Perusahaan Migas Bekasi Mulai Garap Gas Terproses
A
A
A
BEKASI - Perusahaan migas milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi, PT Bina Bangun Wibawa Mukti mulai menggarap gas terproses. Diharapkan dengan adanya pengelolaan migas terproses tersebut bisa mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD).
"Hasil gas itu kami jual kembali ke PT Pertamina," ujar Direktur Utama PT BBWM Prananto Sukodjatmoko, Rabu (6/12/2017). Menurutnya, gas terproses adalah proses pembersihan gas flare dari proses ekpslorasi minyak bumi, kemudian hasilnya berupa gas bersih.
Penggarapan gas tersebut setelah perusahaan menyelesaikan proses Build Operate and Transfer (BOT) dari PT Odira Energy Persada, pengelola teknis LPG Tambun. "Pendapatan bisa naik minimal 10% dari jualan gas bersih kepada PT Pertamina," katanya.
Prananto menjelaskan, langkah tersebut cukup baik ketimbang perusahaan bertahan di jual beli putus karena penyerapan di hilir. Sebelumnya, kata dia, kapasitas produksi kilang LPG Tambun sempat alami penurunan karena beberapa faktor.
Penyebab dominan adalah faktor ekternal dengan prosentase 80%-90% mempengaruhi penurunan produksi seperti harga minyam dunia anjlok. Bahkan, pada 2014 harga minyak di tingkat dunia mencapai USD100 per barel, tetapi mulai bulan Juni pada tahun yang sama anjlok menjadi USD50 per barel.
Sehingga, kata dia, kenaikan hanya sempat terjadi pada bulan Mei 2015 menjadi USD61 per barel. Harga minyak dunia itu mempengaruhi harga propane butane atau bahan dasar elpiji, ikut turun pada periode yang sama juga.
Awalnya harga propane butanesebesar USD1.000 per ton, turun menjadi USD400 per ton, bahkan pada periode Juli 2016 hanya ada pada kisaran USD200 per ton. Penyebab lain dari penurunan produksi elpiji di Kilang Tambun adalah, volume gas flare dari Kilang Tambun dan Pondok Tengah berkurang.
Senior Manager PT BBWM, Hilaluddin Yusri menambahkan, sampai saat ini, volume gas frale dari dua kilang tersebut sebanyak 30 kaki kubik, turun dari volume tahun tahun sebelumnya sebanyak 72 kaki kubik. Adapun jatah untuk PT BBWM yang diolah menjadi elpiji hanya 7-8 kaki kubik.
"Adapun pengaruh internal yang 10-20% mempengaruhi produksi itu karena kondisi kilang setelah diterima dari PT Odira kurang layak karena terdapat beberapa bagian penting mengalami kerusakan. Seperti kompresor, sehingga harus dilakukan perbaikan," tambahnya.
Di tengah tantangan produksi migas yang besar, Direksi PT BBWM masih mampu memberikan PAD yang besar. Selama periode 2006 hingga 2016, PAD yang telah dihasilkan dan disetorkan ke kas daerah Kabupaten Bekasi mencapai Rp268 miliar.
"Hasil gas itu kami jual kembali ke PT Pertamina," ujar Direktur Utama PT BBWM Prananto Sukodjatmoko, Rabu (6/12/2017). Menurutnya, gas terproses adalah proses pembersihan gas flare dari proses ekpslorasi minyak bumi, kemudian hasilnya berupa gas bersih.
Penggarapan gas tersebut setelah perusahaan menyelesaikan proses Build Operate and Transfer (BOT) dari PT Odira Energy Persada, pengelola teknis LPG Tambun. "Pendapatan bisa naik minimal 10% dari jualan gas bersih kepada PT Pertamina," katanya.
Prananto menjelaskan, langkah tersebut cukup baik ketimbang perusahaan bertahan di jual beli putus karena penyerapan di hilir. Sebelumnya, kata dia, kapasitas produksi kilang LPG Tambun sempat alami penurunan karena beberapa faktor.
Penyebab dominan adalah faktor ekternal dengan prosentase 80%-90% mempengaruhi penurunan produksi seperti harga minyam dunia anjlok. Bahkan, pada 2014 harga minyak di tingkat dunia mencapai USD100 per barel, tetapi mulai bulan Juni pada tahun yang sama anjlok menjadi USD50 per barel.
Sehingga, kata dia, kenaikan hanya sempat terjadi pada bulan Mei 2015 menjadi USD61 per barel. Harga minyak dunia itu mempengaruhi harga propane butane atau bahan dasar elpiji, ikut turun pada periode yang sama juga.
Awalnya harga propane butanesebesar USD1.000 per ton, turun menjadi USD400 per ton, bahkan pada periode Juli 2016 hanya ada pada kisaran USD200 per ton. Penyebab lain dari penurunan produksi elpiji di Kilang Tambun adalah, volume gas flare dari Kilang Tambun dan Pondok Tengah berkurang.
Senior Manager PT BBWM, Hilaluddin Yusri menambahkan, sampai saat ini, volume gas frale dari dua kilang tersebut sebanyak 30 kaki kubik, turun dari volume tahun tahun sebelumnya sebanyak 72 kaki kubik. Adapun jatah untuk PT BBWM yang diolah menjadi elpiji hanya 7-8 kaki kubik.
"Adapun pengaruh internal yang 10-20% mempengaruhi produksi itu karena kondisi kilang setelah diterima dari PT Odira kurang layak karena terdapat beberapa bagian penting mengalami kerusakan. Seperti kompresor, sehingga harus dilakukan perbaikan," tambahnya.
Di tengah tantangan produksi migas yang besar, Direksi PT BBWM masih mampu memberikan PAD yang besar. Selama periode 2006 hingga 2016, PAD yang telah dihasilkan dan disetorkan ke kas daerah Kabupaten Bekasi mencapai Rp268 miliar.
(ven)