Meningkatkan Produktivitas Pertanian Lewat Inovasi Teknologi
A
A
A
JAKARTA - Syngenta melalui teknologi perlindungan tanaman dan benih hibrida mendorong petani untuk meningkatkan produktivitasnya hingga 10-20%. Di Jawa Timur lebih dari 15.000 petani padi mendapatkan manfaat dari teknologi modern Syngenta yang mampu meningkatkan hasil produksi padi rata-rata dari 5-6 ton/ha menjadi 10 ton/ha.
Selain itu, petani jagung di Nusa Tenggara juga dapat meningkatkan produksinya hingga 20%. “Kami telah menyediakan berbagai inovasi teknologi pertanian, membantu petani meningkatkan produktivitasnya,” ujar Presiden Direktur PT Syngenta Indonesia Parveen Kathuria dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (22/11).
Syngenta, kata Parveen, menyediakan hingga tiga teknologi pertanian baru untuk petani setiap tahun. Satu teknologi baru memerlukan investasi hingga USD300 juta. Syngenta menjangkau hingga 500.000 petani setiap tahunnya melalui pusat pelatihan petani, klinik pertanian, Farmer Network dan konsultasi petani.
Dalam sepuluh tahun terakhir Syngenta telah menjangkau sekitar lima juta petani. Syngenta merupakan jaringan perusahaan agrikultur global yang menyediakan solusi kepada jutaan petani agar lebih produktif. Di Indonesia, melalui perusahaan legasi, Syngenta telah hadir sejak tahun 1960-an. Syngenta Indonesia sendiri, mulai berdiri pada 2000.
Didukung oleh departemen riset dan pengembangan yang dilengkapi laboratorium pusat penelitian pertanian di Cikampek, Jawa Barat, Syngenta Indonesia menggabungkan teknologi, genetika, pemuliaan, dan ilmu komputasi untuk mendukung perkembangan pertanian Indonesia.
“Petani kecil tidak hanya menjadi penopang penting ketahanan pangan di tingkat lokal dan nasional saja, tetapi juga berperan penting dalam menjaga suplai kebutuhan pangan global. Sehingga pemberdayaan petani kecil selalu menjadi komitmen dan perhatian kami. Dan mereka bisa dengan mudah menerapkan teknologi yang kami perkenalkan,” ujar Head of Corporate Affairs Syngenta Indonesia Midzon Johannis.
Selain itu, petani jagung di Nusa Tenggara juga dapat meningkatkan produksinya hingga 20%. “Kami telah menyediakan berbagai inovasi teknologi pertanian, membantu petani meningkatkan produktivitasnya,” ujar Presiden Direktur PT Syngenta Indonesia Parveen Kathuria dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (22/11).
Syngenta, kata Parveen, menyediakan hingga tiga teknologi pertanian baru untuk petani setiap tahun. Satu teknologi baru memerlukan investasi hingga USD300 juta. Syngenta menjangkau hingga 500.000 petani setiap tahunnya melalui pusat pelatihan petani, klinik pertanian, Farmer Network dan konsultasi petani.
Dalam sepuluh tahun terakhir Syngenta telah menjangkau sekitar lima juta petani. Syngenta merupakan jaringan perusahaan agrikultur global yang menyediakan solusi kepada jutaan petani agar lebih produktif. Di Indonesia, melalui perusahaan legasi, Syngenta telah hadir sejak tahun 1960-an. Syngenta Indonesia sendiri, mulai berdiri pada 2000.
Didukung oleh departemen riset dan pengembangan yang dilengkapi laboratorium pusat penelitian pertanian di Cikampek, Jawa Barat, Syngenta Indonesia menggabungkan teknologi, genetika, pemuliaan, dan ilmu komputasi untuk mendukung perkembangan pertanian Indonesia.
“Petani kecil tidak hanya menjadi penopang penting ketahanan pangan di tingkat lokal dan nasional saja, tetapi juga berperan penting dalam menjaga suplai kebutuhan pangan global. Sehingga pemberdayaan petani kecil selalu menjadi komitmen dan perhatian kami. Dan mereka bisa dengan mudah menerapkan teknologi yang kami perkenalkan,” ujar Head of Corporate Affairs Syngenta Indonesia Midzon Johannis.
(akr)