Bisnis Perhotelan di Indonesia Memasuki Era Baru
A
A
A
JAKARTA - Bisnis perhotelan di Indonesia memasuki era baru. Kondisi ini tidak lepas dari perubahan di berbagai bidang, meliputi perkembangan teknologi komunikasi, munculnya generasi milenial yang berperan besar sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, kebutuhan pola pikir, pola kerja baru, dan model bisnis.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Azana Hotels and Resorts Management, Dicky Sumarsono, kondisi di atas tidak jarang membuat pelaku perhotelan terkejut dengan perubahan yang cepat jika tidak siap. Apalagi, konsumen saat ini semakin sulit untuk dipuaskan.
"Oleh karena itu, butuh kecepatan dalam merespons perubahan dan kebutuhan konsumen. Jika tidak, hal ini membuat loyalitas konsumen pun sulit dipertahankan karena mudah berpindah hanya karena hal kecil," kata Dicky, Jumat (19/1/2018).
Dicky menjelaskan, kondisi ini pun dinilai sejumlah pihak merupakan kondisi abnormal. Padahal menurut dia, kondisi tersebut merupakan kondisi normal yang baru, yang justru membuka peluang baru lebih banyak.
Azana Hotels and Resort Management yang dirintis sejak 12 tahun lalu, saat ini telah mengelola 30 hotel dan akan bertambah tujuh properti lagi di bulan Maret, hingga menjadi 50 hotel pada akhir 2018.
"Azana mengikuti perubahan yang ada dan melakukan sejumlah strategi baru, mulai dari zooming atau pengenalan potensi yang lebih lagi dan optimalisasi bisnis, adventuring, melihat bisnis tidak hanya dari hotel tapi dari industri lain yang sukses, hingga pemberian berbagai macam gimik menarik secara rutin," katanya.
Dicky menjelaskan zooming diperlukan untuk memaksimalkan setiap potensi yang ada. Termasuk bisnis perhotelan pun harus melakukan adventuring yaitu melihat pola bisnis lain, seperti maskapai penerbangan, fashion, otomotif, dan lainnya untuk mengembangkan diri.
Model bisnis baru pun diciptakan untuk menarik market baru tumbuh. Untuk mengantisipasinya Azana telah meluncurkan aplikasi Azana Traveller Apps yang bisa diunduh di Playstore sejak bulan Desember 2017 lalu.
"Azana sudah meluncurkan Azana Traveller Apps, dirancang bukan hanya untuk booking online, tapi konsumen juga bisa melihat potensi daerah di sekitar hotel, seperti destinasi wisata, belanja, hingga kuliner. Berbagai penawaran menarik juga diberikan, mulai dari harga spesial hingga pengumpulan poin yang bisa ditukar untuk upgrade kamar hingga menginap gratis. Oleh karena itu, kami optimistis enam bulan ke depan jumlah booking melaui apps mencapai 12.000 per bulan di seluruh Indonesia," ucapnya.
Dia menambahkan, Azana juga secara aktif mengikuti pameran pasar wisata di sejumlah daerah, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Malaysia. "Azana juga sudah melengkapi hotelnya dengan SpotBox yang merupakan model bisnis baru berupa cafe dan sudah memiliki 7 outlet di Indonesia yang bisa digunakan sebagai tempat hang out anak muda dengan model coffee shop & lounge," tambah Dicky.
Meski persaingan bisnis hotel makin ketat, Dicky mengaku Azana tetap percaya diri mampu bersaing di segmen manapun dengan menonjolkan keunggulan yang dimiliki. Dicky mengatakan rata-rata okupansi hotel yang dikelola Azana Management adalah 75%-96% dan hanya satu hotel saja yang rata-rata okupansinya 60%.
Saat ini Azana sedang melakukan flanking development hotel budget di kota kabupaten, yaitu kota kedua dan ketiga yang sedang tumbuh perekonomiannya. "Karena itu kami tidak mau lagi mengelola hotel di tengah kota, apalagi dengan jumlah kamar di atas 50 yang dibangun dengan dana bank, Azana lebih menyasar daerah pinggiran yang belum banyak dilirik," katanya.
