Generasi Milenial Bebas Memilih Pekerjaan
A
A
A
JAKARTA - Generasi milenial punya karakteristik khusus dalam mencari pekerjaan. Percaya atau tidak, perusahaan besar kini tidak banyak lagi yang mereka lirik.
Lantas apa saja yang diinginkan anak masa kini untuk berkarier? CEO Karir.com Dino Martin punya jawabannya. Jika bertanya profesi, hal itu sudah tidak relevan untuk generasi milenial. Buat mereka bukan cuma kerja atau berkarier, tetapi lebih tepat kemana mereka mau kerja. “Jadi profesi apa pun tidak masalah, tetapi mereka lebih melihat ke perusahaannya,” tandas Dino.
Kaum milenial punya sensitivitas tinggi mengenai berbagai hal. Ada idealisme yang mereka anut. Misalnya lebih peduli terhadap lingkungan, kesetaraan gender. Dino bercerita, ada seorang management trainee di sebuah perusahaan multinasional yang dipastikan gajinya besar.
Namun dia lebih memilih meninggalkannya dan pindah kerja ke organisasi nonprofit. “Tidak peduli lagi perusahaan besar atau kecil asal bisa membawa aspirasi dan inspirasi. Sebab kaum milenial memiliki kreativitas tinggi, juga ide yang sangat banyak,” paparnya.
Oleh karena itu perusahaan harus mendemonstrasikan tujuan perusahaan mereka apa. Tidak perlu lagi perusahaan menceritakan kesuksesan dalam skala nasional atau internasional. Perihal perusahaan besar memiliki ratusan ribu karyawan pun beberapa generasi zaman sekarang tidak ingin tahu.
Dino menyarankan, perusahaan untuk lebih menjelaskan bagaimana perusahaan banyak berkontribusi untuk komunitas tertentu ataupun masyarakat luas. Profesi bukan menjadi tujuan, sebab mereka pun multitasking yang bisa cepat beradaptasi serta belajar sendiri selagi bekerja.
Contohnya di bidang seperti komunikasi, banyak pekerjaan yang bisa mereka ambil semisal menjadi tenaga humas, marketing, sales sampai jurnalis atau penulis. Dino juga menjelaskan bahwa pendapatan para lulusan baru ini tidak main-main. Memang tergantung universitas, semakin ternama dan favorit kampusnya, mereka punya nilai jual yang tinggi untuk ini.
Beberapa profesi masa kini seperti programmer juga memiliki nilai fantastis, sebab jumlah programmer yang ada tidak seimbang dengan permintaan. “Lulusan baru programmer gajinya bisa mencapai 7 juta, apalagi dari universitas yang sudah dikenal andal mencetak programmer,” ujar Dino.
Beberapa perusahaan besar juga tidak tanggung-tanggung memberikan gaji fantastis bagi fresh graduated hingga mencapai Rp12 juta. Dino memberi contoh kliennya yang membutuhkan management trainee.
“Orang terbaik yang terpilih karena dia akan menjadi aset perusahaan. Sudah punya rencana jauh, dia akan diputar di semua divisi untuk menjadi pemimpin,” sebutnya.
Tawaran demikian memang menggiurkan bagi kaum milenial yang masih baru di dunia kerja. Tentu itu hanya untuk mereka yang punya kualifikasi seperti di atas. Sebab perbandingannya dari 18.000 pelamar, yang diterima hanya 12 orang.
“Mencari karyawan sudah harus seperti marketing yang cari pelanggan. Untuk mencari pekerja seumur hidup,” sambung Dino.
Selain perusahaan yang mendukung idealisme mereka, tempat nyaman dengan fasilitas lengkap juga menjadi idaman generasi milenial. Kantor Google yang unik menginspirasi perusahaan lain untuk membuat kantor serupa.
Karyawan betah di kantor dan dapat mengerjakan tugas secara maksimal. Pengamat ketenagakerjaan Timboel Siregar menyatakan, era digital memang mengubah segalanya, termasuk para pekerja. Kecanggihan teknologi turut mengubah sistem pekerjaan. Bukan hanya gaya hidup saja, tetapi dalam hal bekerja generasi milenial pun masuk dalam digitalisasi.
“Teknologi memberi nilai tambah, juga meminimalisasi biaya produksi seperti tenaga, uang yang keluar. Betapa banyak sekarang orang yang kerja tanpa ke kantor. Bukan kerja keras, tetapi kerja cerdas,” ungkapnya. Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) itu menyebut, bukan hanya sektor startup digital saja yang bisa seperti itu.
Pegawai sektor perbankan yang bertugas di bagian dalam seperti bagian analis juga sudah jarang bekerja di kantor. Generasi milenial punya cara untuk menambah pundi-pundi mereka melalui cara kerja paruh waktu.
