Blue Economy Dinilai Mampu Mendorong Produktivitas Pekerja

Selasa, 30 Januari 2018 - 14:01 WIB
Blue Economy Dinilai...
Blue Economy Dinilai Mampu Mendorong Produktivitas Pekerja
A A A
JAKA - Konsep Blue Economy yang mendorong sumber daya lokal dinilai bisa mendukung produktivitas pekerja. Namun implementasinya disebut butuh sinergi antar stakeholder.

Staf Ahli Hubungan Internasional Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Abdul Wahab Bangkona mengatakan, Blue Economy yang digagas oleh Profesor Gunter Pauli pada dasarnya adalah pengembangan dari Green Economy yang fokus pada produktivitas tinggi, masif dan optimalisasi sumber daya yang berkelanjutan.

''Dengan optimalisasi Blue Economy maka seluruh sumber daya harus bisa memberi nilai tambah. Dalam konteks ketenagakerjaan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja,'' katanya pada International Conference on Blue Economy for Sustainable Development yang diselenggarakan Universitas Trilogi.

Dia mengatakan, implementasi ekonomi biru bisa memberi manfaat bagi semua pemangku kepentingan yang memiliki tanggung jawab untuk membawa bangsa ini kompeten dan produktif. Abdul Wahab menambahkan, penerapan Blue Economy harus didukung dengan regulasi yang mudah diterapkan dan aturan standar agar seluruh pemangku kepentingan terlibat.

Aksi, sosialisasi dan penerapannya terang dia harus didukung semua pihak agar bisa diarahkan dalam membantu peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja. Sementara Gunter Pauli mengatakan, konsep Blue Economy mengedepankan pemakaian sumber daya alam hingga limbah sisa prpduksi tidak terbuang percuma.

''Berbicara tenaga kerja dalam sektor alam, semua orang yang fokus pada sektor alam, mereka tidak ada yang menganggur. Pasti mereka bekerja, entah itu kecil ataupun besar pekerjaannya. Namun yang pasti, mereka tidak ada yang menganggur,” katanya.

Peraih gelar doktor bidang ekonomi dari University of Pecs, Hungaria ini menerangkan, Indonesia sangat potensial menerapkan konsep Blue Economy. Sebab Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Dia berharap dengan dukungan dari kementerian maka akan semakin banyak masyarakat yang menerapkan konsep tersebut. Pemerintah, katanya, bisa menginventarisir potensi apa saja yang bisa diwujudkan dengan konsep Blue Economy. Masyarakat dari data inventarisasi tersebut pun bisa melihat mana aspek yang bisa dilakukan untuk mewujudkannya.

Gunter mencontohkan, Indonesia adalah salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia. Jangan hanya kopi yang bisa diproduksi, katanya, namun limbah kopi dari perkebunan dan kafe pun bisa diolah kembali agar menjadi nilai tambah baru. Dari limbah kopi yang ada bisa diolah menjadi jamur dan bermanfaat juga untuk pakan ayam.

menjelaskan inti pemikiran dan gerakan ekonomi sebenarnya adalah mendorong pemanfaatan sumber daya lokal melalui beragam inovasi agar semaksimal mungkin memberikan nilai tambah bagi peningkatan ekonomi, kualitas hidup manusia, penciptaan lapangan kerja dan terutama penghematan sumber daya agar dapat lebih lama diperoleh manfaatnya.

Sementara Rektor Universitas Trilogi Aam Bastaman mengatakan, Blue Economy adalah bagian dari tata nilai kehidupan yang harus diimplementasikan. ''Semangat menerapkan ekonomi biru ini menjadi bagian dari pembangunan nasional Indonesia. Konteks ini bisa dilihat dari misi Universitas Trilogi yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan keteknopreneuran, kemampuan bekerjasama dan kemandirian dalam lingkungan Ekonomi Biru,'' katanya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2424 seconds (0.1#10.140)