UKM Indonesia Diajak Ikut Pameran HKTDC di Hong Kong
A
A
A
JAKARTA - Hong Kong dan Indonesia telah melakukan kerja sama perdagangan bilateral yang kuat dalam bebergai produk dan jasa selama bertahun-tahun.
Untuk memperkuat sektor perdagangan, Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) mengumpulkan para pegiat pasar, membentuk kemitraan untuk mengembangkan bisnis bagi perusahaan dan menyelenggarakan lebih dari 30 pameran setiap tahunnya.
Tujuannya untuk menyediakan one stop sourcing platform bagi pembeli dan pemasok dari kedua negara dalam rangka mengembangkan bisnis mereka.
Direktur HKTDC Leung Kwan Ho mengatakan, HKTDC akan menggelar tujuh pameran dagang internasional di Hong Kong pada 2018. "Pameran ini menawarkan solusi ideal bagi para pedagang dan pemasok dari Indonesia untuk memperluas bisnis mereka," kata Leung Kwan Ho saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Pameran tersebut terdiri dari HKTDC Hong Kong Toys and Games Fair, HKDTC Hong Kong Baby Fair, dan Hong Kong International Stationery Fair pada 8-11 Januari, HKTDC Hong Kong International Licensing Show pada 8-10 Januari, Hong Kong Fashion Week for Fall/Winter pada 15-18 Januari, HKTDC Hong Kong International Diamond, Gem and and Pearl Show pada 27 Februari-3 Maret dan terakhir adalah HKTDC Hong Kong International Jewellery Show pada 1-5 Maret.
Sebelumnya pada 2017, sebanyak 30 pemeran yang digelar oleh HKTDC berhasil menarik lebih dari 36.000 peserta dan lebih dari 700.000 pengunjung dari seluruh dunia.
Leung berharap pameran yang digelar HKTDC dapat menyambut lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk bekolaborasi dan mengeksplorasi peluang bisnis mereka. Selain itu juga berani memasuki pasar global melalui pameran HKTDC. "Kami mendorong semua pembeli, distributor dan pengecer dari Indonesia untuk datang ke Hong Kong," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Indonesia adalah mitra dagang terbesar ke-21 bagi Hong Kong dan importir terbesar ke-20. Dalam 10 bulan pertama 2017 perdagangan Indonesia-Hong Kong melonjak 16% dari tahun ke tahun dan mencapai USD4,5 miliar.
"Sementara dari sektor impor, tumbuh sebesar 12,8% dibandingkan tahun lalu menjadi USD2,5 miiliar," kata Leung.
Sementara, pengusaha UKM Indonesia Produsen tas merek Covetbag, Leny Kurniati, yang rajin ikut pameran HKTDC mengaku dirinya sudah ikut berbagai pameran yang digelar HKTDC sejak 2010. "Pada awalnya saya hanya mau lihat tren mode tas dan menjajal memasarkan produk di pameran Hong Kong, ternyata buyer (pembeli) potensialnya banyak," imbuh Leny.
Dia mengungkapkan, masa terbaik pemasaran beragam tas ekslusif terbuat dari bahan kulit ular hasil produksinya adalah antara 2011-2014. Saat itu, ekonomi masih baik. Setelah itu ketika Amerika dan Eropa terkena krisis global maka terjadi penurunan. Penurunan cukup banyak hingga mencapai 30%.
"Dulu 2014 kami ikut pameran, saat itu sangat ramai dikunjungi buyers yang nonstop berdatangan silih berganti. Sampai-sampai saya tidak keluar stan untuk buang air kecil. Tapi terakhir saya ikut pameran di Hong Kong, tidak seramai sebelum 2014," terangnya.
Leny mengatakan, untuk menyiasati kondisi turunnya buyers dari Amerika dan Eropa maka tas produksi Covetbag mengalihkan sasaran pemasaran produknya ke pasar Asia. Akhirnya pengalihan market ini membuahkan hasil, membuat omzet pendapatan Covetbag tetap stabil.
