Perkuat Daya Saing RI lewat Pengembangan Teknologi dan Inovasi
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengutarakan, berdasarkan hasil studi AT Kearney, pengembangan teknologi dan inovasi akan menguatkan daya saing Indonesia dalam upaya menjadi negara yang produktif di masa depan. Dalam hal ini, kekuatan Indonesia terlihat dari penetrasi internet dan pemakaian ponsel.
“Potensi pengembangan tersebut bisa melalui universitas yang berafiliasi sebagai inkubator, industri manufaktur dengan teknologi tinggi dan menengah, intensitas riset, jumlah peneliti,” jelasnya seperti dilansir dalam situs resmi Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jumat (15/9).
Di samping itu, diperlukan pula pengembangan sumber daya manusia (SDM). “Kemenperin telah bekerja sama dengan Tsinghua University Beijing untuk pengembangan SDM dengan pelatihan trainer dan inkubator,” imbuhnya.
Kemudian, dibutuhkan skema perdagangan dan iklim investasi global yang mendukung, kebijakan pemerintah, dan daya beli masyarakat. Pada acara Breakfast Meeting dengan Financial Services and Fintech Delegation Mission US-Indonesia Investment Initiative 2017 AmCham Indonesia, dihadiri beberapa pelaku usaha Amerika Serikat. Antara lain perwakilan dari A&P Global Ratings, Visa, Uber, RGA Reinsurance Company, Google, IBM, Mastercard, MetLife, Chubb Insurance, Chubb Life, dan Transunion.
Di antara mereka ada yang menyatakan minat kerja sama, misalnya pihak Google mengusulkan sistem mentoring untuk program penumbuhan wirausaha. Menperin menyambut baik upaya tersebut, seperti halnya kerja sama perusahaan dengan universitas yang dilakukan oleh Apple. “Pengembangan SDM merupakan program prioritas pemerintah Indonesia, karena banyak potensi masyarakat menjadi wirausaha,” ucap Airlangga.
Selanjutnya, dari pihak Visa tertarik dalam pengembangan startup, yang akan difasilitasi Kemenperin untuk mengembangkan IKM di dalam negeri yang memiliki potensi pasar 250 juta konsumen domestik dan 600 juta penduduk ASEAN. “Marketplace asing yang mau masuk sebagai fintech, harus kerja sama dengan marketplace lokal,” tegasnya.
“Potensi pengembangan tersebut bisa melalui universitas yang berafiliasi sebagai inkubator, industri manufaktur dengan teknologi tinggi dan menengah, intensitas riset, jumlah peneliti,” jelasnya seperti dilansir dalam situs resmi Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jumat (15/9).
Di samping itu, diperlukan pula pengembangan sumber daya manusia (SDM). “Kemenperin telah bekerja sama dengan Tsinghua University Beijing untuk pengembangan SDM dengan pelatihan trainer dan inkubator,” imbuhnya.
Kemudian, dibutuhkan skema perdagangan dan iklim investasi global yang mendukung, kebijakan pemerintah, dan daya beli masyarakat. Pada acara Breakfast Meeting dengan Financial Services and Fintech Delegation Mission US-Indonesia Investment Initiative 2017 AmCham Indonesia, dihadiri beberapa pelaku usaha Amerika Serikat. Antara lain perwakilan dari A&P Global Ratings, Visa, Uber, RGA Reinsurance Company, Google, IBM, Mastercard, MetLife, Chubb Insurance, Chubb Life, dan Transunion.
Di antara mereka ada yang menyatakan minat kerja sama, misalnya pihak Google mengusulkan sistem mentoring untuk program penumbuhan wirausaha. Menperin menyambut baik upaya tersebut, seperti halnya kerja sama perusahaan dengan universitas yang dilakukan oleh Apple. “Pengembangan SDM merupakan program prioritas pemerintah Indonesia, karena banyak potensi masyarakat menjadi wirausaha,” ucap Airlangga.
Selanjutnya, dari pihak Visa tertarik dalam pengembangan startup, yang akan difasilitasi Kemenperin untuk mengembangkan IKM di dalam negeri yang memiliki potensi pasar 250 juta konsumen domestik dan 600 juta penduduk ASEAN. “Marketplace asing yang mau masuk sebagai fintech, harus kerja sama dengan marketplace lokal,” tegasnya.
(akr)