2.000 Pekerja Toko Ritel Bahan Bangunan Homebase Terancam PHK

Selasa, 06 Februari 2018 - 13:42 WIB
2.000 Pekerja Toko Ritel Bahan Bangunan Homebase Terancam PHK
2.000 Pekerja Toko Ritel Bahan Bangunan Homebase Terancam PHK
A A A
LONDON - Perital bahan bangunan dan pusat alat-alat perkebunan asal Inggris yakni Homebase bakal menutup 40 toko mereka yang pemiliknya asal Australia, untuk membuat 2.000 pekerjaan berisiko terancam terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Sebelumnya Wesfarmers membayar 340 juta poundsterling untuk membeli jaringan ritel pada awal 2016 dan telah membentuk brand baru di bawah nama Bunnings.

Namun seperti dilansir BBC, Selasa (6/2/2018) setelah kinerja "mengecewakan", perusahaan asal Australia tersebut telah menempatkan Homebase dalam peninjauan dan diperkirakan bakal kehilangan 97 juta pounds pada paruh pertama tahun 2018. Peritel asal Inggris tersebut sedang berjuang menghadapi kenaikan inflasi dan kepercayaan konsumen yang rapuh.

Sementara itu beberapa toko ritel telah mengumumkan pemangkasan pekerja belum lama ini, termasuk raksasa supermarket Tesco, Sainsbury's and Asda. Rekan Homebase yakni B & Q, pekan lalu mengatakan bahwa pihaknya telah mengurangi 200 pekerja di kantor pusatnya di Hampshire sebagai bagian dari pemotongan biaya. Wesfarmers mengatakan nilai jaringan toko Homebase sebesar 454 juta pounds di tengah perdagangan negatif.

"Akuisisi Homebase telah berada di bawah ekspektasi kami yang jelas sangat mengecewakan," kata Direktur Pelaksana Wesfarmers Rob Scott. Di sisi lain analis ritel mengatakan DIY mendapat keuntungan dari pasar perumahan yang cukup mengambang. Namun menurutnya Wesfarmers cukup terkenal ketika membayar dengan harga tinggi untuk Homebase, seperti disampaikan Analis Ritel RAH Advisory Richard Hyman

Tapi Hyman mengatakan bahwa strategi Wesfarmers untuk meningkatkan tingkat layanan dan mengurangi promosi diperkenalkan terlalu cepat, meski masih bisa bekerja dalam jangka panjang. Wesfarmers mengakui bahwa pasar Inggris "sangat berbeda dan lebih terfragmentasi" daripada Australia, menurut Hugh Dive, kepala investasi di Atlas Funds Management.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6670 seconds (0.1#10.140)