Alumni ITB Sebut Hanya 30 Perusahaan Nasional Tahan Krisis

Selasa, 26 September 2017 - 16:11 WIB
Alumni ITB Sebut Hanya...
Alumni ITB Sebut Hanya 30 Perusahaan Nasional Tahan Krisis
A A A
JAKARTA - Tidak banyak perusahaan nasional yang tahan menghadapi krisis ekonomi 2008 dan 2014. Dari 600 perusahaan nasional yang didata, hanya 30 perusahaan nasional yang survive hingga saat ini.

Salah satu alumni ITB angkatan 1977 yang juga menjabat Direktur Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Perioritas (KPPIP) Triharyo Susilo menyebut profile ke-30 perusahaan itu dikupas dalam buku karya para alumni. Buku itu diberi judul, Korporasi Tangguh Indonesia.

"Kebetulan hari ini 40 tahun alumni ITB angkatan 77. Dalam rangka 40 tahun ini kami menulis buku yang bermanfaat bagi Indonesia. Kami mencari perusahaan Indonesia, pada saat krisis 2008 dan 2014 itu justru kinerjanya melejit. Apalagi, saat itu di dunia ada krisis ekonomi global," ungkapnya di Jakarta, Selasa (26/9/2017).

Dia menuturkan, pada 2008 terjadi Lehman Shock dan 2014 ada krisis ekonomi dan ternyata seleksi data 600 perusahaan publik, hanya ada 30 perusahaan yang tangguh dengan ciri yang hampir sama.

"Satu marketnya sangat tajam, ceruk pasarnya tajam. Menjual produk yang sangat spesifik sekali. Contohnya, PT Alkindo Naratama, itu perusahaan hebat yang membuat produk karton untuk gulungan benang dan diekspor ke seluruh dunia," ujarnya.

Faktor kedua, kata Triharyo, inovatif. Para perusahaan itu membuat inovasi yang sangat baik. Contohnya PT Sepatu Bata yang membuat sepatu untuk anak-anak yang inovasi dari sisi pemasaran. Kemudian, PT Bukit Adam, BUMN tambang yang tangguh saat krisis. Karena inovasinya otomatisasi penambangan.

"Ketiga, mengikuti masukan pelanggan dalam rangka mengontrol proses produksinya. PT Alkindo Narotama itu menaruh orang di perusahaan tekstil di dunia. Sehingga tahu ukuran, bahan dan model yang diperlukan perusahaan," kata dia.

Kemudian faktor empat, perusahaan mempunyai roh. Di mana, roh bukan slogan melainkan digambarkan dalam visi dan misinya. Faktor kelima yaitu hemat dan faktor terkahir merawat karyawan.

"Ada dua sisi, satu mereka dibina dan dididik. Semua perusahaan tangguh itu punya sekolahan dan univeraitas. Sekolah dalam perusahaan itu ada. Setelah lulus sekolah dapat dikaryakan. Kedua merawat karyawan, dengan mengukur kinerja," kata dia.

Makanya, Triharyo berharap buku yang ditulis alumni ITB angkatan 77 bisa menjadi aspirasi pelaku bisnis seperti yang pernah terjadi di Amerika pada 1982. Saat itu lahirnya ide kalau Amerika ingin hebat maka kemampuan pioner menerobos hal baru. Maka muncullah Microsoft, google, intel dan perusahaan lain.

"Pesan kami, Indonesia itu berbudaya tajam, ditail dan fokus untuk dapat bersaing dengan ekonomi dunia. Ada patung dan candi Borobudur, Pprambanan dan batik. Contoh ekpor perhiasan melejit," tuturnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0703 seconds (0.1#10.140)