Gerakan Ekonomi Masyarakat, Wastra Perlu Dorongan Semua Pihak
A
A
A
BANDUNG - Penggunaan kain tradisonal atau wastra dinilai mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Diperlukan dukungan dari semua pihak agar penggunaan wastra lebih massif.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Barat, Netty Prasetuani Heryawan mengatakan, penggunaan produk wastra di Indonesia dinilai masih sangat rendah. Masyarakat lebih banyak menggunakan produk tekstil dan turunannya.
"Padahal penggunaan wastra akan berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat Jabar, perbaikan gizi buruk, penurunan TKW agar bekerja di dalam negeri, termasuk mengangkat angka putus sekolah," jelas Netty pada acara pameran Wastra Pasundan Mendunia Bersama Bank BJB di GOR Kantor Pusat Bank BJB, Kota Bandung, Selasa (28/11/2017).
Ke depan, dia berharap, kampanye wastra bisa melibatkan lintas sektoral sehingga bisa menaikkan angka penggunaan pakaian tradisional seperti batik tulis. Dia pun mendorong penggunaan wastra tidak hanya dalam bentuk pakaian, tetapi juga produk lainnya.
Sementara itu, Direktur Konsumer Bank BJB, Fermiyanti mengatakan, berdasarkan statistik, nilai ekspor industri tenun dan batik mampu berkontribusi hingga USD151,7 juta pada 2016. Angka itu diperkirakan akan terus naik bila kampanye wastra dilakukan secara terus menerus.
"Dukungan kami, Bank BJB terhadap pameran wastra ini dalam rangka mempromosikan produk kain tradisional Jawa Barat. Ini sebagai wujud keberpihakan Bank BJB terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah," jelas dia.
Menurut Fermiyanti, Bank BJB tidak hanya memberi dari sisi permodalan, tapi juga melakukan training dan pelatihan. Bank BJB menilai, UMKM berperan penting terhadap perekonomian bahkan mampu menopang ekonomi di saat krisis.
Sementara itu, Pimpinan Divisi Kredit Mikro Arif Setyadi berharap, acara yang dikemas Bank BJB melalui kampanye wastra bisa menjadi tren nasional. "Penggunaan kata batik mungkin sudah biasa, tapi dengan wastra bisa lebih dalam lagi, sebagai kain tradisional yang perlu terus dilestarikan," imbuh dia.
Festival Wastra Pasundan sendiri diikuti sekitar 40 perajin kain dari berbagai daerah di Jabar. Pameran digelar selama dua hari, 27-28 November 2017. Wastra sendiri berasal dari bahasa Sanskerta (kata serapan) yang berarti sehelai kain yang dibuat secara tradisional.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Barat, Netty Prasetuani Heryawan mengatakan, penggunaan produk wastra di Indonesia dinilai masih sangat rendah. Masyarakat lebih banyak menggunakan produk tekstil dan turunannya.
"Padahal penggunaan wastra akan berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat Jabar, perbaikan gizi buruk, penurunan TKW agar bekerja di dalam negeri, termasuk mengangkat angka putus sekolah," jelas Netty pada acara pameran Wastra Pasundan Mendunia Bersama Bank BJB di GOR Kantor Pusat Bank BJB, Kota Bandung, Selasa (28/11/2017).
Ke depan, dia berharap, kampanye wastra bisa melibatkan lintas sektoral sehingga bisa menaikkan angka penggunaan pakaian tradisional seperti batik tulis. Dia pun mendorong penggunaan wastra tidak hanya dalam bentuk pakaian, tetapi juga produk lainnya.
Sementara itu, Direktur Konsumer Bank BJB, Fermiyanti mengatakan, berdasarkan statistik, nilai ekspor industri tenun dan batik mampu berkontribusi hingga USD151,7 juta pada 2016. Angka itu diperkirakan akan terus naik bila kampanye wastra dilakukan secara terus menerus.
"Dukungan kami, Bank BJB terhadap pameran wastra ini dalam rangka mempromosikan produk kain tradisional Jawa Barat. Ini sebagai wujud keberpihakan Bank BJB terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah," jelas dia.
Menurut Fermiyanti, Bank BJB tidak hanya memberi dari sisi permodalan, tapi juga melakukan training dan pelatihan. Bank BJB menilai, UMKM berperan penting terhadap perekonomian bahkan mampu menopang ekonomi di saat krisis.
Sementara itu, Pimpinan Divisi Kredit Mikro Arif Setyadi berharap, acara yang dikemas Bank BJB melalui kampanye wastra bisa menjadi tren nasional. "Penggunaan kata batik mungkin sudah biasa, tapi dengan wastra bisa lebih dalam lagi, sebagai kain tradisional yang perlu terus dilestarikan," imbuh dia.
Festival Wastra Pasundan sendiri diikuti sekitar 40 perajin kain dari berbagai daerah di Jabar. Pameran digelar selama dua hari, 27-28 November 2017. Wastra sendiri berasal dari bahasa Sanskerta (kata serapan) yang berarti sehelai kain yang dibuat secara tradisional.
(ven)