Salah satu platform yang menyediakan tempat untuk para pekerja lepas ini, freelancer.com, punya data sendiri mengenai pekerjaan para milenial. Para pelamar hanya bisa memasukkan keahlian untuk mendapatkan pekerjaan di freelancer.com sehingga bisa terlihat keahlian apa saja yang dimiliki para lulusan baru di Indonesia.
Helma Kusuma, Manajer Komunikasi freelancer.com untuk Asia, menjelaskan keahlian desain, copy writing , dan penerjemah merupakan jenis keahlian yang banyak dimiliki para generasi milenial.
Helma juga menjelaskan, teknologi mulai memainkan peranan besarnya dalam merombak industri dan menciptakan berbagai kesempatan bagus secara online bagi banyak bisnis dan freelancer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Ekonomi digital dapat menyediakan sebuah cara bagi orang-orang untuk men da patkan penghasilan, bahkan jika mereka mungkin bukan bagian (di luar) dari market tenaga kerja tradisional, misalnya ibu rumah tangga, mahasiswa, dan orang-orang pe nyandang disabilitas.
Manfaat utama dari ekonomi digital adalah ekonomi ini me mungkinkan dan mendorong kerja remote di mana gender, lokasi, dan usia tidak lagi menjadi ukuran atau kualifikasi yang penting seperti kebanyakan yang terjadi di ekonomin on digital. Hal ini tentu saja membuka sebuah dunia penuh kesempatan bagi lebih banyak orang.
“Pertimbangan generasi muda untuk mencari pekerjaan bukan lagi pekerjaan yang sesuai latar belakang pendidikan, tetapi pekerjaan yang sesuai dengan passion mereka. Kami punya banyak contoh pengguna dari Indonesia yang latar belakang pendidikannya misalnya insinyur pertanian, tapi kemudian memilih banyak proyek freelance di platform kami di bidang teknologi komputer, bidang yang berbeda dengan latar belakang pendidikannya,” urai Helma.
Dia menambahkan, passion harus sejalan dengan belajar lebih karena zaman sekarang sudah banyak modul berbagai bidang atau kursus-kursus online di internet. Setelah sudah agak mahir, mereka bisa mendapatkan penghasilan dari situ secara online.
Hal lain yang menjadi pertimbangan anak muda dalam mencari pekerjaan selain yang sesuai dengan passion mungkin adalah yang tidak menyita waktu terlalu banyak. Kerja remote dari mana saja seperti para freelancer dianggap oleh mereka lebih produktif dari kerja kantoran yang perjalanan dari dan menuju kantor mereka membutuhkan waktu berjam-jam disebabkan kemacetan yang luar biasa, terutama di kota-kota besar di Indonesia. (Ananda)
Lantas apa saja yang diinginkan anak masa kini untuk berkarier? CEO Karir.com Dino Martin punya jawabannya. Jika bertanya profesi, hal itu sudah tidak relevan untuk generasi milenial. Buat mereka bukan cuma kerja atau berkarier, tetapi lebih tepat kemana mereka mau kerja. “Jadi profesi apa pun tidak masalah, tetapi mereka lebih melihat ke perusahaannya,” tandas Dino.
Kaum milenial punya sensitivitas tinggi mengenai berbagai hal. Ada idealisme yang mereka anut. Misalnya lebih peduli terhadap lingkungan, kesetaraan gender. Dino bercerita, ada seorang management trainee di sebuah perusahaan multinasional yang dipastikan gajinya besar.
Namun dia lebih memilih meninggalkannya dan pindah kerja ke organisasi nonprofit. “Tidak peduli lagi perusahaan besar atau kecil asal bisa membawa aspirasi dan inspirasi. Sebab kaum milenial memiliki kreativitas tinggi, juga ide yang sangat banyak,” paparnya.
Oleh karena itu perusahaan harus mendemonstrasikan tujuan perusahaan mereka apa. Tidak perlu lagi perusahaan menceritakan kesuksesan dalam skala nasional atau internasional. Perihal perusahaan besar memiliki ratusan ribu karyawan pun beberapa generasi zaman sekarang tidak ingin tahu.
Dino menyarankan, perusahaan untuk lebih menjelaskan bagaimana perusahaan banyak berkontribusi untuk komunitas tertentu ataupun masyarakat luas. Profesi bukan menjadi tujuan, sebab mereka pun multitasking yang bisa cepat beradaptasi serta belajar sendiri selagi bekerja.
Contohnya di bidang seperti komunikasi, banyak pekerjaan yang bisa mereka ambil semisal menjadi tenaga humas, marketing, sales sampai jurnalis atau penulis. Dino juga menjelaskan bahwa pendapatan para lulusan baru ini tidak main-main. Memang tergantung universitas, semakin ternama dan favorit kampusnya, mereka punya nilai jual yang tinggi untuk ini.
Beberapa profesi masa kini seperti programmer juga memiliki nilai fantastis, sebab jumlah programmer yang ada tidak seimbang dengan permintaan. “Lulusan baru programmer gajinya bisa mencapai 7 juta, apalagi dari universitas yang sudah dikenal andal mencetak programmer,” ujar Dino.
