Pemerintah Harus Optimalkan Sektor E-Commerce

Minggu, 19 November 2017 - 08:05 WIB
Pemerintah Harus Optimalkan Sektor E-Commerce
Pemerintah Harus Optimalkan Sektor E-Commerce
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia membutuhkan kontribusi semua lini, salah satunya perdagangan online atau e-commerce. Hingga saat ini e-commerce merupakan potensi ekonomi yang belum digunakan secara optimal.

Rektor Universitas Paramadina Firmanzah mengatakan perekonomian tahun 2018 akan menghadapi tantangan tahun politik dan distabilitas kawasan. Karena itu dibutuhkan optimalisasi di sektor kemaritiman, pariwisata, mineral dan tambang, hingga e-commerce.

Sektor e-commerce diharapkan ada keberpihakan dari pemerintah mengingat pertumbuhan industri ini lebih besar kontribusinya terhadap perekonomian nasional.

“Indonesia menjadi salah satu negara di Asia yang tingkat pertumbuhan e-commerce sangat tinggi. Kelas menengah akan terus tumbuh dan perlu suplai sebagai pendorong tersedianya permintaan di domestik,” ujar Firmanzah dalam bincang santai bertajuk 'Optimalisasi Potensi Dalam Negeri' di Jakarta, Jumat (17/11/2017).

Dia mengatakan potensi e-commerce akan menggerakkan perekonomian karena ada mekanisme aktivitas ekonomi. Proyeksi untuk e-commerce diprediksi akan mengalami pertumbuhan. “Hanya yang harus diwaspadai adalah bagaimana transisi dari ekonomi konvensional menjadi e-commerce. Bagaimana kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah,” ujarnya.

Dia melihat mesin pertumbuhan tahun 2018 akan tetap mengandalkan konsumsi dalam negeri. Selain domestik, berikutnya dia berharap pada sektor investasi yang juga berkontribusi cukup tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

“Belanja pemerintah selama ini membentuk PDB sekitar 9-10%. Jadi kontribusinya cukup penting baik belanja rutin maupun belanja modal. Tapi tetap tulang punggung dari konsumsi dan investasi. Sehingga konsumsi dan investasi merupakan motor penting ekonomi kita,” ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi di tahun depan masih diyakini mampu tumbuh di atas 5% atau di kisaran 5,2-5,4%. Apabila bisa tumbuh di atas 5,2% berarti sudah cukup baik di tengah persiapan tahun politik dan distabilitas kawasan.

“Tantangan ekonomi global bayangan harga minyak mentah dunia yang akan mengalami kenaikan. Tapi rasanya kalau bisa tumbuh di atas 5,2% itu sudah baik,” ujarnya.

Dia tidak sepakat soal daya beli masyarakat yang menurun, namun fenomena ini merupakan pertumbuhan yang melambat. Sehingga ini tidak bisa disebut melemah, namun menurun pertumbuhannya karena tetap tumbuh.

Masyarakat Indonesia masih melihat prospek ekonomi kita tidak seoptimis yang dibayangkan sehingga mereka lebih berhati hati. Hal itu yang menjelaskan kenapa kecenderungan pertumbuhan tabungan menandakan minat orang untuk menabung tinggi.

“Hal itu artinya pola masyarakat untuk berjaga jaga,” katanya. (Hafid Fuad)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6153 seconds (0.1#10.140)