Koridor Barat Masih Prospektif

Rabu, 10 Januari 2018 - 08:27 WIB
Koridor Barat Masih...
Koridor Barat Masih Prospektif
A A A
JAKARTA - Meski harga tanahnya terus mencekik, pasar properti di Koridor Barat Jakarta yang membentang dari Puri, Permata Hijau, Bintaro, Pondok Indah, Serpong hingga Karawaci masih menjadi primadona di dunia properti.

Hal tersebut akibat pembangunan infastruktur yang masif serta sistem transportasi matang sehingga semakin menarik minat penghuni.

Kawasan Serpong misalnya, dari sisi infrastruktur, memiliki semuanya. Kawasan ini terhubung oleh jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) yang sudah terkoneksi dengan tol Bandara, tol BSD, dan percepatan rencana pembagunan tol JORR II serta Serpong-Balaraja. Koneksi jalan tol tersebut membuat kawasan ini menjadi magnet dalam dunia properti.

Tidak hanya hunian, berbagai fasilitas pun terus bertambah sehingga membuat penduduk Serpong tidak perlu keluar area untuk mendapatkan berbagai kebutuhan hidup, dari kebutuhan pokok sampai rekreasi. Di sisi lain, kawasan seluas 24.040 kilometer persegi ini juga dekat dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Adanya keunggulan itu membuat Serpong berkembang menjadi kawasan gurih bagi pebisnis properti. Apalagi mulai banyaknya perusahaan multinasional yang memindahkan basis operasinya dari pusat kota Jakarta ke daerah Serpong yang secara umum mempunyai kemipiran infrastruktur dan lingkungan hidup di negara maju.

Pesatnya kawasan Serpong tak pelak membuat harga tanahnya terus terkerek naik yang kini sudah mencapai Rp15 juta sampai Rp25 juta per meter perseginya. Tak pelak, harga rumah di pusat kota Serpong, rata-rata sudah di atas Rp1 miliar. Hal itu membawa berkah bagi kawasan tetangga Serpong.

Sebut saja kawasan Pamulang, Pasar Kemis, Cikupa, Cisauk, Balaraja, Legok, Curug, hingga Tigaraksa, yang secara lokasi berada di bagian barat Serpong. Pengamat Properti Toerangga Putra menuturkan, tingginya harga tanah di kawasan Serpong membuat pengembang melebarkan pasarnya ke wilayah dengan harga tanah yang lebih rendah seperti di kawasan Tigaraksa hingga ke Cikupa.

Sebetulnya, terang dia, kawasan Tangerang yang meliputi Tigaraksa, Pasar Kemis, Balaraja, dan Cikupa sudah jadi incaran pengembang sejak dulu. Menjadi semakin dinamis, Toerangga menyebut, karena rencana aksesibilitas jalan tol Serpong-Balaraja-Bandara, menjadi hal yang turut mengangkat kawasan.

Jalan tol Serpong-Balaraja sendiri akan menyambungkan jalan tol Bintaro-Serpong yang juga akan menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Kabupaten Tangerang. “Kendati belum seatraktif kawasan Cikarang, Bekasi, kawasan Tangerang memiliki economic based dari kawasan industri dan pergudangan sehingga sangat potensial dikembangkan proyek properti,” ujarnya.

Kegiatan industri di Kabupaten Tangerang, terang Toerangga, tersedia melalui cadangan lahan mencapai 3.000 hektare dan 4.500 hektare untuk zona industri yang tersebar di tujuh kecamatan yaitu Cikupa, Balaraja, Tigaraksa, Cisoka, Pasar Kemis, Legok, dan Serpong.

“Jadi potensinya kawasan ini untuk kegiatan industri cukup luar biasa,” tukasnya. Senada, Nurul Yaqin, Pengamat Properti dari Benhokk Property mengutarakan, Serpong akan menjadi salah satu destinasi investasi terbaik di kawasan Jabodetabek. Mengingat lima tahun terakhir pertumbuhan infrastrktur transportasi umum dan akses semakin baik.

“Apalagi ke depannya akan ada tol baru dan Transjakarta yang akan masuk. Pertumbuhan propertinya bukan skala nasional, tapi internasional. Bahkan Serpong jadi etalase pertumbuhan properti di Indonesia,” katanya. Tak hanya itu, lanjut dia, dari sisi daya beli pun, Serpong juga menjadi salah satu wilayah dengan pertumbuhan kelas menengah paling tinggi di Indonesia.

Karena itu, menurut Nurul, diyakini produk properti yang dilempar di pasar akan terserap dengan baik. “Antara supply dan demand, bisa dibilang seimbang. Sementara jenis properti yang akan diburu lebih ke kisaran harga first home, yakni antara Rp600 juta sampai Rp700 jutaan,” sebutnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menyebutkan, kawasan Serpong tumbuh sangat cepat, dibandingkan dengan kawasan pinggiran lainnya di sekitar Jabodetabek. Adapun BSD City merupakan kawasan perumahan skala kota (township development) yang terintegrasi serta konsisten menambah fasilitas-fasilitas baru bagi kenyamanan dan kualitas hidup penghuninya.

Tak mengherankan, terang dia, jika BSD City sampai saat ini menjadi top of mind masyarakat. Kawasan ini juga sering mendapat berbagai penghargaan sebagai kota baru terbaik karena kelengkapan fasilitasnya. Dengan kondisi demikian, kata Ali, tak mengherankan jika investasi properti di BSD City terus tumbuh.

“Dalam kurun waktu 2008 sampai 2017 saja, pertumbuhan investasi terjadi sangat signifikan. Tingkat pertumbuhan naik 100 persen dalam satu dekade, atau rata-rata sekitar 15 persen hingga 20 persen per tahun,” ujarnya. Properti terbaru yang tengah digarap di koridor barat yaitu SKY House BSD+.

Mempertimbangkan kawasan BSD City sebagai pilihan utama untuk tinggal dan berinvestasi, SKY House BSD+ hadir dengan kualitas yang tentunya tidak mengecewakan, bersama dengan Grup Sinarmas membangun BSD City. Dirancang oleh para konsultan dengan reputasi internasional, SKY House BSD+ juga menawarkan kehidupan smart living yang telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern. (Rendra Hanggara)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0467 seconds (0.1#10.140)