90% Pengusaha Muslim di Yogyakarta Terjebak Utang dan Riba
A
A
A
BANTUL - Komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR) Daerah Istimewa Yogyakarta mengajak pengusaha muslim untuk menghilangkan utang ke bank. Permasalahan utang piutang selalu identik dengan bunga uang (riba). Namun dengan konsep Syirkah (kerja sama), bisnis yang dijalankan akan lebih sesuai dengan ajaran Rasulullah.
Ketua Komunitas MTR Yogyakarta, Rasda Tajudin mengatakan sebanyak 90% pengusaha muslim di Yogyakarta terjerat utang. Utang dilakukan saat merintis usaha, mengembangkan usaha dan untuk memperbesar usaha. Padahal banyak pengusaha yang jatuh miskin karena terjerat utang dan riba. Angsuran bunga bank menjadikan salah satu faktor usaha bangkrut dan banyak harta yang ikut terpakai untuk membayar.
"Banyak pengusaha muslim jatuh miskin karena utang dan riba. Makanya MTR mengajak untuk menghilangkan utang," jelas Rasda di Kafe Jo, Bugisan, Bantul pada Selasa (16/1/2018).
Menurutnya, MTR akan membagikan ilmu menjadi pengusaha yang sukses tanpa tiba. Mereka akan menggelar seminar internasional bertajuk "Sukses Mengembangkan Harta Tanpa Riba" yang akan dilaksanakan di Hotel Grand Dafam pada 17-18 Januari 2018. Sejumlah narasumber akan dihadirkan, seperti Ustadz Samsul Arifin sebagai pendiri MTR, Coach Makbul dan Coach Djula.
Komunitas MTR merupakan kumpulan ustadz, pengusaha muslim, maupun mahasiswa dan praktisi ekonomi syariah. Bahkan sejumlah mantan pegawai bank yang memilih mengundurkan diri bergabung dengan komunitas ini, di mana anggotanya lebih dari 400 orang di Yogyakarta. Mereka ingin mengedukasi bagaimana bisnis dimulai tanpa riba.
Utang, kata dia, merupakan salah satu bentuk mengingkari dan tidak percaya kepada Allah sebagai pemilik tunggal rezeki. Kalau mau bisnis harus diawali dengan komitmen dan menjauhi riba. Dalam ajaran Islam, bisnis tanpa riba bisa dilakukan dengan melakukan syirkah. Yakni merupakan bisnis paling sempurna yang sesuai ajaran Rasulullah.
"Ini bisa diimplementasikan dengan melakukan kerja sama dengan teman yang memiliki modal, keahlian ataupun tempat untuk mengembangkan usaha. Hasilnya dibagi bersama tanpa ada bunga dan riba," ujarnya.
Seminar ini sendiri merupakan seminar kedua yang akan digelar. Panitia hanya menyediakan 200 tempat duduk dan sudah banyak yang memesan untuk ikut serta. Mereka berasal dari Palembang, Riau, Bengkulu, Surabaya, bahkan ada peserta seminar yang berasal dari Arab Saudi. "Ada beberapa jenis syirkah yang bisa dipakai untuk usaha," jelasnya.
Rasda sendiri mengaku sempat merintis usaha dan memiliki utang di bank senilai Rp9 miliar. Sekarang, utang itu sudah lunas dan usahanya tetap berjalan bersama dengan komunitas MTR. Bahkan dari peserta seminar pertama, sebanyak 60% sudah bebas dari utang. Sisanya masih menyelesaikan utang di bank dan sudah bergabung dengan MTR.
Salah satu pengusaha MTR, Firmansyah mengatakan di dalam MTR tidak hanya diberikan edukasi bagaimana berusaha dan menghilangkan utang. Juga ada smart parenting, yaitu bagaimana mendidik anak dengan usaha tetap berjalan. "Jadi tidak hanya bicara bisnis saja, tetapi juga edukasi keluarga agar sukses di bidang bisnis dan keluarga," jelasnya.
Ketua Komunitas MTR Yogyakarta, Rasda Tajudin mengatakan sebanyak 90% pengusaha muslim di Yogyakarta terjerat utang. Utang dilakukan saat merintis usaha, mengembangkan usaha dan untuk memperbesar usaha. Padahal banyak pengusaha yang jatuh miskin karena terjerat utang dan riba. Angsuran bunga bank menjadikan salah satu faktor usaha bangkrut dan banyak harta yang ikut terpakai untuk membayar.
"Banyak pengusaha muslim jatuh miskin karena utang dan riba. Makanya MTR mengajak untuk menghilangkan utang," jelas Rasda di Kafe Jo, Bugisan, Bantul pada Selasa (16/1/2018).
Menurutnya, MTR akan membagikan ilmu menjadi pengusaha yang sukses tanpa tiba. Mereka akan menggelar seminar internasional bertajuk "Sukses Mengembangkan Harta Tanpa Riba" yang akan dilaksanakan di Hotel Grand Dafam pada 17-18 Januari 2018. Sejumlah narasumber akan dihadirkan, seperti Ustadz Samsul Arifin sebagai pendiri MTR, Coach Makbul dan Coach Djula.
Komunitas MTR merupakan kumpulan ustadz, pengusaha muslim, maupun mahasiswa dan praktisi ekonomi syariah. Bahkan sejumlah mantan pegawai bank yang memilih mengundurkan diri bergabung dengan komunitas ini, di mana anggotanya lebih dari 400 orang di Yogyakarta. Mereka ingin mengedukasi bagaimana bisnis dimulai tanpa riba.
Utang, kata dia, merupakan salah satu bentuk mengingkari dan tidak percaya kepada Allah sebagai pemilik tunggal rezeki. Kalau mau bisnis harus diawali dengan komitmen dan menjauhi riba. Dalam ajaran Islam, bisnis tanpa riba bisa dilakukan dengan melakukan syirkah. Yakni merupakan bisnis paling sempurna yang sesuai ajaran Rasulullah.
"Ini bisa diimplementasikan dengan melakukan kerja sama dengan teman yang memiliki modal, keahlian ataupun tempat untuk mengembangkan usaha. Hasilnya dibagi bersama tanpa ada bunga dan riba," ujarnya.
Seminar ini sendiri merupakan seminar kedua yang akan digelar. Panitia hanya menyediakan 200 tempat duduk dan sudah banyak yang memesan untuk ikut serta. Mereka berasal dari Palembang, Riau, Bengkulu, Surabaya, bahkan ada peserta seminar yang berasal dari Arab Saudi. "Ada beberapa jenis syirkah yang bisa dipakai untuk usaha," jelasnya.
Rasda sendiri mengaku sempat merintis usaha dan memiliki utang di bank senilai Rp9 miliar. Sekarang, utang itu sudah lunas dan usahanya tetap berjalan bersama dengan komunitas MTR. Bahkan dari peserta seminar pertama, sebanyak 60% sudah bebas dari utang. Sisanya masih menyelesaikan utang di bank dan sudah bergabung dengan MTR.
Salah satu pengusaha MTR, Firmansyah mengatakan di dalam MTR tidak hanya diberikan edukasi bagaimana berusaha dan menghilangkan utang. Juga ada smart parenting, yaitu bagaimana mendidik anak dengan usaha tetap berjalan. "Jadi tidak hanya bicara bisnis saja, tetapi juga edukasi keluarga agar sukses di bidang bisnis dan keluarga," jelasnya.
(ven)