Medco Optimalkan Potensi SDA dan Masyarakat Lokal di Anambas
A
A
A
ANAMBAS - Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA), mendorong Medco E&P Natuna Ltd. (MEPN) melakukan program Tanggung Jawab Sosial (TJS) melalui proses pendampingan baik untuk pengelolaan potensi pariwisata desa. Maupun pemberdayaan ekonomi masyarakat yang tinggal di wilayah Kepulauan Anambas.
Program tersebut dilakukan Medco bersama mitra kerjanya di bawah pengawasan SKK Migas, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah. Kabupaten Kepulauan Anambas sendiri memiliki sekitar 255 pulau, 70 pulau di antaranya seperti Pulau Bawah, Pulau Durai dan Pulau Penjalin dengan potensi pariwisata yang luar biasa untuk menarik wisatawan dalam dan luar negeri.
“Pengelolaan pariwisata dapat dijadikan sumber pendapatan masyarakat setempat yang dapat menopang kebutuhan masyarakat di Anambas di kala sumber daya alam (minyak bumi) ini habis,” ujar Bupati Anambas Abdul Haris.
Program ini diawali dengan kegiatan revitalisasi kesenian tradisional Melayu seperti Mendu, Gobang, musik Hadroh serta seni tradisional lainnya di Kecamatan Palmatak dan Jemaja. Melihat potensi yang cukup besar dan animo masyarakat yang tinggi, Perusahaan melanjutkan konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang lebih intensif.
Tak hanya itu perusahaan juga memperkuat masyarakat Sadar Wisata termasuk memberikan dukungan sarana dan prasarananya menjadi desa wisata. Konsep desa wisata yang dimaksud tentunya yang banyak melibatkan masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa itu sendiri, dengan membuat homestay, menyiapkan tempat-tempat wisata di beberapa titik di wilayah Desa Belibak.
Lebih dari itu, demi menyiapkan sumber daya manusia sektor pariwisata di wilayah KKA, MEPN juga memberikan bantuan dana pendidikan kepada 11 siswa berprestasi dan kurang mampu untuk melanjutkan jenjang pendidikannya di Sahid Bintan Tourism Institute.
Daerah perairan KKA kaya akan beragam jenis ikan, seperti ikan bilis, ikan kerapu, bahkan ikan Napoleon yang saat ini termasuk jenis ikan langka di perairan Indonesia. Melihat potensi ikan bilis dan ikan kerapu ini, Perusahaan melakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui program pendampingan, pelatihan teknis dan manajerial yang dapat membantu masyarakat setempat menjadi lebih mandiri dan sejahtera.
Perusahaan juga menyediakan sarana dan prasarana Balai Benih Ikan (BBI) untuk budidaya ikan kerapu di Desa Tebang sejak tahun 2007, perlengkapan penangkapan ikan Keris di Desa Nyamuk, Siantan Timur dan sarana produksi ikan bilis di Desa Piabung, Kecamatan Palmatak sejak tahun 2016.
Perbaikan ekonomi ini sudah mulai dapat dinikmati oleh kelompok nelayan ikan bilis binaan Perusahaan. Walau perolehan ikan bilis tidak dapat diprediksi setiap harinya, namun dengan sarana yang tersedia dan program pendampingan ini, terjadi peningkatan pendapatan bagi para nelayan ikan bilis.
“Ikan bilis kemasan yang kami hasilkan berkualitas premium, karena begitu ditangkap harus segera direbus di dalam panci berisi air laut dan garam selama 5 menit agar tidak hancur atau rusak. Biasanya proses pengeringan di bawah sinar matahari sekitar 3 jam, bila cukup terik," Kepala Kelompok Nelayan binaan TJS MEPN Hawari.
"Adakalanya diperlukan waktu lebih lama bila cuaca tidak begitu cerah,” sambungnya yang juga menerangkan binaan TJS MEPN bisa berpendapatan mencapai Rp36 juta per bulan dari mencari dan memproduksi ikan bilis kemasan.
