Harga Minyak Naik Setelah Arab Saudi Menurunkan Produksi
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah pada Senin (9/10/2017) naik tipis setelah Arab Saudi pada Jumat lalu menurunkan produksi emas hitamnya sebesar 2%. Arab Saudi diperkirakan akan terus menahan hasil minyaknya di level bawah untuk mengatrol harga karena Amerika Serikat kembali meningkatkan jumlah rig pengeboran minyak.
Mengutip dari Reuters, pelabuhan minyak, produsen, dan penyulingan minyak di Louisiana, Mississippi dan Alabama membuka kembali fasilitas minyak, setelah sempat tutup akibat Badai Nate.
Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan naik 15 sen atau 0,3% menjadi USD49,44 per barel pada pukul 00:15 GMT. Harga minyak mentah berjangka Brent International meningkat 8 sen atau 0,14% menjadi USD55,70 per barel.
Analis pun mengatakan Arab Saudi akan menjaga komitmen untuk mendukung kenaikan harga si emas hitam dengan menahan produksi demi mencegah menurunnya harga minyak mentah lebih lanjut.
"Kami yakin Arab Saudi akan terus mendukung pasar minyak hingga penjualan saham Aramco," kata penasihat Shane Channel, ekuitas dan derivatif di ASR Wealth Advisers.
Raksasa minyak milik negara Saudi, Aramco berencana menahan produksi minyak sekitar 5%, sampai dengan perusahaan tersebut melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) pada tahun depan.
Mengutip dari Reuters, pelabuhan minyak, produsen, dan penyulingan minyak di Louisiana, Mississippi dan Alabama membuka kembali fasilitas minyak, setelah sempat tutup akibat Badai Nate.
Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan naik 15 sen atau 0,3% menjadi USD49,44 per barel pada pukul 00:15 GMT. Harga minyak mentah berjangka Brent International meningkat 8 sen atau 0,14% menjadi USD55,70 per barel.
Analis pun mengatakan Arab Saudi akan menjaga komitmen untuk mendukung kenaikan harga si emas hitam dengan menahan produksi demi mencegah menurunnya harga minyak mentah lebih lanjut.
"Kami yakin Arab Saudi akan terus mendukung pasar minyak hingga penjualan saham Aramco," kata penasihat Shane Channel, ekuitas dan derivatif di ASR Wealth Advisers.
Raksasa minyak milik negara Saudi, Aramco berencana menahan produksi minyak sekitar 5%, sampai dengan perusahaan tersebut melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) pada tahun depan.
(ven)