Harga Beras Tinggi, Bulog Harus Jadi Penyeimbang
A
A
A
SURABAYA - Kantor Perwakilan Daerah (KPD) Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Surabaya menilai, naiknya harga beras saat ini disebabkan turunnya produksi padi. Sehingga, pasokan beras ke pasar berkurang.
Hal itu disampaikan Kepala KPD KPPU Surabaya Dendy Rakhmad disela-sela operasi mendadak (Sidak) di Pasar Wonokromo, Jalan Wonokromo , Surabaya, Selasa (16/1/2018). Operasi tersebut secara khusus untuk memantau perkembangan harga beras di pasaran.
“Untuk mengatasi gejolak harga beras saat ini, diperlukan peran Bulog (Badan Urusan Logistik) agar harganya terkendali. Langkah dari Bulog harus bisa menjadi penyeimbang dalam upaya menekan kenaikan harga beras di pasaran,” kata Dendy.
Dari sidak diketahui, harga beras premium yang dijual para pedagang di Pasar Wonokromo berkisar antara Rp11.000 hingga Rp13.000. Artinya ada kenaikan sekitar Rp2.000 dibanding harga beras yang dijual pada saat harga normal.
Sedangkan beras medium yang digelontorkan Bulog melalui operasi pasar dijual para pedagang dengan harga Rp9.000. “Pada dasarnya masyarakat menerima pasokan berasa dari Bulog. Hanya saja mereka berharap kualitas berasanya ditingkatkan,” terangnya.
Salah satu pedagang beras di Pasar Wonokromo Jayus Tukima (63) mengaku bisa menerima beras dari Bulog. Pasalnya, beras dari lembaga pangan terseebut kualitasnya medium. Kemudian harganya paling murah dibanding yang lain.
“Saat ini sudah banyak yang membeli beras Bulog dibanding beras premium. Ini karena harganya lebih terjangkau. Dalam seminggu ini saya sudah menjual 100 kilogram (kg)beras Bulog,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo menegaskan bahwa, stok beras di Jatim saat ini dalam kondisi aman. Untuk itu, diharapkannya masyarakat tidak perlu memborong beras. Pada akhir tahun 2017, kata dia, Jatim kelebihan pasokan atau surplus 200.000 ton. Produksi Januari 2018 sebanyak 295.000 ton dengan konsumsi 297.000 atau kurang 2.000 ton. “Pada bulan Februari nanti, Jatim akan panen 990.000 ton dan bulan Maret akan panen 1,7 juta ton,” ujarnya.
Terkait kenaikan harga beras, orang nomor satu di Jatim ini mengaku itu merupakan hal yang wajar. Menurutnya, dalam hukum ekonomi menjelaskan, ketika permintaan tinggi tapi barangnya sedikit, maka harga akan tinggi. Sebaliknya, ketika permintaan sedikit tapi barang berlimpah, maka harga dengan sedirinya akan murah. “Mengingat stok beras di Jatim aman, saya harap masyarakat tidak panik Jatim akan kekurangan beras. Kita surplus kok,” tandasnya.
Hal itu disampaikan Kepala KPD KPPU Surabaya Dendy Rakhmad disela-sela operasi mendadak (Sidak) di Pasar Wonokromo, Jalan Wonokromo , Surabaya, Selasa (16/1/2018). Operasi tersebut secara khusus untuk memantau perkembangan harga beras di pasaran.
“Untuk mengatasi gejolak harga beras saat ini, diperlukan peran Bulog (Badan Urusan Logistik) agar harganya terkendali. Langkah dari Bulog harus bisa menjadi penyeimbang dalam upaya menekan kenaikan harga beras di pasaran,” kata Dendy.
Dari sidak diketahui, harga beras premium yang dijual para pedagang di Pasar Wonokromo berkisar antara Rp11.000 hingga Rp13.000. Artinya ada kenaikan sekitar Rp2.000 dibanding harga beras yang dijual pada saat harga normal.
Sedangkan beras medium yang digelontorkan Bulog melalui operasi pasar dijual para pedagang dengan harga Rp9.000. “Pada dasarnya masyarakat menerima pasokan berasa dari Bulog. Hanya saja mereka berharap kualitas berasanya ditingkatkan,” terangnya.
Salah satu pedagang beras di Pasar Wonokromo Jayus Tukima (63) mengaku bisa menerima beras dari Bulog. Pasalnya, beras dari lembaga pangan terseebut kualitasnya medium. Kemudian harganya paling murah dibanding yang lain.
“Saat ini sudah banyak yang membeli beras Bulog dibanding beras premium. Ini karena harganya lebih terjangkau. Dalam seminggu ini saya sudah menjual 100 kilogram (kg)beras Bulog,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo menegaskan bahwa, stok beras di Jatim saat ini dalam kondisi aman. Untuk itu, diharapkannya masyarakat tidak perlu memborong beras. Pada akhir tahun 2017, kata dia, Jatim kelebihan pasokan atau surplus 200.000 ton. Produksi Januari 2018 sebanyak 295.000 ton dengan konsumsi 297.000 atau kurang 2.000 ton. “Pada bulan Februari nanti, Jatim akan panen 990.000 ton dan bulan Maret akan panen 1,7 juta ton,” ujarnya.
Terkait kenaikan harga beras, orang nomor satu di Jatim ini mengaku itu merupakan hal yang wajar. Menurutnya, dalam hukum ekonomi menjelaskan, ketika permintaan tinggi tapi barangnya sedikit, maka harga akan tinggi. Sebaliknya, ketika permintaan sedikit tapi barang berlimpah, maka harga dengan sedirinya akan murah. “Mengingat stok beras di Jatim aman, saya harap masyarakat tidak panik Jatim akan kekurangan beras. Kita surplus kok,” tandasnya.
(akr)