Pacu Produksi, Prototipe Kendaraan Pedesaan Terus Dikembangkan
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan pengembangan prototipe kendaraan pedesaan terus dilakukan. Prototipe kendaraan pedesaan antara lain telah melalui pengujian teknis dan laik jalan di Kementerian Perhubungan, pengujian emisi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan pengujian ketahanan (durability) sampai 100.000 km.
“Kami juga mendesain kendaraan pedesaan yang multifungsi ini dengan menggunakan power take off (PTO) atau mesin kendaraan yang selain untuk penggerak kendaraan, bisa juga digunakan pula sebagai penggerak mesin pertanian dan hidrolik pengangkutan,” papar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers, Jumat (3/11/2017).
Airlangga menambahkan, prototipe yang dihasilkan saat ini masih harus disempurnakan, baik dari desain bodi maupun kinerja. Dalam hal ini, kata dia, Institut Otomotif Indonesia (IOI) bertugas menyempurnakan prototipe tersebut.
Di samping itu, Kemenperin telah memfasilitasi pendalaman struktur industri kendaraan pedesaan ini melalui pembinaan terhadap industri komponen, seperti kepada anggota Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (PIKKO). “Sehingga sudah ada calon-calon pemasok komponen kendaraan pedesaan dari industri dalam negeri,” tuturnya.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan menjelaskan, standardisasi platform kendaraan angkutan multiguna pedesaan yang akan dikembangkan perlu meliputi bodi dan chassis untuk pick up dan passenger car, mesin yang kapasitasnya kurang dari 1.000 cc dan menggunakan power train.
“Kendaraan pedesaan ini juga didesain dengan memaksimalkan kemampuan industri dalam negeri melalui penggunaan komponen yang dibuat oleh industri kecil dan menengah (IKM), sehingga spare part mudah didapat di pasaran dan pemilihan teknologi sesuai dengan kondisi demografi di Indonesia,” tuturnya.
Untuk implementasinya, Kemenperin akan menggandeng sentra-sentra IKM komponen otomotif yang ada di Tegal (50 IKM), Klaten (10 IKM), Purbalingga (138 IKM), Sidoarjo (134 IKM), Juwana (30 IKM), Pasuruan (49 IKM), Sukabumi (20 IKM) dan Bandung (15 KM). Selain itu, Kemenperin menggandeng 123 IKM yang tergabung dalam PIKKO.
Selanjutnya, 250 IKM karoseri yang ada di Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Utara serta 600 IKM alat dan mesin pertanian di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Kemenperin berharap, dengan terus memacu pengembangan kendaraan pedesaan ini, diharapkan industri dalam negeri dapat segera melakukan produksinya. Selain untuk memenuhi kebutuhan alat transportasi multiguna di sektor pertanian dan perkebunan, upaya ini juga guna mendorong peningkatan ekonomi masyarakat serta mewujudkan kemandirian penguasaan teknologi oleh anak bangsa.
“Kami juga mendesain kendaraan pedesaan yang multifungsi ini dengan menggunakan power take off (PTO) atau mesin kendaraan yang selain untuk penggerak kendaraan, bisa juga digunakan pula sebagai penggerak mesin pertanian dan hidrolik pengangkutan,” papar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers, Jumat (3/11/2017).
Airlangga menambahkan, prototipe yang dihasilkan saat ini masih harus disempurnakan, baik dari desain bodi maupun kinerja. Dalam hal ini, kata dia, Institut Otomotif Indonesia (IOI) bertugas menyempurnakan prototipe tersebut.
Di samping itu, Kemenperin telah memfasilitasi pendalaman struktur industri kendaraan pedesaan ini melalui pembinaan terhadap industri komponen, seperti kepada anggota Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (PIKKO). “Sehingga sudah ada calon-calon pemasok komponen kendaraan pedesaan dari industri dalam negeri,” tuturnya.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan menjelaskan, standardisasi platform kendaraan angkutan multiguna pedesaan yang akan dikembangkan perlu meliputi bodi dan chassis untuk pick up dan passenger car, mesin yang kapasitasnya kurang dari 1.000 cc dan menggunakan power train.
“Kendaraan pedesaan ini juga didesain dengan memaksimalkan kemampuan industri dalam negeri melalui penggunaan komponen yang dibuat oleh industri kecil dan menengah (IKM), sehingga spare part mudah didapat di pasaran dan pemilihan teknologi sesuai dengan kondisi demografi di Indonesia,” tuturnya.
Untuk implementasinya, Kemenperin akan menggandeng sentra-sentra IKM komponen otomotif yang ada di Tegal (50 IKM), Klaten (10 IKM), Purbalingga (138 IKM), Sidoarjo (134 IKM), Juwana (30 IKM), Pasuruan (49 IKM), Sukabumi (20 IKM) dan Bandung (15 KM). Selain itu, Kemenperin menggandeng 123 IKM yang tergabung dalam PIKKO.
Selanjutnya, 250 IKM karoseri yang ada di Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Utara serta 600 IKM alat dan mesin pertanian di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Kemenperin berharap, dengan terus memacu pengembangan kendaraan pedesaan ini, diharapkan industri dalam negeri dapat segera melakukan produksinya. Selain untuk memenuhi kebutuhan alat transportasi multiguna di sektor pertanian dan perkebunan, upaya ini juga guna mendorong peningkatan ekonomi masyarakat serta mewujudkan kemandirian penguasaan teknologi oleh anak bangsa.
(fjo)