PT Inti Produksi Alat Navigasi Pesawat untuk Bandara di Papua
A
A
A
BANDUNG - PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau PT Inti berencana menggarap produk navigasi pesawat. Produk navigasi tersebut rencananya bakal dipasang di sejumlah bandara di Papua.
Direktur Utama PT Inti Darman Mappangara mengatakan, perangkat navigasi pesawat Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B) itu nantinya menjadi produk navigasi pesawat pertama buatan dalam negeri. Alat tersebut merupakan pesanan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia).
"Di dunia tidak banyak yang menyuplai ADS-B, sehingga ADS-B PT Inti ini akan menjadi produk navigasi buatan dalam negeri, pertama di Indonesia, karya anak bangsa," ungkap Darman Mappangara di Bandung, Minggu (14/1/2018).
Perjanjian kerja sama pemasangan ADS-B, menurut dia, telah ditandatangani antara PT Inti dengan Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto Rahardjo. Kerja sama itu mendapat dukungan dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), serta Kementerian BUMN.
"Kerja sama ini merupakan upaya kami untuk membangkitkan industri dalam negeri. Apalagi, selama ini sistem ADS-B yang diimplementasikan di ruang udara Indonesia masih sangat bergantung pada produk dan perusahaan luar negeri," papar Darman.
Seperti diketahui, terdapat 295 bandara yang tersebar di seluruh Indonesia, meliputi 13 bandara di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura I, 14 bandara di bawah PT Angkasa Pura II, dua bandara di bawah pengelolaan TNI, 239 bandara di bawah Unit Penyelenggara Bandar Udara, dan 27 bandara di bawah Unit Pelayanan Teknis (UPT) Daerah.
Menurut Darmawan, dari sisi potensi, produk navigasi pesawat masih sangat besar dimanfaatkan puluhan bandara besar dan kecil di Indonesia. Dari total 295 yang ada, sekitar 255 bandara non-radar di antaranya berpotensi membutuhkan perangkat ADS-B untuk Mini ATC dan Surface Movement Monitoring. Selain itu, bandara pun membutuhkan penambahan ground station di lokasi lain. Saat ini, keseluruhan peralatan ADS-B yang terpasang masih merupakan produk negara lain.
"Keterlibatan industri lokal dalam sistem navigasi ruang udara masih sangat minim, penyedia teknologi ADS-B untuk wilayah ruang udara di Indonesia saat ini masih didominasi oleh produk asing," cetusnya.
PT Inti, lanjut dia, berkomitmen memproduksi masal ADS-B ini, melihat pertimbangan bisnis yang menunjukkan tren positif industri penerbangan. Proyeksi pertumbuhan industri penerbangan rata-rata 5,5% dalam 10 tahun terakhir yang dirilis The International Air Transport Association (IATA).
Dari proyeksi ini, kata Darman, prospek bisnis yang akan didapat dari produksi masal ADS-B ini sangat besar, terutama dalam menggarap agenda National Aviation Security System Integration (NASSI) 2014-2024. Selain itu, ADS-B tidak hanya bekal untuk bisnis yang sifatnya komersial, tapi juga menjadi jalan bagi PT Inti untuk bisa menjalankan visi perusahaan.
Selain komitmen kerja sama memproduksi produk navigasi, kerja sama Inti dengan Airnav Indonesia juga sinergi peningkatan pelayanan navigasi penerbangan dalam bidang teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Selain itu, sinergi inipun menitikberatkan pada upaya penyampaian pengetahuan dan pemahaman (transfer of knowledge), sekaligus pemeliharaan yang berkesinambungan terhadap peralatan telekomunikasi navigasi penerbangan.
Direktur Utama PT Inti Darman Mappangara mengatakan, perangkat navigasi pesawat Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B) itu nantinya menjadi produk navigasi pesawat pertama buatan dalam negeri. Alat tersebut merupakan pesanan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia).
"Di dunia tidak banyak yang menyuplai ADS-B, sehingga ADS-B PT Inti ini akan menjadi produk navigasi buatan dalam negeri, pertama di Indonesia, karya anak bangsa," ungkap Darman Mappangara di Bandung, Minggu (14/1/2018).
Perjanjian kerja sama pemasangan ADS-B, menurut dia, telah ditandatangani antara PT Inti dengan Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto Rahardjo. Kerja sama itu mendapat dukungan dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), serta Kementerian BUMN.
"Kerja sama ini merupakan upaya kami untuk membangkitkan industri dalam negeri. Apalagi, selama ini sistem ADS-B yang diimplementasikan di ruang udara Indonesia masih sangat bergantung pada produk dan perusahaan luar negeri," papar Darman.
Seperti diketahui, terdapat 295 bandara yang tersebar di seluruh Indonesia, meliputi 13 bandara di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura I, 14 bandara di bawah PT Angkasa Pura II, dua bandara di bawah pengelolaan TNI, 239 bandara di bawah Unit Penyelenggara Bandar Udara, dan 27 bandara di bawah Unit Pelayanan Teknis (UPT) Daerah.
Menurut Darmawan, dari sisi potensi, produk navigasi pesawat masih sangat besar dimanfaatkan puluhan bandara besar dan kecil di Indonesia. Dari total 295 yang ada, sekitar 255 bandara non-radar di antaranya berpotensi membutuhkan perangkat ADS-B untuk Mini ATC dan Surface Movement Monitoring. Selain itu, bandara pun membutuhkan penambahan ground station di lokasi lain. Saat ini, keseluruhan peralatan ADS-B yang terpasang masih merupakan produk negara lain.
"Keterlibatan industri lokal dalam sistem navigasi ruang udara masih sangat minim, penyedia teknologi ADS-B untuk wilayah ruang udara di Indonesia saat ini masih didominasi oleh produk asing," cetusnya.
PT Inti, lanjut dia, berkomitmen memproduksi masal ADS-B ini, melihat pertimbangan bisnis yang menunjukkan tren positif industri penerbangan. Proyeksi pertumbuhan industri penerbangan rata-rata 5,5% dalam 10 tahun terakhir yang dirilis The International Air Transport Association (IATA).
Dari proyeksi ini, kata Darman, prospek bisnis yang akan didapat dari produksi masal ADS-B ini sangat besar, terutama dalam menggarap agenda National Aviation Security System Integration (NASSI) 2014-2024. Selain itu, ADS-B tidak hanya bekal untuk bisnis yang sifatnya komersial, tapi juga menjadi jalan bagi PT Inti untuk bisa menjalankan visi perusahaan.
Selain komitmen kerja sama memproduksi produk navigasi, kerja sama Inti dengan Airnav Indonesia juga sinergi peningkatan pelayanan navigasi penerbangan dalam bidang teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Selain itu, sinergi inipun menitikberatkan pada upaya penyampaian pengetahuan dan pemahaman (transfer of knowledge), sekaligus pemeliharaan yang berkesinambungan terhadap peralatan telekomunikasi navigasi penerbangan.
(fjo)