Ekonomi India Diproyeksi Tumbuh Mencapai 7,5%
A
A
A
DELHI - Pertumbuhan ekonomi India diperkirakan bakal meningkat pada tahun ini, setelah sebelumnya terjadi perlambatan berdasarkan prediksi dari pemerintah. Ekonomi India diyakini bakal tumbuh bergerak di antara 7% hingga 7,5% pada tahun 2017 dan 2018 setelah sempat menyusut menjadi 6,75%.
Seperti dilansir BBC, Selasa (30/1/2018) pemerintah menegaskan bakal membantu India untuk mendapatkan kembali posisinya sebagai ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Pada tengah pekan ini dijadwalkan Kementerian Keuangan India bakal merilis angka-angka dalam sebuah survei ekonomi menjelang anggaran federal.
Perlambatan yang belum lama ini di India diyakini akibat beberapa faktor, termasuk penurunan ekspor dan turunnya investasi swasta. Ditambah pengambilan kebijakan demonetisasi merupakan penghentian secara resmi penggunaan uang kertas, koin, atau mata uang tertentu pada bulan November 2016 dimana efeknya terjadi hingga 2017.
Ditambah reformasi perpajakan, dimana India memperkenalkan peraturan pajak terpadu, pajak barang dan jasa (Goods and Services Tax/GST) atau satu negara satu pajak, sejak pertengahan 2017, hampir enam sampai tujuh bulan setelah demonetisasi. Hal itu disebutkan berdampak parah terhadap pertumbuhan.
"Perkiraan tersebut didasarkan pada beberapa risiko terhadap pertumbuhan, terutama risiko harga minyak. Jika harga minyak tetap tinggi atau naik dari level ini, kita akan melihat 7%," kata Kepala Ekonom Bank HDFC Abheek Barua kepada Reuters.
"Ini konservatif dan kredibel, mungkin ada potensi kenaikan dari sini jika harga minyak cukup rendah dan Anda melihat komponen kebutuhan dalam negeri," sambungnya. Tercatat India mengimpor lebih dari 70% minyaknya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi India tumbuh pada 7,4% pada 2018.
Seperti dilansir BBC, Selasa (30/1/2018) pemerintah menegaskan bakal membantu India untuk mendapatkan kembali posisinya sebagai ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Pada tengah pekan ini dijadwalkan Kementerian Keuangan India bakal merilis angka-angka dalam sebuah survei ekonomi menjelang anggaran federal.
Perlambatan yang belum lama ini di India diyakini akibat beberapa faktor, termasuk penurunan ekspor dan turunnya investasi swasta. Ditambah pengambilan kebijakan demonetisasi merupakan penghentian secara resmi penggunaan uang kertas, koin, atau mata uang tertentu pada bulan November 2016 dimana efeknya terjadi hingga 2017.
Ditambah reformasi perpajakan, dimana India memperkenalkan peraturan pajak terpadu, pajak barang dan jasa (Goods and Services Tax/GST) atau satu negara satu pajak, sejak pertengahan 2017, hampir enam sampai tujuh bulan setelah demonetisasi. Hal itu disebutkan berdampak parah terhadap pertumbuhan.
"Perkiraan tersebut didasarkan pada beberapa risiko terhadap pertumbuhan, terutama risiko harga minyak. Jika harga minyak tetap tinggi atau naik dari level ini, kita akan melihat 7%," kata Kepala Ekonom Bank HDFC Abheek Barua kepada Reuters.
"Ini konservatif dan kredibel, mungkin ada potensi kenaikan dari sini jika harga minyak cukup rendah dan Anda melihat komponen kebutuhan dalam negeri," sambungnya. Tercatat India mengimpor lebih dari 70% minyaknya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi India tumbuh pada 7,4% pada 2018.
(akr)