Beberapa perusahaan besar juga tidak tanggung-tanggung memberikan gaji fantastis bagi fresh graduated hingga mencapai Rp12 juta. Dino memberi contoh kliennya yang membutuhkan management trainee.
“Orang terbaik yang terpilih karena dia akan menjadi aset perusahaan. Sudah punya rencana jauh, dia akan diputar di semua divisi untuk menjadi pemimpin,” sebutnya.
Tawaran demikian memang menggiurkan bagi kaum milenial yang masih baru di dunia kerja. Tentu itu hanya untuk mereka yang punya kualifikasi seperti di atas. Sebab perbandingannya dari 18.000 pelamar, yang diterima hanya 12 orang.
“Mencari karyawan sudah harus seperti marketing yang cari pelanggan. Untuk mencari pekerja seumur hidup,” sambung Dino.
Selain perusahaan yang mendukung idealisme mereka, tempat nyaman dengan fasilitas lengkap juga menjadi idaman generasi milenial. Kantor Google yang unik menginspirasi perusahaan lain untuk membuat kantor serupa.
Karyawan betah di kantor dan dapat mengerjakan tugas secara maksimal. Pengamat ketenagakerjaan Timboel Siregar menyatakan, era digital memang mengubah segalanya, termasuk para pekerja. Kecanggihan teknologi turut mengubah sistem pekerjaan. Bukan hanya gaya hidup saja, tetapi dalam hal bekerja generasi milenial pun masuk dalam digitalisasi.
“Teknologi memberi nilai tambah, juga meminimalisasi biaya produksi seperti tenaga, uang yang keluar. Betapa banyak sekarang orang yang kerja tanpa ke kantor. Bukan kerja keras, tetapi kerja cerdas,” ungkapnya. Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) itu menyebut, bukan hanya sektor startup digital saja yang bisa seperti itu.
Pegawai sektor perbankan yang bertugas di bagian dalam seperti bagian analis juga sudah jarang bekerja di kantor. Generasi milenial punya cara untuk menambah pundi-pundi mereka melalui cara kerja paruh waktu.
Salah satu platform yang menyediakan tempat untuk para pekerja lepas ini, freelancer.com, punya data sendiri mengenai pekerjaan para milenial. Para pelamar hanya bisa memasukkan keahlian untuk mendapatkan pekerjaan di freelancer.com sehingga bisa terlihat keahlian apa saja yang dimiliki para lulusan baru di Indonesia.
Helma Kusuma, Manajer Komunikasi freelancer.com untuk Asia, menjelaskan keahlian desain, copy writing , dan penerjemah merupakan jenis keahlian yang banyak dimiliki para generasi milenial.
Helma juga menjelaskan, teknologi mulai memainkan peranan besarnya dalam merombak industri dan menciptakan berbagai kesempatan bagus secara online bagi banyak bisnis dan freelancer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Ekonomi digital dapat menyediakan sebuah cara bagi orang-orang untuk men da patkan penghasilan, bahkan jika mereka mungkin bukan bagian (di luar) dari market tenaga kerja tradisional, misalnya ibu rumah tangga, mahasiswa, dan orang-orang pe nyandang disabilitas.
Manfaat utama dari ekonomi digital adalah ekonomi ini me mungkinkan dan mendorong kerja remote di mana gender, lokasi, dan usia tidak lagi menjadi ukuran atau kualifikasi yang penting seperti kebanyakan yang terjadi di ekonomin on digital. Hal ini tentu saja membuka sebuah dunia penuh kesempatan bagi lebih banyak orang.
“Pertimbangan generasi muda untuk mencari pekerjaan bukan lagi pekerjaan yang sesuai latar belakang pendidikan, tetapi pekerjaan yang sesuai dengan passion mereka. Kami punya banyak contoh pengguna dari Indonesia yang latar belakang pendidikannya misalnya insinyur pertanian, tapi kemudian memilih banyak proyek freelance di platform kami di bidang teknologi komputer, bidang yang berbeda dengan latar belakang pendidikannya,” urai Helma.
Dia menambahkan, passion harus sejalan dengan belajar lebih karena zaman sekarang sudah banyak modul berbagai bidang atau kursus-kursus online di internet. Setelah sudah agak mahir, mereka bisa mendapatkan penghasilan dari situ secara online.
Hal lain yang menjadi pertimbangan anak muda dalam mencari pekerjaan selain yang sesuai dengan passion mungkin adalah yang tidak menyita waktu terlalu banyak. Kerja remote dari mana saja seperti para freelancer dianggap oleh mereka lebih produktif dari kerja kantoran yang perjalanan dari dan menuju kantor mereka membutuhkan waktu berjam-jam disebabkan kemacetan yang luar biasa, terutama di kota-kota besar di Indonesia. (Ananda)
(nfl)