Dampak Letusan Gunung Agung, Penerbangan ke Bali Turun 30%
A
A
A
JAKARTA - Indonesia National Air Carriers Association (INACA) atau Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia memperkirakan penerbangan ke Bali mengalami penurunan sekitar 30% pada akhir tahun ini dan awal tahun depan.
Ketua Penerbangan Berjadwal INACA Bayu Sutanto mengatakan, faktor utama dari penurunan tersebut, yaitu letusan Gunung Agung yang saat ini masih berstatus awas. Hal itu ditandai sejumlah penundaan acara, baik itu tingkat nasional dan internasional. "Kelihatan akan turun. Saya lihat beberapa acara termasuk di beberapa maskapai kita dengan pabrikan untuk mengadakan lokakarya, seminar di Bali, kami tunda semua," katanya di Jakarta, Rabu (13/12/2017).
Selain itu, kata dia, orang-orang cenderung menunda liburan ke Bali untuk menghindari dampak buruk dari letusan Gunung Agung. "Pengecualian khususnya rute ke Denpasar karena kendala ada kejadian Gunung Agung yang belum pasti karena belum meletus besar juga. Karena itu, orang menunda atau mengalihkan perjalanannya untuk liburan, baik pribadi, keluarga, maupun rapat perusahaan," ujarnya.
Meski demikian, Bayu mengaku tingkat keterisian penumpang tetap tinggi, tapi destinasi beralih dari Bali ke Yogyakarta, Semarang, dan Bandung. Selain itu, sejumlah penumpang cenderung beralih ke luar negeri, seperti Singapura atau Thailand. "Natal dan Tahun Baru di Denpasar tidak seramai tahun sebelumnya, mungkin pindah ke tempat lain atau ke luar negeri yang paling dekat Singapura atau Bangkok. Tapi untuk maskapai penerbangan paling jauh terbang ke Jepang, Korea, Australia, dan Timur Tengah," katanya.
Dia menyebutkan, secara umum peningkatan lalu lintas penerbangan mencapai 15% pada akhir tahun ini untuk rute-rute tertentu, seperti Medan dan Manado 20%. Dalam kesempatan sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku, penurunan jumlah penerbangan ke Bali merupakan kondisi sulit, terutama untuk mengejar target jumlah wisatawan mancanegara hingga akhir tahun ini.
"Kita kehilangan satu juta, memang kondisinya sulit karena kalau kita tetap memaksakan dan ternyata erupsi, kepercayaan orang akan hilang," ujarnya.
Menurut Arief, Bali memang sedang dalam status awas level 4. Belum turun dan belum berubah, karena itu wisatawan yang berada di Pulau Dewata tetap harus waspada dan hati-hati. Jangan terlalu berani dekat pusat erupsi. "Saya selalu menggunakan global standar, apa yang dilakukan UN WTO itulah yang kita pakai. Nah, selama status masih belum turun, kode etik yang berlaku di dunia, semua materi promosi harus dihentikan. Laman Kemenpar diubah menjadi darksite! Kita tidak boleh meng-invite wisatawan," kata Arief.
Sebelumnya, Country Manager Emirates for Indonesia Rashid Al Ardha mengatakan, penutupan bandara di Denpasar dan Lombok selama tiga hari akibat erupsi Gunung Agung pada akhir November lalu berdampak pada pembatalan enam penerbangan Emirates. Namun, Rashid menyebut, semua proses pelayanan dan penanganan bagi penumpang, baik yang melakukan pengalihan ataupun batal, sepenuhnya berjalan baik dan kondusif.
Sementara itu, dalam Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata IV-2017 di Jakarta, beberapa pelaku pariwisata Bali dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Denpasar mengungkapkan beberapa kondisi terkini di Bali. Antara lain terjadinya penurunan okupansi perhotelan, karena beberapa hotel okupasinya ada yang hanya 15%. Selain itu, ada pembatalan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari beberapa negara yang sedianya akan berlibur akhir tahun di Bali lantaran batalnya penerbangan mereka. Namun, para pelaku pariwisata Bali menegaskan bahwa secara umum kondisi Bali aman meskipun hingga saat ini status Gunung Agung masih di level waspada.
