Penyebaran Investasi di Jawa Barat Timpang

Minggu, 24 September 2017 - 21:17 WIB
Penyebaran Investasi di Jawa Barat Timpang
Penyebaran Investasi di Jawa Barat Timpang
A A A
BANDUNG - Penyebaran investasi di Jawa Barat dinilai masih timpang, lebih banyak terpusat di bagian barat dan Bandung Raya. Akibatnya, daerah lain mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung lambat.

Penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang masuk ke Jawa Barat pada 2016 berkisar Rp100 triliun. Sayangnya, dari jumlah tersebut mayoritas terealisasi di Bekasi, Bogor, Karawang, Sukabumi, dan Bandung Raya.

Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi mengatakan, ketimpangan investasi di Jawa Barat menyebabkan daerah lainnya kurang begitu menarik bagi investor.

"Wilayah utara dan selatan sangat terbelakang. Sedikit investor yang masuk daerah tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Jabar selatan kurang begitu menggembirakan," beber Acuviarta, Minggu (24/9/2017).

Kendati demikian, dia menaruh harapan besar atas pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Majalengka. Proyek tersebut diharapkan menjadi daya ungkit bagi kawasan Jawa Barat bagian utara dan selatan untuk menarik investor.

Menurut dia, bila kawasan selatan dikembangkan, akan tumbuh pusat ekonomi baru untuk mendongkrak pendapatan masyarakat. Pemerintah daerah juga bisa memobilisasi potensi yang ada, baik itu pariwisata, industri, perdagangan, atau pertanian.

"Diharapkan akan tumbuh pusat-pusat ekonomi. Misalnya di Pangandaran dan Pelabuhanratu. Walaupun, transformasi ke arah sana tidak bisa cepat karena terkendala infrastuktur," jelas Acuviarta.

Dia mencontohkan, minimnya investasi yang masuk ke Jabar selatan menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Tasikmalaya belum begitu menggembirakan. Tasikmalaya justru tercatat sebagai daerah dengan pendapatan tertimpang di Indonesia.

Berbeda dengan Bandung Raya, investasi di ibu kota Provinsi Jawa Barat ini terus mengalami peningkatan. Kota ini menjadi kota jasa dengan pertumbuhan ekonomi cukup baik di Jabar. Walaupun, untuk mendongkrak ekonomi kawasan perlu pembangunan infrastruktur yang memadai.

"Sebelum ada Tol Cipularang, pertumbuhan ekonomi di Bandung rata-rata 5%. Setelah ada tol, Bandung pernah mencatat pertumbuhan ekonomi hingga 12%. Artinya ada dampak pisitif dari pembangunan tol. Kendati ada juga sisi negatif dari masuknya investasi di Bandung," imbuh dia.

Daerah lain di Jawa Barat, kata dia, mestinya memanfaatkan potensi yang ada untuk ditawarkan kepada investor. Enggannya investor masuk ke Jabar bagian barat karena banyaknya biaya yang mesti dibayar, mestinya bisa menjadi daya tawar untuk daerah lainnya.

Lebih lanjut Acuviarta menjelaskan, banyak manfaat bila ketimpangan investasi di Jabar semakin di perkecil. Salah satunya penyerapan tenaga kerja di daerah. Apalagi, Jawa Barat termasuk provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia mencapai 45 juta orang.

"Saat ini, angkatan kerja di Jabar mencapai 35 juta orang. Sementara mereka yang menganggur mencapai 1,9 juta orang. Bagaimana ekonomi akan membaik bila pengangguran semakin banyak. Belum lagi melihat perkembangan ekonomi saat ini yang cenderung stagnan, diprediksi akan memicu pengangguran baru," beber dia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5773 seconds (0.1#10.140)