Amerika Serikat Diklaim Penghasil Migas Terbesar di Dunia
A
A
A
NEW YORK - Pasar energi Internasional diramalkan bakal terjadi pergolakan besar ketika Amerika Serikat (AS) kini diklaim menyandang status sebagai penghasil migas (minyak dan gas bumi) terbesar di dunia. Kemudian disusul China sebagai konsumen minyak terbesar di dunia.
Prediksi tersebut disampaikan International Energy Agency (IEA) saat mengumumkan data tahunan seperti dilansir BBC, Rabu (15/11/2017). Selanjutnya diyakini bahwa permintaan global di sektor energi bakal mengalami peningkatan mencapai sebesar 30% pada 2040, didorong oleh konsumsi tinggi India.
Pada saat yang sama, maka sumber energi terbarukan akan menjadi lebih penting. Lantaran energi fosil tidak bisa bertahan lama karena membutuhkan ratusan tahun untuk memproduksinya kembali. IEA yang melakukan survei kepada 29 negara mengatkan, tak terbantak bahwa AS menjadi pemimpin global minyak dan gas setelah sempat tergantung pada impor.
Diperkirakan AS bakal memberikan kontribusi 80% dalam peningkatan pasokan minyak dunia di 2025. Kondisi diprediksi kemungkinan membuat harga minyak dunia turun dan membantu membuat AS menjadi eksportir besar minyak di akhir 2020, mendatang. Administrasi informasi energi AS memperkirakan bahwa Negeri Paman Sam -julukan AS- bakal menjadi produsen migas papan atas dunia pada 2012.
Direktur Eksekutif IEA Dr Fatih Birol mengungkapkan, munculnya AS sebagai pemain besar akan terimbas terjadinya pergolakan besar untuk dinamika pasar internasional. Output minyak dan gas AS diperkirakan melampaui negara besar lainnya dan mencetak sejarah, karena kemampuan luas biasa membuka sumber daya baru dengan biaya-efektif.
Sementara disebutkan energi sumber terbarukan yang berasal dari matahari dan angin diharapkan permintaanya capai 40%. Di Uni Eropa, energi terbarukan akan mewakili 80% dari kapasitas baru. Pertumbuhan permintaan energi akan terus meningkat, apabila tanpa peningkatan efisiensi.
China misalnya, pemerintah fokus pada energi terbarukan telah menyebabkan permintaan energi meningkat dengan rata-rata 2% per tahun sejak 2012, turun dari 8% antara tahun 2000 dan 2012. China sendiri masih berada dalam trek untuk mencetak konsumsi energi lebih tinggi per kapita dibandingkan Uni Eropa pada 2040.
Prediksi tersebut disampaikan International Energy Agency (IEA) saat mengumumkan data tahunan seperti dilansir BBC, Rabu (15/11/2017). Selanjutnya diyakini bahwa permintaan global di sektor energi bakal mengalami peningkatan mencapai sebesar 30% pada 2040, didorong oleh konsumsi tinggi India.
Pada saat yang sama, maka sumber energi terbarukan akan menjadi lebih penting. Lantaran energi fosil tidak bisa bertahan lama karena membutuhkan ratusan tahun untuk memproduksinya kembali. IEA yang melakukan survei kepada 29 negara mengatkan, tak terbantak bahwa AS menjadi pemimpin global minyak dan gas setelah sempat tergantung pada impor.
Diperkirakan AS bakal memberikan kontribusi 80% dalam peningkatan pasokan minyak dunia di 2025. Kondisi diprediksi kemungkinan membuat harga minyak dunia turun dan membantu membuat AS menjadi eksportir besar minyak di akhir 2020, mendatang. Administrasi informasi energi AS memperkirakan bahwa Negeri Paman Sam -julukan AS- bakal menjadi produsen migas papan atas dunia pada 2012.
Direktur Eksekutif IEA Dr Fatih Birol mengungkapkan, munculnya AS sebagai pemain besar akan terimbas terjadinya pergolakan besar untuk dinamika pasar internasional. Output minyak dan gas AS diperkirakan melampaui negara besar lainnya dan mencetak sejarah, karena kemampuan luas biasa membuka sumber daya baru dengan biaya-efektif.
Sementara disebutkan energi sumber terbarukan yang berasal dari matahari dan angin diharapkan permintaanya capai 40%. Di Uni Eropa, energi terbarukan akan mewakili 80% dari kapasitas baru. Pertumbuhan permintaan energi akan terus meningkat, apabila tanpa peningkatan efisiensi.
China misalnya, pemerintah fokus pada energi terbarukan telah menyebabkan permintaan energi meningkat dengan rata-rata 2% per tahun sejak 2012, turun dari 8% antara tahun 2000 dan 2012. China sendiri masih berada dalam trek untuk mencetak konsumsi energi lebih tinggi per kapita dibandingkan Uni Eropa pada 2040.
(akr)