Ketua Penerbangan Berjadwal INACA Bayu Sutanto mengatakan, faktor utama dari penurunan tersebut, yaitu letusan Gunung Agung yang saat ini masih berstatus awas. Hal itu ditandai sejumlah penundaan acara, baik itu tingkat nasional dan internasional. "Kelihatan akan turun. Saya lihat beberapa acara termasuk di beberapa maskapai kita dengan pabrikan untuk mengadakan lokakarya, seminar di Bali, kami tunda semua," katanya di Jakarta, Rabu (13/12/2017).
Selain itu, kata dia, orang-orang cenderung menunda liburan ke Bali untuk menghindari dampak buruk dari letusan Gunung Agung. "Pengecualian khususnya rute ke Denpasar karena kendala ada kejadian Gunung Agung yang belum pasti karena belum meletus besar juga. Karena itu, orang menunda atau mengalihkan perjalanannya untuk liburan, baik pribadi, keluarga, maupun rapat perusahaan," ujarnya.
Meski demikian, Bayu mengaku tingkat keterisian penumpang tetap tinggi, tapi destinasi beralih dari Bali ke Yogyakarta, Semarang, dan Bandung. Selain itu, sejumlah penumpang cenderung beralih ke luar negeri, seperti Singapura atau Thailand. "Natal dan Tahun Baru di Denpasar tidak seramai tahun sebelumnya, mungkin pindah ke tempat lain atau ke luar negeri yang paling dekat Singapura atau Bangkok. Tapi untuk maskapai penerbangan paling jauh terbang ke Jepang, Korea, Australia, dan Timur Tengah," katanya.
Dia menyebutkan, secara umum peningkatan lalu lintas penerbangan mencapai 15% pada akhir tahun ini untuk rute-rute tertentu, seperti Medan dan Manado 20%. Dalam kesempatan sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku, penurunan jumlah penerbangan ke Bali merupakan kondisi sulit, terutama untuk mengejar target jumlah wisatawan mancanegara hingga akhir tahun ini.
"Kita kehilangan satu juta, memang kondisinya sulit karena kalau kita tetap memaksakan dan ternyata erupsi, kepercayaan orang akan hilang," ujarnya.
Menurut Arief, Bali memang sedang dalam status awas level 4. Belum turun dan belum berubah, karena itu wisatawan yang berada di Pulau Dewata tetap harus waspada dan hati-hati. Jangan terlalu berani dekat pusat erupsi. "Saya selalu menggunakan global standar, apa yang dilakukan UN WTO itulah yang kita pakai. Nah, selama status masih belum turun, kode etik yang berlaku di dunia, semua materi promosi harus dihentikan. Laman Kemenpar diubah menjadi darksite! Kita tidak boleh meng-invite wisatawan," kata Arief.
Sebelumnya, Country Manager Emirates for Indonesia Rashid Al Ardha mengatakan, penutupan bandara di Denpasar dan Lombok selama tiga hari akibat erupsi Gunung Agung pada akhir November lalu berdampak pada pembatalan enam penerbangan Emirates. Namun, Rashid menyebut, semua proses pelayanan dan penanganan bagi penumpang, baik yang melakukan pengalihan ataupun batal, sepenuhnya berjalan baik dan kondusif.
Sementara itu, dalam Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata IV-2017 di Jakarta, beberapa pelaku pariwisata Bali dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Denpasar mengungkapkan beberapa kondisi terkini di Bali. Antara lain terjadinya penurunan okupansi perhotelan, karena beberapa hotel okupasinya ada yang hanya 15%. Selain itu, ada pembatalan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari beberapa negara yang sedianya akan berlibur akhir tahun di Bali lantaran batalnya penerbangan mereka. Namun, para pelaku pariwisata Bali menegaskan bahwa secara umum kondisi Bali aman meskipun hingga saat ini status Gunung Agung masih di level waspada.
(amm)