Kecintaan pada Laut, Menteri Susi Raih Gelar Honoris Causa
A
A
A
SURABAYA - Nama Susi Pudjiastuti sempat diragukan kapasitasnya ketika diangkat Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Kelautan. Dia hanyalah lulusan SMP yang dianggap tak layak dan memahami kondisi kelautan di Nusantara. Namun, Susi berhasil menepis semua keraguan. Bahkan, dalam sebuah survei, namanya tercatat sebagai menteri paling berprestasi di Kabinet Kerja.
Tepat di Hari Pahlawan 10 November di Surabaya, senyum khasnya merekah ketika dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa (Dr HC) Bidang Manajemen dan Konservasi Sumber Daya Kelautan oleh Insitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Saat memasuki Graha Sepuluh Nopember ITS, Susi tak hentinya melemparkan senyum pada semua orang yang menyapa.
Sesekali ia membetulkan kancing kebaya yang dibalut jubah hitamnya. Namanya berkali-kali diteriakan, dari kejauhan sampai mendekati podium utama. Dalam peringatan Dies Natalis ke-57 ITS itu, Susi menjadi bintangnya. Lulusan SMP yang saat ini menjadi inspirasi banyak orang dalam menata sektor kelautan di Nusantara. “Halo.... Halo semuanya.....,” kata Susi menyapa.
Graha Sepuluh Nopember pun langsung riuh ketika dirinya masuk. Semua sorot mata tertuju pada sosok perempuan kelahiran Pangandaran, Jawa Barat 15 Januari 1965 itu. Tepuk tangan pun mengalun, mengiringi langkahnya sebelum duduk di podium depan.
Di depan ruangan, ucapan selamat terus berdatangan melalui kiriman bunga dari Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, serta Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin.
Dalam pidato pengukuhan Doktor HS Bidang Kelautan, Susi menjelaskan tentang potensi maritim di Nusantara. Luas wilayah lautan Indonesia mencapai dua pertiga dari seluruh wilayah atau sekitar 6,32 juta km2, 17.504 ribu pulau, dan panjang garis pantai mencapai 99.093 km telah memberikan peluang besar untuk menjadi poros maritim dunia yang tak bisa dilampaui oleh negara manapun.
Besarnya potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia tersebut, tentu perlu dimanfaatkan secara optimal untuk kemakmuran rakyat. Salah satu tantangan paling besar yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan selama ini adalah masih tingginya praktik Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing. “Praktik ini telah menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, ekologi, sosial bahkan melanggar kedaulatan negara,” ungkap pemilik Maskapai Penerbangan Susi Air ini.
Ia melanjutkan, beberapa dampak negatif dari aspek ekonomi terjadi seperti rendahnya kontribusi perikanan tangkap terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan adanya aktivitas IUU Fishing di perairan Indonesia telah mengurangi kontribusi perikanan tangkap terhadap ekonomi nasional dan mendorong hilangnya keuntungan sumber daya perikanan. Lihat saja catatan Pusat Data, Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan 2017 terlihat bahwa kontribusi perikanan tangkap terhadap PDB nasional sebelum 2014 tidak lebih dari 1,10%.
Kedua, tingginya aktivitas ekspor ilegal. Maraknya IUU Fishing telah berdampak secara nyata terhadap tingginya aktivitas ekspor ilegal. Kebijakan strategisnya, dengan cara menjaga sumber daya kelautan dan perikanan secara lestari dan berkelanjutan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 yakni pembatasan penangkapan tiga spesies perikanan penting seperti lobster, kepiting, dan rajungan.
Sekretaris ITS Surabaya Agnes Tuti Rumiati menjelaskan, Menteri Susi terpilih mendapat gelar Dr HC dalam bidang pembangunan kelautan serta perikanan Indonesia karena kontribusi serta kiprahnya dalam dunia kemaritiman Indonesia.
Penganugerahan gelar kehormatan ini merupakan usulan dari Departemen Teknik Sistem Perkapalan (Siskal) yang diajukan ke Senat Akademik ITS sejak tahun lalu. Rencana pemberian gelar ini merupakan bentuk apresiasi ITS kepada Susi karena jasanya dalam membuka perspektif ITS terkait urgensi dunia kemaritiman.
“Sebenarnya penelaan penganugerahan ini sudah selesai dilakukan pada bulan April 2017 lalu, sedang seremonial penganugerahannya dilakukan bersamaan dengan peringatan Dies Natalis ITS saat ini,” jelasnya.