Penurunan buyers Amerika dan Eropa bisa ditutupi dengan meningkatnya buyers dari Asia. Terbesar yakni Thailand (60%) dan sisanya dari Amerika dan Eropa.
Untuk memperkuat sektor perdagangan, Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) mengumpulkan para pegiat pasar, membentuk kemitraan untuk mengembangkan bisnis bagi perusahaan dan menyelenggarakan lebih dari 30 pameran setiap tahunnya.
Tujuannya untuk menyediakan one stop sourcing platform bagi pembeli dan pemasok dari kedua negara dalam rangka mengembangkan bisnis mereka.
Direktur HKTDC Leung Kwan Ho mengatakan, HKTDC akan menggelar tujuh pameran dagang internasional di Hong Kong pada 2018. "Pameran ini menawarkan solusi ideal bagi para pedagang dan pemasok dari Indonesia untuk memperluas bisnis mereka," kata Leung Kwan Ho saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Pameran tersebut terdiri dari HKTDC Hong Kong Toys and Games Fair, HKDTC Hong Kong Baby Fair, dan Hong Kong International Stationery Fair pada 8-11 Januari, HKTDC Hong Kong International Licensing Show pada 8-10 Januari, Hong Kong Fashion Week for Fall/Winter pada 15-18 Januari, HKTDC Hong Kong International Diamond, Gem and and Pearl Show pada 27 Februari-3 Maret dan terakhir adalah HKTDC Hong Kong International Jewellery Show pada 1-5 Maret.
Sebelumnya pada 2017, sebanyak 30 pemeran yang digelar oleh HKTDC berhasil menarik lebih dari 36.000 peserta dan lebih dari 700.000 pengunjung dari seluruh dunia.
Leung berharap pameran yang digelar HKTDC dapat menyambut lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk bekolaborasi dan mengeksplorasi peluang bisnis mereka. Selain itu juga berani memasuki pasar global melalui pameran HKTDC. "Kami mendorong semua pembeli, distributor dan pengecer dari Indonesia untuk datang ke Hong Kong," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Indonesia adalah mitra dagang terbesar ke-21 bagi Hong Kong dan importir terbesar ke-20. Dalam 10 bulan pertama 2017 perdagangan Indonesia-Hong Kong melonjak 16% dari tahun ke tahun dan mencapai USD4,5 miliar.
"Sementara dari sektor impor, tumbuh sebesar 12,8% dibandingkan tahun lalu menjadi USD2,5 miiliar," kata Leung.
Sementara, pengusaha UKM Indonesia Produsen tas merek Covetbag, Leny Kurniati, yang rajin ikut pameran HKTDC mengaku dirinya sudah ikut berbagai pameran yang digelar HKTDC sejak 2010. "Pada awalnya saya hanya mau lihat tren mode tas dan menjajal memasarkan produk di pameran Hong Kong, ternyata buyer (pembeli) potensialnya banyak," imbuh Leny.
Dia mengungkapkan, masa terbaik pemasaran beragam tas ekslusif terbuat dari bahan kulit ular hasil produksinya adalah antara 2011-2014. Saat itu, ekonomi masih baik. Setelah itu ketika Amerika dan Eropa terkena krisis global maka terjadi penurunan. Penurunan cukup banyak hingga mencapai 30%.
"Dulu 2014 kami ikut pameran, saat itu sangat ramai dikunjungi buyers yang nonstop berdatangan silih berganti. Sampai-sampai saya tidak keluar stan untuk buang air kecil. Tapi terakhir saya ikut pameran di Hong Kong, tidak seramai sebelum 2014," terangnya.
Leny mengatakan, untuk menyiasati kondisi turunnya buyers dari Amerika dan Eropa maka tas produksi Covetbag mengalihkan sasaran pemasaran produknya ke pasar Asia. Akhirnya pengalihan market ini membuahkan hasil, membuat omzet pendapatan Covetbag tetap stabil.
Penurunan buyers Amerika dan Eropa bisa ditutupi dengan meningkatnya buyers dari Asia. Terbesar yakni Thailand (60%) dan sisanya dari Amerika dan Eropa.
(izz)