Suku Bunga Kredit Ogah Ikuti Penurunan BI 7-Day Repo Rate
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) tahun ini telah dua kali menurunkan tingkat suku bunga acuannya (BI 7-day repo rate) sebanyak 50 basis poins (bps). Namun, transmisi kebijakan yang dilakukan BI tersebut masih belum diikuti penurunan suku bunga kredit perbankan.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, sejak BI mulai turunkan suku bunganya pada Januari 2016, suku bunga deposito baru urun 145 bps dan suku bunga kredit hanya turun 110 bps.
"Artinya transmisi itu relatif lambat, khususnya ke subung kredit," katanya dalam acara Economic and Banking Outlook di Hotel Le Meredien, Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi terhadap pembiayaan pasar keuangan. Tahun ini, pembiayaan di pasar keuangan tumbuh lebih dari 50% khususnya lewat obligasi, MTN, dan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO).
Kondisi tersebut, kata Dody, memberikan gambaran bahwa investor mencari pembiayaan di luar perbankan yang lebih murah dibanding suku bunga kredit perbankan. "Jadi, itu memberikan gambaran mereka melakukan financing di luar perbankan, yang secara cost lebih murah dari suku bunga bank. Jadi, sudah jelas sekali kenapa suku bunga kredit tidak turun," imbuhnya.
Atas dasar hal tersebut, BI memperkirakan suku bunga kredit hingga akhir tahun hanya bisa tumbuh di kisaran 8% hingga 10%. "Sehingga, cerminannya ada di pertumbuhan ekonomi kita yang mungkin hanya tumbuh di kisaran 5,1%-5,4%," kata dia.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, sejak BI mulai turunkan suku bunganya pada Januari 2016, suku bunga deposito baru urun 145 bps dan suku bunga kredit hanya turun 110 bps.
"Artinya transmisi itu relatif lambat, khususnya ke subung kredit," katanya dalam acara Economic and Banking Outlook di Hotel Le Meredien, Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi terhadap pembiayaan pasar keuangan. Tahun ini, pembiayaan di pasar keuangan tumbuh lebih dari 50% khususnya lewat obligasi, MTN, dan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO).
Kondisi tersebut, kata Dody, memberikan gambaran bahwa investor mencari pembiayaan di luar perbankan yang lebih murah dibanding suku bunga kredit perbankan. "Jadi, itu memberikan gambaran mereka melakukan financing di luar perbankan, yang secara cost lebih murah dari suku bunga bank. Jadi, sudah jelas sekali kenapa suku bunga kredit tidak turun," imbuhnya.
Atas dasar hal tersebut, BI memperkirakan suku bunga kredit hingga akhir tahun hanya bisa tumbuh di kisaran 8% hingga 10%. "Sehingga, cerminannya ada di pertumbuhan ekonomi kita yang mungkin hanya tumbuh di kisaran 5,1%-5,4%," kata dia.
(izz)