Tidak sekadar menghadirkan hotel untuk menginap tapi kata Dicky, Azana juga menciptakan lifestyle bagi masyarakat dan diharapkan dapat menjadi ikon atau trendsetter di daerah tersebut.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Azana Hotels and Resorts Management, Dicky Sumarsono, kondisi di atas tidak jarang membuat pelaku perhotelan terkejut dengan perubahan yang cepat jika tidak siap. Apalagi, konsumen saat ini semakin sulit untuk dipuaskan.
"Oleh karena itu, butuh kecepatan dalam merespons perubahan dan kebutuhan konsumen. Jika tidak, hal ini membuat loyalitas konsumen pun sulit dipertahankan karena mudah berpindah hanya karena hal kecil," kata Dicky, Jumat (19/1/2018).
Dicky menjelaskan, kondisi ini pun dinilai sejumlah pihak merupakan kondisi abnormal. Padahal menurut dia, kondisi tersebut merupakan kondisi normal yang baru, yang justru membuka peluang baru lebih banyak.
Azana Hotels and Resort Management yang dirintis sejak 12 tahun lalu, saat ini telah mengelola 30 hotel dan akan bertambah tujuh properti lagi di bulan Maret, hingga menjadi 50 hotel pada akhir 2018.
"Azana mengikuti perubahan yang ada dan melakukan sejumlah strategi baru, mulai dari zooming atau pengenalan potensi yang lebih lagi dan optimalisasi bisnis, adventuring, melihat bisnis tidak hanya dari hotel tapi dari industri lain yang sukses, hingga pemberian berbagai macam gimik menarik secara rutin," katanya.
Dicky menjelaskan zooming diperlukan untuk memaksimalkan setiap potensi yang ada. Termasuk bisnis perhotelan pun harus melakukan adventuring yaitu melihat pola bisnis lain, seperti maskapai penerbangan, fashion, otomotif, dan lainnya untuk mengembangkan diri.
Model bisnis baru pun diciptakan untuk menarik market baru tumbuh. Untuk mengantisipasinya Azana telah meluncurkan aplikasi Azana Traveller Apps yang bisa diunduh di Playstore sejak bulan Desember 2017 lalu.
"Azana sudah meluncurkan Azana Traveller Apps, dirancang bukan hanya untuk booking online, tapi konsumen juga bisa melihat potensi daerah di sekitar hotel, seperti destinasi wisata, belanja, hingga kuliner. Berbagai penawaran menarik juga diberikan, mulai dari harga spesial hingga pengumpulan poin yang bisa ditukar untuk upgrade kamar hingga menginap gratis. Oleh karena itu, kami optimistis enam bulan ke depan jumlah booking melaui apps mencapai 12.000 per bulan di seluruh Indonesia," ucapnya.
Dia menambahkan, Azana juga secara aktif mengikuti pameran pasar wisata di sejumlah daerah, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Malaysia. "Azana juga sudah melengkapi hotelnya dengan SpotBox yang merupakan model bisnis baru berupa cafe dan sudah memiliki 7 outlet di Indonesia yang bisa digunakan sebagai tempat hang out anak muda dengan model coffee shop & lounge," tambah Dicky.
Meski persaingan bisnis hotel makin ketat, Dicky mengaku Azana tetap percaya diri mampu bersaing di segmen manapun dengan menonjolkan keunggulan yang dimiliki. Dicky mengatakan rata-rata okupansi hotel yang dikelola Azana Management adalah 75%-96% dan hanya satu hotel saja yang rata-rata okupansinya 60%.
Saat ini Azana sedang melakukan flanking development hotel budget di kota kabupaten, yaitu kota kedua dan ketiga yang sedang tumbuh perekonomiannya. "Karena itu kami tidak mau lagi mengelola hotel di tengah kota, apalagi dengan jumlah kamar di atas 50 yang dibangun dengan dana bank, Azana lebih menyasar daerah pinggiran yang belum banyak dilirik," katanya.
Tidak sekadar menghadirkan hotel untuk menginap tapi kata Dicky, Azana juga menciptakan lifestyle bagi masyarakat dan diharapkan dapat menjadi ikon atau trendsetter di daerah tersebut.
(ven)