Bank Indonesia Memprediksi September Kembali Deflasi
Bank Indonesia Memprediksi September Kembali Deflasi
A
A
A
BANDUNG - Bank Indonesia (BI) memprediksi Indeks Harga Konsumen (IHK) di bulan September 2017 berpotensi kembali mengalami deflasi. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan ketiga bulan September, inflasi tercatat rendah yakni 0,02%.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan, adanya potensi deflasi di bulan September 2017 ini disebabkan oleh semua komponen komoditas pangan yang menunjukkan kondisi stabil. Selain itu, kelancaran distribusi juga terjaga, serta diskusi yang melibatkan kementerian dan BI terus berjalan dengan baik.
"Ini upaya kita menjaga inflasi agar tetap stabil dan rendah," kata Agus di Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/9/2017). Dia melanjutkan, saat ini Indonesia sudah mengarah pada inflasi yang lebih terkendali meski administered price dari Januari hingga Juli masih tinggi.
"Dan kita tahu sebetulnya bahwa untuk volatile food beberapa komoditas juga cukup tinggi. Jadi kami melihat adalah satu koneksi dimana kalau naik memang terekam dalam bentuk inflasi meningkat dan kalau menurun tercermin dari kondisi deflasi dari komoditi-komoditi itu," terangnya.
Terkait core inflation yang berada dibawah 5%, menurut Agus hal tersebut sejalan dengan ekspektasi inflasi. Terlebih, semua aspek dari dampak harga komoditas pada impor Indonesia menunjukkan bahwa core inflation mengalami perbaikan.
Ke depan, Agus memperkirakan inflasi tetap rendah dan berada dalam kisaran sasaran inflasi, yang didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi, relatif stabilnya nilai tukar rupiah, dan tren menurunnya inflasi global. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada dalam kisaran yang ditetapkan, yaitu 4,0±1% tahun 2017 serta 3,5±1% tahun 2018 dan 2019.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan, adanya potensi deflasi di bulan September 2017 ini disebabkan oleh semua komponen komoditas pangan yang menunjukkan kondisi stabil. Selain itu, kelancaran distribusi juga terjaga, serta diskusi yang melibatkan kementerian dan BI terus berjalan dengan baik.
"Ini upaya kita menjaga inflasi agar tetap stabil dan rendah," kata Agus di Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/9/2017). Dia melanjutkan, saat ini Indonesia sudah mengarah pada inflasi yang lebih terkendali meski administered price dari Januari hingga Juli masih tinggi.
"Dan kita tahu sebetulnya bahwa untuk volatile food beberapa komoditas juga cukup tinggi. Jadi kami melihat adalah satu koneksi dimana kalau naik memang terekam dalam bentuk inflasi meningkat dan kalau menurun tercermin dari kondisi deflasi dari komoditi-komoditi itu," terangnya.
Terkait core inflation yang berada dibawah 5%, menurut Agus hal tersebut sejalan dengan ekspektasi inflasi. Terlebih, semua aspek dari dampak harga komoditas pada impor Indonesia menunjukkan bahwa core inflation mengalami perbaikan.
Ke depan, Agus memperkirakan inflasi tetap rendah dan berada dalam kisaran sasaran inflasi, yang didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi, relatif stabilnya nilai tukar rupiah, dan tren menurunnya inflasi global. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada dalam kisaran yang ditetapkan, yaitu 4,0±1% tahun 2017 serta 3,5±1% tahun 2018 dan 2019.
(ven)
Explore More