Tiga Tahun Jokowi-JK, Sektor EBT Makin Menggeliat
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan paparan capaian tiga tahun pemerintahan Jokowi Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) di sektor Energi Baru Terbaruan dan Konservasi Energi (EBTKE).
Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana mengatakan bahwa sektor EBTKE mengalami peningkatan signifikan. Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) terpasang mengalami kenaikan signifikan.
Pada 2014, kapasitasnya hanya 1.403,5 mega watt (MW), hingga Oktober 2017 kapasitasnya telah mencapai 1.808,5 MW. "Di akhir tahun ada tambahan dari PLTP Ulubelu 4 berkapasitas 55 MW dan PLTP Sarulla 2 110 MW," ujar dia dalam rilisnya, Jakarta, Minggu (29/10/2017).
Sementara, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang pada 2014 hanya kapasitas 122,7 MW, kini kapasitas terpasangnya mencapai 259,8 MW.
Sedangkan, untuk Pembangkit Tenaga Listrik Bioenergi pada 2014 kapasitasnya sekitar 898,5 MW. Untuk saat ini, kapasitasnya tercatat sebanyak 1.812 MW dengan kenaikan tertinggi terjadi pada 2015 yang tercatat menjadi 1.767,1 MW.
Kenaikan pembangkit bioenergi dari tahun ke tahun tidak signifikan karena kebanyakan berasal dari biomassa dan biogas yang berada di perkebunan kelapa sawit.
Rida mengatakan, kendalanya kapasitas yang relatif kecil yakni 1 MW. Selain itu, ada kendala jarak pabrik dengan transmisi PLN cukup jauh, sehingga tidak ekonomis untuk dikembangkan.
Pada 2017 sebanyak 1,67 juta kiloliter (KL) biodiesel terserap. Jumlah tersebut menurun dibanding tahun lalu yang sekitar 3,65 juta KL. Meski begitu, Rida optimistis pengembangan biofuel akan berjalan baik. Hal ini bisa dilihat dari bertambahnya jumlah pemasok biodiesel.
"Ini artinya investasi dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu ada nilai tambah CPO karena bisa diserap untuk biodiesel," imbuhnya.
Saat ini, kuota biodiesel diberlakukan per enam bulan. Kementerian ESDM menetapkan kuota pengadaan biodiesel bersubsidi periode November 2017 hingga April 2018 sebesar 1.407.778 kiloliter (kl). Jumlah tersebut bertambah 30.030 kl dibanding periode sebelumnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan menegaskan, pemerintah tetap fokus untuk mengejar target bauran energi senilai 23% pada 2025 dari subsektor EBT, dan ditargetkan dalam tiga tahun mendatang mencapai 17%-18%.
"Kami masih berkomitmen, bauran energi sebesar 23 persen pada 2025. Kami yakin dalam tiga tahun mendatang akan mencapai 17% hingga 18%," ujarnya beberapa waktu lalu.
Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana mengatakan bahwa sektor EBTKE mengalami peningkatan signifikan. Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) terpasang mengalami kenaikan signifikan.
Pada 2014, kapasitasnya hanya 1.403,5 mega watt (MW), hingga Oktober 2017 kapasitasnya telah mencapai 1.808,5 MW. "Di akhir tahun ada tambahan dari PLTP Ulubelu 4 berkapasitas 55 MW dan PLTP Sarulla 2 110 MW," ujar dia dalam rilisnya, Jakarta, Minggu (29/10/2017).
Sementara, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang pada 2014 hanya kapasitas 122,7 MW, kini kapasitas terpasangnya mencapai 259,8 MW.
Sedangkan, untuk Pembangkit Tenaga Listrik Bioenergi pada 2014 kapasitasnya sekitar 898,5 MW. Untuk saat ini, kapasitasnya tercatat sebanyak 1.812 MW dengan kenaikan tertinggi terjadi pada 2015 yang tercatat menjadi 1.767,1 MW.
Kenaikan pembangkit bioenergi dari tahun ke tahun tidak signifikan karena kebanyakan berasal dari biomassa dan biogas yang berada di perkebunan kelapa sawit.
Rida mengatakan, kendalanya kapasitas yang relatif kecil yakni 1 MW. Selain itu, ada kendala jarak pabrik dengan transmisi PLN cukup jauh, sehingga tidak ekonomis untuk dikembangkan.
Pada 2017 sebanyak 1,67 juta kiloliter (KL) biodiesel terserap. Jumlah tersebut menurun dibanding tahun lalu yang sekitar 3,65 juta KL. Meski begitu, Rida optimistis pengembangan biofuel akan berjalan baik. Hal ini bisa dilihat dari bertambahnya jumlah pemasok biodiesel.
"Ini artinya investasi dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu ada nilai tambah CPO karena bisa diserap untuk biodiesel," imbuhnya.
Saat ini, kuota biodiesel diberlakukan per enam bulan. Kementerian ESDM menetapkan kuota pengadaan biodiesel bersubsidi periode November 2017 hingga April 2018 sebesar 1.407.778 kiloliter (kl). Jumlah tersebut bertambah 30.030 kl dibanding periode sebelumnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan menegaskan, pemerintah tetap fokus untuk mengejar target bauran energi senilai 23% pada 2025 dari subsektor EBT, dan ditargetkan dalam tiga tahun mendatang mencapai 17%-18%.
"Kami masih berkomitmen, bauran energi sebesar 23 persen pada 2025. Kami yakin dalam tiga tahun mendatang akan mencapai 17% hingga 18%," ujarnya beberapa waktu lalu.
(izz)