Penyelesaian Tiga Perundingan Dagang Dikebut Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Bulan November menjadi momen penting bagi perundingan perdagangan Indonesia, karena pemerintah tengah berupaya menyelesaikan tiga perundingan kemitraan ekonomi komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) di Jakarta.
Ketiga perundingan tersebut adalah Indonesia-Chile CEPA (IC-CEPA), Indonesia-European Free Trade Association/EFTA CEPA (IE-CEPA),
serta Indonesia-Australia CEPA (IA-CEPA).
“Menjelang akhir tahun, ketiga perundingan dikebut untuk dapat diselesaikan sesuai target,” jelas Direktur Perundingan Bilateral sekaligus Sekretaris pada ketiga perundingan tersebut, Ni Made Ayu Marthini melalui keterangan tertulis, Rabu (8/11/2017).
Perundingan Indonesia dengan Chile dalam IC-CEPA putaran ke-6 berlangsung pada 6-10 November 2017. Indonesia dan Chile sepakat bahwa IC-CEPA dimulai secara bertahap dengan perjanjian barang (trade in goods) terlebih dahulu. Kemudian berlanjut ke perjanjian investasi, jasa, atau lainnya sesuai perkembangan di kemudian hari.
Kinerja perdagangan Indonesia-Chile dalam lima tahun (2012-2016) tercatat turun sebesar 12,09%. Meskipun demikian, pada periode Januari-Agustus tahun 2017 total perdagangan kedua negara meningkat 27% menjadi USD201,31 juta dari USD158,36 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, putaran ke-13 perundingan Indonesia dengan EFTA (IE-CEPA) bergulir pada 7-10 November 2017. Perundingan IE-CEPA merupakan perundingan CEPA secara penuh, yang artinya perdagangan jasa dan investasi juga menjadi isu yang dirundingkan.
Ketua Perunding Indonesia untuk IE-CEPA, Duta Besar Soemadi DM Brotodiningrat menyatakan, walaupun perundingan IE-CEPA diupayakan selesai sesuai target, bukan berarti asal sepakat. Kedua pihak menginginkan perjanjian yang kredibel dan saling menguntungkan.
“Isu-isu utama yang masih memerlukan diskusi lebih lanjut adalah akses pasar untuk perdagangan barang, jasa, dan investasi. Selain itu, EFTA juga menaruh perhatian besar terhadap perlindungan kekayaan intelektual, sementara Indonesia akan mendorong isu akses tenaga kerja dan kerja sama,” kata Soemadi.
Data tahun 2016 menunjukkan EFTA adalah tujuan ekspor terbesar ke-15 dengan nilai USD2,3 juta dan asal impor nonmigas terbesar ke-19 dengan nilai USD1 miliar bagi Indonesia. Total perdagangan Indonesia dengan EFTA mencapai USD3,3 miliar.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, neraca perdagangan kedua ekonomi terus meningkat dan pada tahun 2016 Indonesia surplus USD1,2 miliar.Pada tahun yang sama, nilai investasi negara anggota EFTA di Indonesia mencapai USD 979,2 juta.
Menurut Made, pada perundingan IC-CEPA dan IE-CEPA kedua delegasi diperkirakan akan bersikap pragmatis dan fleksibel untuk mencapai kesepakatan sesuai target waktu.
Ketiga perundingan tersebut adalah Indonesia-Chile CEPA (IC-CEPA), Indonesia-European Free Trade Association/EFTA CEPA (IE-CEPA),
serta Indonesia-Australia CEPA (IA-CEPA).
“Menjelang akhir tahun, ketiga perundingan dikebut untuk dapat diselesaikan sesuai target,” jelas Direktur Perundingan Bilateral sekaligus Sekretaris pada ketiga perundingan tersebut, Ni Made Ayu Marthini melalui keterangan tertulis, Rabu (8/11/2017).
Perundingan Indonesia dengan Chile dalam IC-CEPA putaran ke-6 berlangsung pada 6-10 November 2017. Indonesia dan Chile sepakat bahwa IC-CEPA dimulai secara bertahap dengan perjanjian barang (trade in goods) terlebih dahulu. Kemudian berlanjut ke perjanjian investasi, jasa, atau lainnya sesuai perkembangan di kemudian hari.
Kinerja perdagangan Indonesia-Chile dalam lima tahun (2012-2016) tercatat turun sebesar 12,09%. Meskipun demikian, pada periode Januari-Agustus tahun 2017 total perdagangan kedua negara meningkat 27% menjadi USD201,31 juta dari USD158,36 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, putaran ke-13 perundingan Indonesia dengan EFTA (IE-CEPA) bergulir pada 7-10 November 2017. Perundingan IE-CEPA merupakan perundingan CEPA secara penuh, yang artinya perdagangan jasa dan investasi juga menjadi isu yang dirundingkan.
Ketua Perunding Indonesia untuk IE-CEPA, Duta Besar Soemadi DM Brotodiningrat menyatakan, walaupun perundingan IE-CEPA diupayakan selesai sesuai target, bukan berarti asal sepakat. Kedua pihak menginginkan perjanjian yang kredibel dan saling menguntungkan.
“Isu-isu utama yang masih memerlukan diskusi lebih lanjut adalah akses pasar untuk perdagangan barang, jasa, dan investasi. Selain itu, EFTA juga menaruh perhatian besar terhadap perlindungan kekayaan intelektual, sementara Indonesia akan mendorong isu akses tenaga kerja dan kerja sama,” kata Soemadi.
Data tahun 2016 menunjukkan EFTA adalah tujuan ekspor terbesar ke-15 dengan nilai USD2,3 juta dan asal impor nonmigas terbesar ke-19 dengan nilai USD1 miliar bagi Indonesia. Total perdagangan Indonesia dengan EFTA mencapai USD3,3 miliar.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, neraca perdagangan kedua ekonomi terus meningkat dan pada tahun 2016 Indonesia surplus USD1,2 miliar.Pada tahun yang sama, nilai investasi negara anggota EFTA di Indonesia mencapai USD 979,2 juta.
Menurut Made, pada perundingan IC-CEPA dan IE-CEPA kedua delegasi diperkirakan akan bersikap pragmatis dan fleksibel untuk mencapai kesepakatan sesuai target waktu.
(fjo)