Dengan menempatkan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bagian dari praktik dan strategi bisnis, MEPN berharap program-program ini dapat meningkatkan kemampuan usaha lokal dan menyediakan sumber pemasukan yang berkelanjutan demi membantu pemerintah daerah memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
Program tersebut dilakukan Medco bersama mitra kerjanya di bawah pengawasan SKK Migas, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah. Kabupaten Kepulauan Anambas sendiri memiliki sekitar 255 pulau, 70 pulau di antaranya seperti Pulau Bawah, Pulau Durai dan Pulau Penjalin dengan potensi pariwisata yang luar biasa untuk menarik wisatawan dalam dan luar negeri.
“Pengelolaan pariwisata dapat dijadikan sumber pendapatan masyarakat setempat yang dapat menopang kebutuhan masyarakat di Anambas di kala sumber daya alam (minyak bumi) ini habis,” ujar Bupati Anambas Abdul Haris.
Program ini diawali dengan kegiatan revitalisasi kesenian tradisional Melayu seperti Mendu, Gobang, musik Hadroh serta seni tradisional lainnya di Kecamatan Palmatak dan Jemaja. Melihat potensi yang cukup besar dan animo masyarakat yang tinggi, Perusahaan melanjutkan konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang lebih intensif.
Tak hanya itu perusahaan juga memperkuat masyarakat Sadar Wisata termasuk memberikan dukungan sarana dan prasarananya menjadi desa wisata. Konsep desa wisata yang dimaksud tentunya yang banyak melibatkan masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa itu sendiri, dengan membuat homestay, menyiapkan tempat-tempat wisata di beberapa titik di wilayah Desa Belibak.
Lebih dari itu, demi menyiapkan sumber daya manusia sektor pariwisata di wilayah KKA, MEPN juga memberikan bantuan dana pendidikan kepada 11 siswa berprestasi dan kurang mampu untuk melanjutkan jenjang pendidikannya di Sahid Bintan Tourism Institute.
Daerah perairan KKA kaya akan beragam jenis ikan, seperti ikan bilis, ikan kerapu, bahkan ikan Napoleon yang saat ini termasuk jenis ikan langka di perairan Indonesia. Melihat potensi ikan bilis dan ikan kerapu ini, Perusahaan melakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui program pendampingan, pelatihan teknis dan manajerial yang dapat membantu masyarakat setempat menjadi lebih mandiri dan sejahtera.
Perusahaan juga menyediakan sarana dan prasarana Balai Benih Ikan (BBI) untuk budidaya ikan kerapu di Desa Tebang sejak tahun 2007, perlengkapan penangkapan ikan Keris di Desa Nyamuk, Siantan Timur dan sarana produksi ikan bilis di Desa Piabung, Kecamatan Palmatak sejak tahun 2016.
Perbaikan ekonomi ini sudah mulai dapat dinikmati oleh kelompok nelayan ikan bilis binaan Perusahaan. Walau perolehan ikan bilis tidak dapat diprediksi setiap harinya, namun dengan sarana yang tersedia dan program pendampingan ini, terjadi peningkatan pendapatan bagi para nelayan ikan bilis.
“Ikan bilis kemasan yang kami hasilkan berkualitas premium, karena begitu ditangkap harus segera direbus di dalam panci berisi air laut dan garam selama 5 menit agar tidak hancur atau rusak. Biasanya proses pengeringan di bawah sinar matahari sekitar 3 jam, bila cukup terik," Kepala Kelompok Nelayan binaan TJS MEPN Hawari.
"Adakalanya diperlukan waktu lebih lama bila cuaca tidak begitu cerah,” sambungnya yang juga menerangkan binaan TJS MEPN bisa berpendapatan mencapai Rp36 juta per bulan dari mencari dan memproduksi ikan bilis kemasan.
Dengan menempatkan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bagian dari praktik dan strategi bisnis, MEPN berharap program-program ini dapat meningkatkan kemampuan usaha lokal dan menyediakan sumber pemasukan yang berkelanjutan demi membantu pemerintah daerah memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
(akr)