AT&T Andalkan Konektivitas, Virtualisasi, dan Teknologi Komputer

Selasa, 17 Oktober 2017 - 16:17 WIB
AT&T Andalkan Konektivitas,...
AT&T Andalkan Konektivitas, Virtualisasi, dan Teknologi Komputer
A A A
TEXAS - EKONOMI digital bukan suatu kecelakaan yang datang tiba-tiba. Tapi, itu menjadi anugerah bagi industri teknologi yang merespons dengan skala besar-besaran. Seperti AT&T yang berinvestasi USD140 miliar antara 2009 hingga 2014 untuk membangun jaringan telekomunikasi di seluruh AS.

Kini, jaringan tersebut menjadi modal berkembangnya inovasi bagi Silicon Valley dan munculnya sejumlah industri teknologi baru. Transformasi AT&T itu dilaksanakan saat kepemimpinan Chairman, CEO, dan Presiden AT&T Randall Stephenson yang menjabat sejak 9 Mei 2007. Di bawah kepemimpinannya, Stephenson selalu menekankan konektivitas instan, virtualisasi, dan memanfaatkan teknologi komputer. Ditambah dengan meningkatkan kemampuan karyawan agar mengikuti kelas peningkatan keahlian menjadi AT&T supaya tumbuh semakin kuat.

Hingga awal 2012, Stephenson mampu mewujudkan AT&T sebagai perusahaan komunikasi terintergrasi dengan 280.000 karyawan yang telah me miliki keahlian lebih. Visi 2020 yang di kembangkan Stephenson adalah mengombinasikan ruang kelas berbasis pelajaran online dengan mengembangkan jaringan digital dan untuk meningkatkan kemampuan teknologi masyarakat. Visi yang dikembangkan Stephenson bukan sekadar mengejar keuntungan perusahaan, tapi pemberdayaan masyarakat.

Pria di belakang transformasi AT&T adalah seorang akuntan yang halus berbicara dan lahir di Moore, Oklahoma. Lelaki itu memiliki ayah yang menjalankan bisnis pakan ternak. Dia adalah Stephenson. Prestasi dan pencapaian itu juga dikarenakan Stephenson yang sangat mengidolakan ayahnya di mana dia belajar tentang risiko.

“Ayah saya selalu mengatakan kepada saya bahwa kamu tidak pernah sukses hingga kamu mengalami banyak kegagalan hingga kamu memiliki kegagalan besar di mana kamu akan khawatir,” kata Stephenson, mengenang nasihat ayahnya. “Ayah saya mendorong saya untuk selalu mengambil risiko,” ungkapnya.

Tidak ada yang salah ketika Stephenson mengarahkan AT&T dengan fokus ponsel pintar. Begitu banyak uang perusahaan untuk membeli lisensi dalam rangka mengoperasikan jaringan wireless. Selama dia memimpin, AT&T sudah menghabiskan USD40 miliar untuk membeli lisensi jaringan wireless dan membangun spektrum.

“Itu semua berkaitan dengan kecepatan sehingga mampu mengakomodasi ponsel dan memfasilitasi layanan video,” ungkapnya.

Menurut dia, video adalah masa depan. “Kemampuan orang untuk melihat video di mana pun dan kapan pun mereka inginkan. Kita berada di titik itu saat ini,” ujar Stephenson, dilansir Chief Executive.

Bukan hanya itu, AT&T juga membeli Direct TV karena itu merupakan penyedia layanan televisi berbayar terbesar di dunia. Itu bukan karena Stephenson menyukai teknologi satelit. “Teknologi satelit juga memberikan kita keunikan di mana orang bisa mengembangkan dan membuat konten,” ujarnya.

Bayangkan saja, penggabungan antara penyedia televisi berbayar terbesar di dunia dan penyedia layanan ponsel pintar terbesar di dunia. “Itu merupakan pernikahan yang unik dengan mitra yang memiliki konten,” papar Stephenson.

Nantinya, AT&T akan hadir dengan kategori baru di mana televisi berada di mana dan video ada di mana-mana. “Kita menawarkan kepada pelanggan, yakni video yang murah dengan tontonan dan gambar berkualitas,” tuturnya.

Dalam pandangan analis dari Equities.com, Jack Kagan, AT&T awalnya fokus ke ponsel pintar dan menjadi penyedia layanan tersebut selama bertahun-tahun. Kini, mereka juga mampu menjadi pemimpin dalam transformasi tersebut dan fokus pada bisnis jaringan.

"AT&T menjadi pemain terdepan bukan karena mereka terus memperbesar perusahaan, tapi melakukan transformasi dalam keseluruhan industri telekomunikasi,” paparnya.

Kemudian, ketika banyak perusahaan mencari investor untuk bergabung dengan perusahaannya, tidak demikian dengan AT&T, perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia. Mereka justru terus berinvestasi. Apalagi, niat dan tekad investasi itu juga didorong dengan kebijakan reformasi pajak yang digulirkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Chairman, CEO, dan Presiden AT&T Randall Stephenson menegaskan perusahaannya akan berinvestasi USD22 miliar di AS pada tahun ini. “Saya tidak berpikir kita ini unik. Saya berpikir kamu akan melihat ini terjadi di seluruh industri dan semua pemain di industri kita,” ujar Stephenson, kepada CNBC.

Penegasan Stephenson itu setelah diundang ke Gedung Putih untuk bertemu dengan Presiden Trump. Mereka berdiskusi tentang potensi dampak perkembangan teknologi terhadap pekerja industri di AS. Saat itu juga Trump membeberkan reformasi pajak yang akan diberlakukan pada akhir tahun ini. Salah satunya reformasi itu adalah pemotongan tingkat pajak korporasi.

Sementara itu, AT&T merupakan konglomerasi telekomunikasi multinasional yang berpusat di Whitacre Tower di Dallas, Texas. AT&T kini merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia. AT&T menjadi penyedia layanan telepon seluler terbesar kedua dan penyedia layanan telepon kabel terbesar di AS. Perusahaan itu juga merupakan operasi televisi berbayar terbesar di AS.

Di Texas, AT&T merupakan perusahaan terbesar kedua setelah Exxon Mobil. Pada Februari 2017, AT&T menjadi perusahaan terbesar ke-12 di seluruh dunia dilihat dari pendapatan, keuntungan, aset, dan nilai pasar.

Dilihat dari pendapatan, AT&T menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia. Pada 2017, mereka juga masuk 18 operator telekomunikasi terbesar di dunia dengan 134 pelanggan. AT&T menduduki peringkat keempat pada 2017 sebagai brand paling berharga versi Brand Finance.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7154 seconds (0.1#10.140)