Gelar Doktor Honoris Causa ini adalah yang kedua kalinya diterima Susi. Sebelumnya Susi mendapat gelar tersebut dari Universitas Diponegoro dalam bidang kebijakan, pembangunan, kelautan, dan perikanan. (Aan Haryono)
Tepat di Hari Pahlawan 10 November di Surabaya, senyum khasnya merekah ketika dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa (Dr HC) Bidang Manajemen dan Konservasi Sumber Daya Kelautan oleh Insitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Saat memasuki Graha Sepuluh Nopember ITS, Susi tak hentinya melemparkan senyum pada semua orang yang menyapa.
Sesekali ia membetulkan kancing kebaya yang dibalut jubah hitamnya. Namanya berkali-kali diteriakan, dari kejauhan sampai mendekati podium utama. Dalam peringatan Dies Natalis ke-57 ITS itu, Susi menjadi bintangnya. Lulusan SMP yang saat ini menjadi inspirasi banyak orang dalam menata sektor kelautan di Nusantara. “Halo.... Halo semuanya.....,” kata Susi menyapa.
Graha Sepuluh Nopember pun langsung riuh ketika dirinya masuk. Semua sorot mata tertuju pada sosok perempuan kelahiran Pangandaran, Jawa Barat 15 Januari 1965 itu. Tepuk tangan pun mengalun, mengiringi langkahnya sebelum duduk di podium depan.
Di depan ruangan, ucapan selamat terus berdatangan melalui kiriman bunga dari Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, serta Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin.
Dalam pidato pengukuhan Doktor HS Bidang Kelautan, Susi menjelaskan tentang potensi maritim di Nusantara. Luas wilayah lautan Indonesia mencapai dua pertiga dari seluruh wilayah atau sekitar 6,32 juta km2, 17.504 ribu pulau, dan panjang garis pantai mencapai 99.093 km telah memberikan peluang besar untuk menjadi poros maritim dunia yang tak bisa dilampaui oleh negara manapun.
Besarnya potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia tersebut, tentu perlu dimanfaatkan secara optimal untuk kemakmuran rakyat. Salah satu tantangan paling besar yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan selama ini adalah masih tingginya praktik Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing. “Praktik ini telah menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, ekologi, sosial bahkan melanggar kedaulatan negara,” ungkap pemilik Maskapai Penerbangan Susi Air ini.
Ia melanjutkan, beberapa dampak negatif dari aspek ekonomi terjadi seperti rendahnya kontribusi perikanan tangkap terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan adanya aktivitas IUU Fishing di perairan Indonesia telah mengurangi kontribusi perikanan tangkap terhadap ekonomi nasional dan mendorong hilangnya keuntungan sumber daya perikanan. Lihat saja catatan Pusat Data, Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan 2017 terlihat bahwa kontribusi perikanan tangkap terhadap PDB nasional sebelum 2014 tidak lebih dari 1,10%.
Kedua, tingginya aktivitas ekspor ilegal. Maraknya IUU Fishing telah berdampak secara nyata terhadap tingginya aktivitas ekspor ilegal. Kebijakan strategisnya, dengan cara menjaga sumber daya kelautan dan perikanan secara lestari dan berkelanjutan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 yakni pembatasan penangkapan tiga spesies perikanan penting seperti lobster, kepiting, dan rajungan.
Sekretaris ITS Surabaya Agnes Tuti Rumiati menjelaskan, Menteri Susi terpilih mendapat gelar Dr HC dalam bidang pembangunan kelautan serta perikanan Indonesia karena kontribusi serta kiprahnya dalam dunia kemaritiman Indonesia.
Penganugerahan gelar kehormatan ini merupakan usulan dari Departemen Teknik Sistem Perkapalan (Siskal) yang diajukan ke Senat Akademik ITS sejak tahun lalu. Rencana pemberian gelar ini merupakan bentuk apresiasi ITS kepada Susi karena jasanya dalam membuka perspektif ITS terkait urgensi dunia kemaritiman.
“Sebenarnya penelaan penganugerahan ini sudah selesai dilakukan pada bulan April 2017 lalu, sedang seremonial penganugerahannya dilakukan bersamaan dengan peringatan Dies Natalis ITS saat ini,” jelasnya.
Gelar Doktor Honoris Causa ini adalah yang kedua kalinya diterima Susi. Sebelumnya Susi mendapat gelar tersebut dari Universitas Diponegoro dalam bidang kebijakan, pembangunan, kelautan, dan perikanan. (Aan Haryono)
(nfl)