Masa Depan Inggris-UE Tak Jelas, Pengusaha Eropa Temui PM Theresa

Selasa, 14 November 2017 - 06:09 WIB
Masa Depan Inggris-UE...
Masa Depan Inggris-UE Tak Jelas, Pengusaha Eropa Temui PM Theresa
A A A
LONDON - Pemimpin bisnis Eropa berencana menemui Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk menyuarakan kekhawatiran mereka tentang masa depan perdagangan antara Inggris dan Uni Eropa (UE). Seperti diketahui selepas memutuskan keluar dari keanggotaan UE, Inggris terus diterpa ketidakpastian seiring alotnya negosiasi Brexit.

Seperti dilansir BBC, Senin (13/11) kelompon bisnis termasuk CBI dan BusinessEurope akan menekankan perlunya kesepakatan transisi yang mempertahankan status quo setelah Brexit. Para pengusaha ini mendesak pemerintah untuk menjelaskan terkait masa depan hubungan antara Inggris dan sebagian dari Uni Eropa.

Pihak Jerman sendiri telah memperingatkan bahwa tidak ada kesepakatan ekonomi antara mereka. Kepala Jerman Chambers of Commerce Martin Wansleben mengungkapkan, kepada surat kabar bahwa industri mobil sendiri akan menghadapi tarif tahunan lebih dari 2 miliar euro jika perdangan antara Inggris dan UE di bawah aturan perdagangan dunia (WTO).

Dijadwalkan kelompok bisnis tersebut tidak hanya bertemu dengan Theresa May, tetapi juga Sekretaris Greg Clark, Sekretaris Brexit David Davis dan Economic Sekretaris Treasury, Stephen Barclay. Sedangkan CBI dan Institut Direksi akan diwakili, dari berbagai organisasi bisnis perwakilan Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, Belanda, Irlandia, Swedia, Polandia, Republik Ceko dan Belgia.

Ada kekhawatiran bahwa pembicaraan perdagangan masa depan bisa menemui titik buntu pada akhir tahun ini. Ketua tim perunding Uni Eropa Michel Barnier sudah memperingatkan bawa perundingan hanya akan mencapai kemajuan, apabila Inggris menjelaskan kewajiban keuangan ke Uni Eropa. Sementara Ketua Tim Perundingan Inggris David Davis mengatakan Inggris siap dan bersedia terlibat dalam perundingan Brussels.

Putaran berikutnya negosiasi Brexit dijadwalkan mulai kembali pada pertengahan Desember. Sebelumnya Barnier mengatakan, Inggris tidak akan lagi dapat menikmati perdagangan yang tanpa konflik dengan mitra-mitra Uni Eropa setelah negara itu meninggalkan blok tersebut.

Ia mengambil sikap keras dalam perundingan mengenai Brexit, dengan memperingatkan bahwa akan ada konsekuensi negatif terkait hal tersebut. Ia mengatakan konsekuensi-konsekuensi itu mungkin akan lebih buruk jika Uni Eropa dan Inggris tidak dapat menyepakati ketentuan-ketentuan mengenai Brexit, dan tidak ada alasan upaya mencapai kesepakatan itu mengalami kegagalan. Namun ia menegaskan bahwa Uni Eropa tidak sedang berupaya menghukum Inggris karena memutuskan untuk keluar dari blok tersebut.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1088 seconds (0.1#10.140)