LRT Swasta, Gebrakan atau Pepesan Kosong?

Kamis, 18 Januari 2018 - 06:45 WIB
LRT Swasta, Gebrakan atau Pepesan Kosong?
LRT Swasta, Gebrakan atau Pepesan Kosong?
A A A
TETIBA saja, publik seakan lupa dengan proyek light rail transit (LRT) milik pemerintah yang beberapa waktu lalu sempat heboh gegara kesulitan pendanaan. Pasalnya, proyek kereta ringan yang dimulai sejak 2015 itu anggarannya terus membengkak. Awalnya, diperkirakan hanya Rp27 triliun, akhirnya bertambah menjadi Rp31 triliun.

Skema pembiayaannya juga mengalami perubahan, dari yang awalnya ditanggung oleh APBN sepenuhnya, ternyata membutuhkan pinjaman perbankan. Semua itu akhirnya menggangu proses perampungan proyek mercusuar itu. Rencananya, alat transportasi itu akan kelar sebelum penyelenggaran Asian Games, Agustus mendatang. Belakangan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan LRT tak akan kelar sebelum perhelatan olahraga bergengsi se-Asia itu.

Kini, perhatian publik terarah pada "gonjang-ganjing" keinginan Ratu Prabu membangun LRT sepanjang 200 km dengan nilai investasi mencapai US$25 miliar atau sekitar Rp320 trilliun. Belum apa-apa, ternyata pola LRT swasta ini sudah mengikuti jejak LRT pemerintah. Khususnya, terkait ketidakpastian jumlah investasi yang disampaikan, yang berubah menjadi Rp405 triliun atau sebesar US$30 miliar.

Entah pernyataan Ratu Prabu ini merupakan gebrakan atau sekadar pepesan kosong belaka? Wajar jika muncul pertanyaan seperti itu. Sebab, dasar perhitungan Ratu Prabu ingin masuk ke bisnis transportasi ini terlalu "indah". Seperti disampaikan oleh Bur Maras, Direktur Utama Ratu Prabu Energi Tbk, mereka memperkirakan akan ada 2-3 juta penumpang per hari yang naik LRT. Dengan tiket seharga Rp20.000, modal mereka akan kembali setelah 15 tahun.

Hitungan yang menarik di atas kertas. Kita bandingkan dengan KRL commuter line. Jumlah penumpang commuter line saja paling banyak menyentuh 1 juta penumpang per hari. Panjang lintasan mereka sejauh 235 km dengan jumlah stasiun sebanyak 75 unit. Jumlah pemberangkatannya sebanyak 898 perjalanan.

Apakah bisa penumpang LRT Ratu Prabu lebih banyak dari commuter line? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 46/VI/2017 yang terbit Senin (15/01/2018).
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8128 seconds (0.1#10.140)