rata-rata di bawah 2,8 meter per detik. Setelah studi lagi, mereka mendapatkan rata-rata di atas 4 meter per detik. Bahkan untuk beberapa titik bisa mencapai 5 meter per detik," imbuh dia.
Pemprov NTT, tambahnya juga menawarkan dengan harga yang tidak disangkanya. Dari awalnya sekitar USD16 sen per kWh, dengan kecepatannya bertambah tarifnya pun jadi turun menjadi sekitar USD7,18 sen per kWh. Atas dasar itu, dia pun meyakini bahwa kedepan tarif EBT akan lebih kompetitif.
"Jadi ini refleksi besar teknologi berkembang, dan harganya makin kompetitif. Ini tantangnanya bersaing dengan energi fosil. Kami yakin, dalam waktu singkat tarif renewable energy bisa bersaing dengan energi fosil. Buktinya, USD7,18 sen arus laut," tandasnya.
(Baca Juga: 10 Bulan Jadi Menteri, Jonan Pamer Keberhasilan EBT
Keyakinannya tersebut tak main-main. Dia membuktikan sendiri saat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengajukan usulan proyek pembangkit listrik dengan arus laut. Awalnya, Pemprov NTT menawarkan tarif sekitar USD16 sen pre kilowatt hour (kWh) untuk proyek pembangkit listrik dengan arus laut. Jonan pun menolaknya, karena tarif yang ditawarkan sangatlah tinggi dan akan sulit dijangkau oleh pengguna (end user).
"Gubernur NTT itu mengusulkan ke saya pembangkit listrik dengan arus laut. Saya tanya tarifnya berapa, minimal 16 sen per kWh. Saya bilang, kalau USD16 sen silakan minum dan silakan pulang. Kalau bisa di bawah 10 sen kita diskusi," katanya di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (13/9/2017).
Tak mendapatkan respons baik dari Jonan, Pemprov NTT pun kembali dengan tangan kosong. Namun, mereka langsung membuat studi ulang mengenai pemanfaatan arus laut untuk pembangkit listrik. Di studi pertama, kecepatan rata-rata dari pembangkit tersebut adalah sekitar 2,8 meter per detik. Namun, pada studinya yang kedua kecepatan bisa meningkat bahkan hingga di atas 4 meter per detik.
"Studi pertamanya dia, arus laut di Selat Larantuka itu studi pertama kecepatannya rata-rata di bawah 2,8 meter per detik. Setelah studi lagi, mereka mendapatkan rata-rata di atas 4 meter per detik. Bahkan untuk beberapa titik bisa mencapai 5 meter per detik," imbuh dia.
Pemprov NTT, tambahnya juga menawarkan dengan harga yang tidak disangkanya. Dari awalnya sekitar USD16 sen per kWh, dengan kecepatannya bertambah tarifnya pun jadi turun menjadi sekitar USD7,18 sen per kWh. Atas dasar itu, dia pun meyakini bahwa kedepan tarif EBT akan lebih kompetitif.
"Jadi ini refleksi besar teknologi berkembang, dan harganya makin kompetitif. Ini tantangnanya bersaing dengan energi fosil. Kami yakin, dalam waktu singkat tarif renewable energy bisa bersaing dengan energi fosil. Buktinya, USD7,18 sen arus laut," tandasnya.
(akr)