Kementerian PUPR Tambah Kapasitas Pengadaan Air Baku
A
A
A
JAKARTA - Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus menggenjot proyek penyediaan infrastruktur air minum.
Beberapa proyek yang sedang digarap antara lain Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat (Jateng), SPAM Regional Jatigede (Jabar), SPAM Umbulan (Jatim), SPAM Regional Mamminasata (Sulsel), SPAM Regional Jatiluhur (Jabar), SPAM Regional Mebidang (Sumut) dan SPAM Regional Wasusokas (Jateng).
"Target penambahan kapasitas 2015-2019 adalah untuk memenuhi kebutuhan air baku masyarakat di seluruh Indonesia dengan sebesar 67,16 m3 per detik," ujar Kepala Pusat Air Tanah dan Air Baku Amir Hamzah di Jakarta, Jumat (8/12/2017).
Menurutnya, pengambilan air baku dapat dilakukan dalam dua cara. Pertama, air baku yang berasal dari air permukaan antara lain berupa embung, situ, bendungan, dandiambil langsung dari sungai melalui free intake. Kedua, air baku yang bersumber dari groundwater (air tanah) dan diambil melalui pengeboran dan kemudian didistribusikan.
Berdasarkan data Kementerian PUPR, saat ini air baku yang berasal dari air sumur dalam mencapai sekitar 6.902 titik. Dari jumlah tersebut yang gunakan untuk Jaringan Irigasi dan Air Tanah (JIAT) mencapai 6.400 titik dan menyuplai tanaman seluas 118.380 ha.
Sisanya, sebayak 500 titik sumur dimanfaatkan untuk memnuhi kebutuhan air baku masyarakat. Dalam pengadaan air baku dari sumur atau air tanah, masih ada beberapa kendala. Salah satunya dalam hal pembebasan lahannya.
"Saya mengevaluasi dari kegiatan tahun lalu, kita meminta balai untuk bersama-sama berusaha kalau memungkinkan masalah tanah harus diselesaikan terlebih dahulu oleh Pemda, karena tanah adalah kewenangan Pemda, sedangkan konstruksinya akan disiapkan oleh Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal SDA-Kementerian PUPR," terang Amir.
Khusus untuk masyarakat Kota Jakarta, Pusat Air Tanah dan Air Baku Kementerian PUPR akan menyiapkan kebutuhan air baku sebesar 30 meter kubik per detik melalui beberapa intake dan yang paling besar berasal dari Sungai Citarum melalaui saluran Tarum Barat.
Selain itu, instansi tersebut juga akan berusaha menambah kebutuhan air baku Kota Jakarta sekitar 10 meter kubik per detik sehingga menjadi 40 meter kubik per detik. Pasokan tersebut airnya akan diambil dari Bendungan Karian-Banten, di mana mempunyai kapasitas 14 meter kubik per detik untuk beberapa lokasi, misalnya Serang dan Tanggerang Selatan.
"Oleh karenanya, kami harapkan bendungan tersebut selesai pada 2019, sehingga dapat menambah pasokan air baku bagi Jakarta dan daerah sekitarnya," imbuh dia.
Beberapa proyek yang sedang digarap antara lain Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat (Jateng), SPAM Regional Jatigede (Jabar), SPAM Umbulan (Jatim), SPAM Regional Mamminasata (Sulsel), SPAM Regional Jatiluhur (Jabar), SPAM Regional Mebidang (Sumut) dan SPAM Regional Wasusokas (Jateng).
"Target penambahan kapasitas 2015-2019 adalah untuk memenuhi kebutuhan air baku masyarakat di seluruh Indonesia dengan sebesar 67,16 m3 per detik," ujar Kepala Pusat Air Tanah dan Air Baku Amir Hamzah di Jakarta, Jumat (8/12/2017).
Menurutnya, pengambilan air baku dapat dilakukan dalam dua cara. Pertama, air baku yang berasal dari air permukaan antara lain berupa embung, situ, bendungan, dandiambil langsung dari sungai melalui free intake. Kedua, air baku yang bersumber dari groundwater (air tanah) dan diambil melalui pengeboran dan kemudian didistribusikan.
Berdasarkan data Kementerian PUPR, saat ini air baku yang berasal dari air sumur dalam mencapai sekitar 6.902 titik. Dari jumlah tersebut yang gunakan untuk Jaringan Irigasi dan Air Tanah (JIAT) mencapai 6.400 titik dan menyuplai tanaman seluas 118.380 ha.
Sisanya, sebayak 500 titik sumur dimanfaatkan untuk memnuhi kebutuhan air baku masyarakat. Dalam pengadaan air baku dari sumur atau air tanah, masih ada beberapa kendala. Salah satunya dalam hal pembebasan lahannya.
"Saya mengevaluasi dari kegiatan tahun lalu, kita meminta balai untuk bersama-sama berusaha kalau memungkinkan masalah tanah harus diselesaikan terlebih dahulu oleh Pemda, karena tanah adalah kewenangan Pemda, sedangkan konstruksinya akan disiapkan oleh Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal SDA-Kementerian PUPR," terang Amir.
Khusus untuk masyarakat Kota Jakarta, Pusat Air Tanah dan Air Baku Kementerian PUPR akan menyiapkan kebutuhan air baku sebesar 30 meter kubik per detik melalui beberapa intake dan yang paling besar berasal dari Sungai Citarum melalaui saluran Tarum Barat.
Selain itu, instansi tersebut juga akan berusaha menambah kebutuhan air baku Kota Jakarta sekitar 10 meter kubik per detik sehingga menjadi 40 meter kubik per detik. Pasokan tersebut airnya akan diambil dari Bendungan Karian-Banten, di mana mempunyai kapasitas 14 meter kubik per detik untuk beberapa lokasi, misalnya Serang dan Tanggerang Selatan.
"Oleh karenanya, kami harapkan bendungan tersebut selesai pada 2019, sehingga dapat menambah pasokan air baku bagi Jakarta dan daerah sekitarnya," imbuh dia.
(izz)