Negara Miskin Dapat Tingkatkan Pendapatan Lewat Migrasi
A
A
A
JAKARTA - Bank Dunia menyatakan, dimanapun para pekerja ingin bermigrasi di kawasan ASEAN, mereka menghadapi biaya mobilitas beberapa kali lipat dari upah rata-rata tahunan. Perbaikan dalam proses migrasi dapat meringankan biaya ini bagi calon migran, dan membantu negara-negara tersebut untuk lebih baik dalam menanggapi kebutuhan pasar tenaga kerja.
(Baca Juga: Migrasi di ASEAN Meroket, Terbanyak Menuju Tiga Negara Ini)
Ekonom Bank Dunia untuk Social Protection and Jobs Global Practice Mauro Testaverde mengatakan, mobilitas tenaga kerja bisa memberi dampak signifikan bagi prospek ekonomi kawasan. Karena, migrasi dapat memberi kesempatan kepada individu dari negara-negara berpenghasilan rendah untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Dia memperkirakan pengurangan hambatan mobilitas akan meningkatkan kesejahteraan pekerja sebesar 14% jika hanya mengikutsertakan pekerja berketerampilan tinggi, dan 29% jika mencakup semua pekerja.
"Berbagai kebijakan lain yang bisa diterapkan untuk meningkatkan mobilitas pekerja. Diperlukan lebih banyak pengawasan terhadap agen perekrutan di kawasan ini," ujarnya di Jakarta, Senin (9/10/2017).
(Baca Juga: Migrasi Bikin Uang Puluhan Miliar Dolar Bertebaran di ASEAN)
Menurutnya, sistem pendukung yang sangat maju di Filipina bisa dijadikan contoh bagi negara lain. Indonesia dapat meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dan merampingkan prosedur.
Sementara, Vietnam dapat menarik keuntungan dari adanya strategi migrasi nasional untuk memandu reformasi. Penyederhanaan proses formal dapat mengurangi biaya migrasi keluar, terutama di negara-negara dengan penghasilan lebih rendah seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar.
"Negara penerima juga dapat membuat langkah-langkah untuk memaksimalkan manfaat dari mobilitas tenaga kerja," kata Mauro.
Adapun Malaysia dapat menyesuaikan kebijakan migrasi dengan kebutuhan ekonomi negara
tersebut, termasuk merevisi sistem retribusi juga dengan memperkuat koordinasi dengan negaranegara pengirim. Lalu, Thailand dapat mengubah status migran yang tidak memiliki dokumen menjadi resmi dan menurunkan biaya terkait prosedur masuk.
"Sementara bagi Singapura yang telah mengembangkan sistem migrasi sangat maju dan telah berfungsi dengan baik, kesejahteraan pekerja migran tetap harus diperhatikan," pungkasnya.
(Baca Juga: Migrasi di ASEAN Meroket, Terbanyak Menuju Tiga Negara Ini)
Ekonom Bank Dunia untuk Social Protection and Jobs Global Practice Mauro Testaverde mengatakan, mobilitas tenaga kerja bisa memberi dampak signifikan bagi prospek ekonomi kawasan. Karena, migrasi dapat memberi kesempatan kepada individu dari negara-negara berpenghasilan rendah untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Dia memperkirakan pengurangan hambatan mobilitas akan meningkatkan kesejahteraan pekerja sebesar 14% jika hanya mengikutsertakan pekerja berketerampilan tinggi, dan 29% jika mencakup semua pekerja.
"Berbagai kebijakan lain yang bisa diterapkan untuk meningkatkan mobilitas pekerja. Diperlukan lebih banyak pengawasan terhadap agen perekrutan di kawasan ini," ujarnya di Jakarta, Senin (9/10/2017).
(Baca Juga: Migrasi Bikin Uang Puluhan Miliar Dolar Bertebaran di ASEAN)
Menurutnya, sistem pendukung yang sangat maju di Filipina bisa dijadikan contoh bagi negara lain. Indonesia dapat meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dan merampingkan prosedur.
Sementara, Vietnam dapat menarik keuntungan dari adanya strategi migrasi nasional untuk memandu reformasi. Penyederhanaan proses formal dapat mengurangi biaya migrasi keluar, terutama di negara-negara dengan penghasilan lebih rendah seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar.
"Negara penerima juga dapat membuat langkah-langkah untuk memaksimalkan manfaat dari mobilitas tenaga kerja," kata Mauro.
Adapun Malaysia dapat menyesuaikan kebijakan migrasi dengan kebutuhan ekonomi negara
tersebut, termasuk merevisi sistem retribusi juga dengan memperkuat koordinasi dengan negaranegara pengirim. Lalu, Thailand dapat mengubah status migran yang tidak memiliki dokumen menjadi resmi dan menurunkan biaya terkait prosedur masuk.
"Sementara bagi Singapura yang telah mengembangkan sistem migrasi sangat maju dan telah berfungsi dengan baik, kesejahteraan pekerja migran tetap harus diperhatikan," pungkasnya.
(izz)