Krakatau Steel Belum Pakai Dana PMN Rp1,5 Triliun sejak 2016
A
A
A
CILEGON - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengaku hingga saat ini belum memakai dana dari pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). Di mana, perseroan mendapatkan kucuran PMN sebesar Rp1,5 triliun pada 2016.
Direktur Utama KRAS Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengungkapkan, kucuran dana Rp1,5 triliun dari pemerintah tersebut rencananya akan digunakan untuk operasional proyek hot strip mill (HSM) 2 sebesar Rp1 triliun dan sisanya Rp500 miliar untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1X150 megawatt (MW) milik perseroan.
"PMN 2016 kami terima Rp1,5 triliun. Penggunaannya yang Rp1 triliun untuk operasional HSM 2. Yang Rp500 miliar itu untuk lmembangun PLTU 1x150MW," katanya dalam acara ngobrol bareng wartawan di The Royale Krakatau, Cilegon, Senin (12/2/2018).
Menurutnya, belum terserapnya dana PMN tersebut karena untuk proyek HSM 2 dana tersebut digunakan untuk belanja operasional (operational expenditure/opex). Sehingga, dana ini baru aka terserap jika proyek tersebut telah rampung dikerjakan.
"Persoalannya, untuk yang Rp1 triliun kan untuk opex HSM 2, kan kalau opex itu selesai dulu baru diserap ya," imbuh dia.
Sebab itu, pihaknya saat ini tengah mengusulkan perubahan postur keuangan dari sebelumnya untuk opex menjadi untuk belanja modal (capital expenditure/capex). Dengan begitu, penyerapan PMN akan lebih optimal.
"Kalau sudah diizinkan, maka penyerapannya akan tinggi. Karena HSM 2 kan proyeknya sudah 62%," tuturnya.
Selain itu, tambah dia, anggaran Rp500 miliar semulanya akan digunakan untuk revitalisasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) 2X280 MW. Namun, dalam perjalanannya dianggap tidak efisien, sehingga diputuskan untuk diubah menjadi PLTU 1X150 MW.
Bulan ini sedang dalam proses submit commercial. Penyerapannya masih kurang dari 1% hanya untuk bayar consultant engineering.
"Kalau bulan ini sudah diputuskan pemenangnya, maka Maret sudah ada groundbreaking dan penyerapannya sudah mulai naik. PLTU yang akan dibangun itu nilai nya Rp3,9 triliun. Sementara PMN hanya Rp500 miliar, jadi masih ada Rp3,4 triliun harus kami cari pendanaan," terangnya.
Direktur Utama KRAS Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengungkapkan, kucuran dana Rp1,5 triliun dari pemerintah tersebut rencananya akan digunakan untuk operasional proyek hot strip mill (HSM) 2 sebesar Rp1 triliun dan sisanya Rp500 miliar untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1X150 megawatt (MW) milik perseroan.
"PMN 2016 kami terima Rp1,5 triliun. Penggunaannya yang Rp1 triliun untuk operasional HSM 2. Yang Rp500 miliar itu untuk lmembangun PLTU 1x150MW," katanya dalam acara ngobrol bareng wartawan di The Royale Krakatau, Cilegon, Senin (12/2/2018).
Menurutnya, belum terserapnya dana PMN tersebut karena untuk proyek HSM 2 dana tersebut digunakan untuk belanja operasional (operational expenditure/opex). Sehingga, dana ini baru aka terserap jika proyek tersebut telah rampung dikerjakan.
"Persoalannya, untuk yang Rp1 triliun kan untuk opex HSM 2, kan kalau opex itu selesai dulu baru diserap ya," imbuh dia.
Sebab itu, pihaknya saat ini tengah mengusulkan perubahan postur keuangan dari sebelumnya untuk opex menjadi untuk belanja modal (capital expenditure/capex). Dengan begitu, penyerapan PMN akan lebih optimal.
"Kalau sudah diizinkan, maka penyerapannya akan tinggi. Karena HSM 2 kan proyeknya sudah 62%," tuturnya.
Selain itu, tambah dia, anggaran Rp500 miliar semulanya akan digunakan untuk revitalisasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) 2X280 MW. Namun, dalam perjalanannya dianggap tidak efisien, sehingga diputuskan untuk diubah menjadi PLTU 1X150 MW.
Bulan ini sedang dalam proses submit commercial. Penyerapannya masih kurang dari 1% hanya untuk bayar consultant engineering.
"Kalau bulan ini sudah diputuskan pemenangnya, maka Maret sudah ada groundbreaking dan penyerapannya sudah mulai naik. PLTU yang akan dibangun itu nilai nya Rp3,9 triliun. Sementara PMN hanya Rp500 miliar, jadi masih ada Rp3,4 triliun harus kami cari pendanaan," terangnya.
(izz)