Pertanda Kejatuhan Kerajaan Bisnis Rupert Murdoch?

Selasa, 21 November 2017 - 06:01 WIB
Pertanda Kejatuhan Kerajaan Bisnis Rupert Murdoch?
Pertanda Kejatuhan Kerajaan Bisnis Rupert Murdoch?
A A A
NEW YORK - Spekulasi seputar kejatuhan kerajaan bisnis keluarga milik Murdoch mencuat, khususnya pada bidang hiburan. Saham 21st Century Fox naik lebih dari 6% pada perdagangan akhir pekan kemarin, setelah beberapa seumber melaporkan adanya minat dari Comcast, Sony dan Verizon.

Seperti dilansir BBC, Senin (20/11/2017) perusahaan yang dipimpin oleh Rupert Murdoch, disebutkan telah melakukan pembicaraan dengan Disney. Pertemuan keduanya diyakini membahas kemungkinan Murdoch berpisah dengan studio film serta beberapa sektor bisnis lainnya.

Apabila terwujud hal tersebut dinilai menjadi sebuah pergeseran startegi uang mendadak, usai bertahun-tahun membangun kerajaan. 21st Century Fox sendiri belum secara langsung membahas spekulasi tersebut dan juru bicara perusahaan mengatakan tidak ingin menanggapinya dan enggan melayani permintaan komentar.

Sementara itu analis mengutarakan, belum jelas seberapa serius terkait isu menjual perusahaan. Namun analis menambahkan pembicaraan yang terjadai tampaknya bakal mempengaruhi rival mereka terkait ketertarikan untuk membeli sebagian Fox jika benar-benar tersedia.

"Tidak mengherankan mengapa ada orang yang menginginkan aset itu. Ini adalah kejutan yang akan didengar dari Fox. Tidak ada yang mengira bahwa Murdoch tertarik untuk melakukan perampingan," terang Analis Senior Pivotal Research Brian Wieser.

Apa yang Akan Dijual 21st Century Fox?

Sejak awal sebagai pemilik surat kabar di Australia, Murdoch yang berusia 86 tahun telah membangun sebuah kerajaan media yang membentang di Afrika, Asia, Eropa dan Amerika. Bisnis 21st Century Fox yang dikenal dengan saluran Fox News andalannya, serta National Geographic, Star TV berbasis di Asia, dan berbagai saluran olahraga dan stasiun berita lokal.

Jaringan bisnis ini juga dikenal karena terus meluas dan tidak menunjukkan tanda-tanda menyusut. "Rupert Murdoch selalu menjadi pemangsa. Dia tidak pernah menjadi mangsa sehingga bisa berbicara," ucap Profesor Komunikasi University of Westminster di London. Steven Barnett,

The Wall Street Journal, dimana keluarga Murdoch juga memiliki saham besar mengungkapkan apabila Fox sedang melakukan pembicaraan terkait kelangsungan bisnis studio film, jaringan tv kabel dan bisnis internasionalnya, termasuk Sky Sky yang berbasis di Eropa.

Disebutkan perusahaan akan lebih fokus pada olahraga dan berita. Daerah tersebut telah menjadi sumber pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir, tidak seperti unit hiburan filmnya, di mana pendapatan telah menurun.

"Bisa dibayangkan bahwa Rupert Murdoch sedang berpikir untuk menarik kembali area yang dia rasa paling nyaman, yang paling menguntungkan baginya, yaitu berita dan olahraga," kata Barnett.

Sementara kedua pihak yakni antara CEO perusahaan Twenty-First Century Fox, Rupert Murdoch dengan Walt Disney Co diyakini pernah membahas terkait menjual aset film dan televisinya. Pembicaraan tersebut konon merupakan lanjutan atas kekhawatiran para petinggi Fox yang merasa perusahaan tersebut tidak mampu menyaingi Amazon.com Inc, Netflix Inc, dan media besar lainnya.

Belum ada komentar apapun mengenai hal ini, baik dari pihak Fox maupun Disney. Bagi Disney, sebuah kesepakatan bisa membawa pemrograman tambahan yang bisa digunakan untuk menarik perhatian penonton saat perusahaan berusaha mengarahkan migrasi cepat konsumen ke tampilan digital dan bersaing dengan perusahaan teknologi yang terus menggeser pasar Hollywood.

Kesepakatan tersebut juga dinilai Disney bisa memperluas jangkauan pasar internasionalnya. Disney, yang berada di bawah peraturan Amerika Serikat tidak boleh memiliki dua jaringan penyiaran, tidak akan membeli seluruh program Fox, terutama program olahraga dan program berita.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5834 seconds (0.1#10.140)