Harga Jargas PGN dan Pertagas Bakal Dibuat Satu Harga
A
A
A
JAKARTA - Badan Pengatur Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) berencana menyeragamkan alias membuat harga gas bumi yang disalurkan ke rumah tangga lewat pipa (jaringan gas/jargas) menjadi satu harga, antara yang dibuat PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) dan PT Pertagas Niaga.
(Baca Juga: Harga Jargas Rumah Tangga di Enam Kota Dievaluasi)
Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio mengungkapkan, selama ini pemerintah menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membangun jargas di seluruh daerah di Indonesia, yang kemudian diserahkan ke PGN dan Pertagas. Sayangnya, proyek jargas tersebut kerap tersendat lantaran harganya yang tidak masuk keekonomian badan usaha.
Sebab itu, pihaknya berencana membuat jargas satu harga dengan memberikan keadilan kepada badan usaha untuk memperoleh sedikit keuntungan. "Kalau harganya tidak kita sesuaikan, tidak akan pernah bertambah lagi jargasnya, karena merugi terus. Kami buat terobosan, jargas akan kami buat jargas satu harga," katanya di Gedung BPH Migas, Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Dia menyebutkan, selama ini harga yang ditetapkan PGN untuk jargas sekitar Rp3.000 per meter kubik. Menurutnya, hal ini tentu merugikan untuk PGN.
Dengan dibuat satu harga, maka badan usaha juga bisa memperoleh margin. Sehingga ke depannya, diharapkan para badan usaha ini bisa membangun jaringan gas sendiri tanpa mengandalkan APBN seluruhnya.
"Kita akan buat harga itu tetap di bawah LPG 3 kg tapi harga pasar ya bukan HET. Kedua, badan usaha diberikan margin tersebut oleh BPH Migas, supaya nanti mereka ke depan bisa bangun jaringan sendiri. Intinya, kalau semua dari APBN ini enggak akan berkembang lebih jauh, jadi ada kombinasi antara perusahaan dan APBN," tutur dia.
Jugi menargetkan, tahun ini jargas satu harga sudah bisa diimplementasikan. Adapun harganya berkisar antara Rp4.500 hingga Rp5.000 per meter kubik untuk kategori rumah tangga 1 dan Rp6.000 hingga Rp6.500 per meter kubik untuk kategori rumah tangga 2.
"Target saya 2018 tahun ini akan sama. Karenam sekarang sudah tidak jauh beda. RT1 bisa antara Rp4.500-Rp5.000 nanti dan RT 2 itu bisa Rp6.000-Rp6.500. Itu harapan kami. Nasional itu bisa disitu, tapi akan hitung lagi," imbuhnya.
(Baca Juga: Harga Jargas Rumah Tangga di Enam Kota Dievaluasi)
Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio mengungkapkan, selama ini pemerintah menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membangun jargas di seluruh daerah di Indonesia, yang kemudian diserahkan ke PGN dan Pertagas. Sayangnya, proyek jargas tersebut kerap tersendat lantaran harganya yang tidak masuk keekonomian badan usaha.
Sebab itu, pihaknya berencana membuat jargas satu harga dengan memberikan keadilan kepada badan usaha untuk memperoleh sedikit keuntungan. "Kalau harganya tidak kita sesuaikan, tidak akan pernah bertambah lagi jargasnya, karena merugi terus. Kami buat terobosan, jargas akan kami buat jargas satu harga," katanya di Gedung BPH Migas, Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Dia menyebutkan, selama ini harga yang ditetapkan PGN untuk jargas sekitar Rp3.000 per meter kubik. Menurutnya, hal ini tentu merugikan untuk PGN.
Dengan dibuat satu harga, maka badan usaha juga bisa memperoleh margin. Sehingga ke depannya, diharapkan para badan usaha ini bisa membangun jaringan gas sendiri tanpa mengandalkan APBN seluruhnya.
"Kita akan buat harga itu tetap di bawah LPG 3 kg tapi harga pasar ya bukan HET. Kedua, badan usaha diberikan margin tersebut oleh BPH Migas, supaya nanti mereka ke depan bisa bangun jaringan sendiri. Intinya, kalau semua dari APBN ini enggak akan berkembang lebih jauh, jadi ada kombinasi antara perusahaan dan APBN," tutur dia.
Jugi menargetkan, tahun ini jargas satu harga sudah bisa diimplementasikan. Adapun harganya berkisar antara Rp4.500 hingga Rp5.000 per meter kubik untuk kategori rumah tangga 1 dan Rp6.000 hingga Rp6.500 per meter kubik untuk kategori rumah tangga 2.
"Target saya 2018 tahun ini akan sama. Karenam sekarang sudah tidak jauh beda. RT1 bisa antara Rp4.500-Rp5.000 nanti dan RT 2 itu bisa Rp6.000-Rp6.500. Itu harapan kami. Nasional itu bisa disitu, tapi akan hitung lagi," imbuhnya.
(izz)