Mengembalikan Maluku Sebagai Pusat Kejayaan Rempah-rempah
A
A
A
AMBON - Maluku dan Maluku Utara dikenal sebagai pusat rempah-rempah dunia di masa lampau. Komoditas cengkih, lada, pala, dan kopi mengundang bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda, dan Inggris untuk menjelajah dan menjajah ke sana. Mengembalikan kejayaan masa lalu, Presiden Joko Widodo mengamanatkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk mengemban tugas: menjadikan Maluku dan Maluku Utara sebagai Pusat Kejayaan Jalur Rempah-rempah.
Ikhtiar ini dideklarasikan oleh Mentan Amran, Gubernur Maluku Said Assagaff, Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo, Kapolda Maluku Irjen Pol Deden Juhara, puluhan stakeholder lainnya dan ribuan masyarakat Maluku di Gedung Islamic Center, Kawasan Waihaong, Kecamatan Nusaniwe Ambon, Maluku.
Untuk mengawali program dan kebijakan ini, Pemerintah pusat mengucurkan anggaran senilai Rp200 miliar, dari anggaran yang sudah ditargetkan sebesar Rp5,5 triliun. "Bapak Presiden sudah memberikan perintah untuk budget anggarannyaRp5,5 triliun," ungkapnya, Rabu (4/10/2017).
Menurut Mentan, untuk mengawal anggaran sebesar itu, Pempus akan melibatkan seluruh stakeholder yang ada di daerah. Mulai dari unsur pemuda hingga TNI dan Polri. Dia mengaku, program yang dilakukan tersebut merupakan kelanjutan dari Program Emas Hijau dan Emas Biru yang dirintis Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo.
Ia memastikan, jika program ini berjalan dengan baik, maka petani di Maluku akan sejahtera. Untuk itu, Amran mengajak seluruh masyarakat bersatu dan bekerja sama dalam mewujudkan program di atas. "Nah, kalau bangsa ini bersatu, saya pastikan kita bisa mengembalikan kejayaan itu dan petani Indonesia, khususnya di Maluku dan Maluku Utara akan sejahtera," ujar Amran.
Menurut penghitungan Pemerintah Pusat, ketika Indonesia kembali berjaya di jalur rempah-rempah, maka dampaknya sangat luar biasa karena satu komoditas rempah-rempah bisa menyerap banyak petani. Apalagi Maluku memiliki ragam komoditas rempah-rempah seperti lada, cengkih, dan kopi yang saat ini berada di urutan keempat dunia. "Kita akan kembalikan menjadi nomor dua, bila perlu nomor satu," tegasnya.
Amran pun meminta Indonesia untuk tidak kalah dengan Vietnam, dimana negara ini pernah berguru kepada Indonesia, namun dari sisi produktivitasnya, saat ini Vietnam sudah melambung Indonesia dan naik di urutan dua dunia. Dimana, produktivitas kopi mereka naik menjadi 2,4 ton per hektare, sementara Indonesia hanya bertengger di angka 0,6 per hektare.
Karena itu, Amran meminta produktivitas kopi harus dinaikkan menjadi 1,5 ton per hektare. Dengan demikian Indonesia bisa merebut posisi satu dunia. "Hal ini harus kita genjot. Presiden ingin kita kejar target ini. Untuk itu anggarannya akan kita genjot juga," katanya.
Untuk mewujudkan impian ini, Amran meminta ada pendampingan bagi para petani dari mahasiswa, akademis, para pemuda, TNI dan Polri. Kerja sama semua pihak ini untuk melakukan fondasi yaitu bibit komoditas rempah yang baik dan budidaya yang juga baik. Dan akan dilakukan evaluasi secara bersama untuk mereview program ini secara berkala agar Indonesia tidak akan menyesal kemudian karena gagal memanfaatkan sumber daya rempah-rempahnya.
Ikhtiar ini dideklarasikan oleh Mentan Amran, Gubernur Maluku Said Assagaff, Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo, Kapolda Maluku Irjen Pol Deden Juhara, puluhan stakeholder lainnya dan ribuan masyarakat Maluku di Gedung Islamic Center, Kawasan Waihaong, Kecamatan Nusaniwe Ambon, Maluku.
Untuk mengawali program dan kebijakan ini, Pemerintah pusat mengucurkan anggaran senilai Rp200 miliar, dari anggaran yang sudah ditargetkan sebesar Rp5,5 triliun. "Bapak Presiden sudah memberikan perintah untuk budget anggarannyaRp5,5 triliun," ungkapnya, Rabu (4/10/2017).
Menurut Mentan, untuk mengawal anggaran sebesar itu, Pempus akan melibatkan seluruh stakeholder yang ada di daerah. Mulai dari unsur pemuda hingga TNI dan Polri. Dia mengaku, program yang dilakukan tersebut merupakan kelanjutan dari Program Emas Hijau dan Emas Biru yang dirintis Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo.
Ia memastikan, jika program ini berjalan dengan baik, maka petani di Maluku akan sejahtera. Untuk itu, Amran mengajak seluruh masyarakat bersatu dan bekerja sama dalam mewujudkan program di atas. "Nah, kalau bangsa ini bersatu, saya pastikan kita bisa mengembalikan kejayaan itu dan petani Indonesia, khususnya di Maluku dan Maluku Utara akan sejahtera," ujar Amran.
Menurut penghitungan Pemerintah Pusat, ketika Indonesia kembali berjaya di jalur rempah-rempah, maka dampaknya sangat luar biasa karena satu komoditas rempah-rempah bisa menyerap banyak petani. Apalagi Maluku memiliki ragam komoditas rempah-rempah seperti lada, cengkih, dan kopi yang saat ini berada di urutan keempat dunia. "Kita akan kembalikan menjadi nomor dua, bila perlu nomor satu," tegasnya.
Amran pun meminta Indonesia untuk tidak kalah dengan Vietnam, dimana negara ini pernah berguru kepada Indonesia, namun dari sisi produktivitasnya, saat ini Vietnam sudah melambung Indonesia dan naik di urutan dua dunia. Dimana, produktivitas kopi mereka naik menjadi 2,4 ton per hektare, sementara Indonesia hanya bertengger di angka 0,6 per hektare.
Karena itu, Amran meminta produktivitas kopi harus dinaikkan menjadi 1,5 ton per hektare. Dengan demikian Indonesia bisa merebut posisi satu dunia. "Hal ini harus kita genjot. Presiden ingin kita kejar target ini. Untuk itu anggarannya akan kita genjot juga," katanya.
Untuk mewujudkan impian ini, Amran meminta ada pendampingan bagi para petani dari mahasiswa, akademis, para pemuda, TNI dan Polri. Kerja sama semua pihak ini untuk melakukan fondasi yaitu bibit komoditas rempah yang baik dan budidaya yang juga baik. Dan akan dilakukan evaluasi secara bersama untuk mereview program ini secara berkala agar Indonesia tidak akan menyesal kemudian karena gagal memanfaatkan sumber daya rempah-rempahnya.
(ven)