Hama Bikin Produksi Kakao Indonesia Merosot Tajam
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koordinator (Kemenko) bidang Perekonomian menyatakan bahwa saat ini produksi kakao nasional semakin menurun. Bahkan, produksi kakao dalam negeri masih belum sanggup untuk memenuhi kapasitas industri kakao yang telah dibangun di Indonesia.
Deputi II bidang Pertanian dan Pangan Kemenko bidang Perekonomian Musdalifah mengungkapkan, salah satu yang menyebabkan merosotnya produksi kakao nasional karena hama yang ada di tanaman tersebut. Hal ini mengingat, tanaman kakao yang ada di Indonesia mayoritas sudah tua.
"Kenyataannya industri kita kapasitasnya turun sekali tahun ini. Jadi, kita perlu lihat kembali kenapa produksi kakao kita belum bisa penuhi kapasitas industri yang sudah kita bangun," terangnya di Gedung Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (9/2/2018).
Pemerintah, kata dia, sejatinya pernah memiliki program replanting kakao. Sayangnya, hal tersebut baru bisa mencakup 26% tanaman kakao yang ada di Indonesia.
Terlebih, pemilik kebun kakao yang ada juga seakan pasrah dengan nasib kebun kakao mereka yang sudah tua dan enggan melakukan replanting. Alhasil, hingga saat ini tidak ada kemajuan yang berarti terhadap produksi kakao nasional.
"Harapannya kan pemerintah terapkan 26% terus bisa ditiru oleh yang punya kebun kakao yang lain. Tapi rupanya selama tanaman mereka masih berproduksi mereka tidak berpikir di-replanting. Kan seberapa pun masyarakat kita orangnya sangat humble. Ya pokoknya ada produksi cukup, tidak pernah merasa tidak puas," terangnya.
Musdalifah menuturkan, jumlah kebun kakao nasional mencapai 1,7 juta hektare (ha) dengan potensi produksi 1 ton setiap hektare. Sayangnya, jumlah kakao yang dihasilkan saat ini hanya mencapai 400 ribu ton, bahkan jumlah tersebut tak mampu memenuhi kapasitas industri kakao nasional yang mencapai 800 ribu ton.
"Sebagian tanaman kita sudah tua jadi harusnya kita punya produksi 1,7 juta ha. Kalau 1 ton saja kapasitas produktivitasnya jadi kan harusnya kita punya produksinya 1,7 juta ton," tutur dia.
Deputi II bidang Pertanian dan Pangan Kemenko bidang Perekonomian Musdalifah mengungkapkan, salah satu yang menyebabkan merosotnya produksi kakao nasional karena hama yang ada di tanaman tersebut. Hal ini mengingat, tanaman kakao yang ada di Indonesia mayoritas sudah tua.
"Kenyataannya industri kita kapasitasnya turun sekali tahun ini. Jadi, kita perlu lihat kembali kenapa produksi kakao kita belum bisa penuhi kapasitas industri yang sudah kita bangun," terangnya di Gedung Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (9/2/2018).
Pemerintah, kata dia, sejatinya pernah memiliki program replanting kakao. Sayangnya, hal tersebut baru bisa mencakup 26% tanaman kakao yang ada di Indonesia.
Terlebih, pemilik kebun kakao yang ada juga seakan pasrah dengan nasib kebun kakao mereka yang sudah tua dan enggan melakukan replanting. Alhasil, hingga saat ini tidak ada kemajuan yang berarti terhadap produksi kakao nasional.
"Harapannya kan pemerintah terapkan 26% terus bisa ditiru oleh yang punya kebun kakao yang lain. Tapi rupanya selama tanaman mereka masih berproduksi mereka tidak berpikir di-replanting. Kan seberapa pun masyarakat kita orangnya sangat humble. Ya pokoknya ada produksi cukup, tidak pernah merasa tidak puas," terangnya.
Musdalifah menuturkan, jumlah kebun kakao nasional mencapai 1,7 juta hektare (ha) dengan potensi produksi 1 ton setiap hektare. Sayangnya, jumlah kakao yang dihasilkan saat ini hanya mencapai 400 ribu ton, bahkan jumlah tersebut tak mampu memenuhi kapasitas industri kakao nasional yang mencapai 800 ribu ton.
"Sebagian tanaman kita sudah tua jadi harusnya kita punya produksi 1,7 juta ha. Kalau 1 ton saja kapasitas produktivitasnya jadi kan harusnya kita punya produksinya 1,7 juta ton," tutur dia.
(izz)