Inovasi dan Transformasi Digital Jadi Fokus Utama BTPN
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) konsisten berfokus pada inovasi dan transformasi digital sejak 2016. Langkah transformasi ini berlanjut di tahun berikutnya dan akan diteruskan hingga akhir 2018.
Pada tahun 2016, BTPN resmi memiliki dua platform digital banking untuk melayani dua segmen yang berbeda. Pertama, BTPN Wow! yang diperuntukkan bagi segmen below-consuming-class yang terdiri dari petani, nelayan, buruh, pekerja informal, dan para pedagang mikro.
Platform kedua adalah Jenius yang ditujukan bagi segmen consuming-class. Hingga akhir Desember 2017, BTPN Wow! telah memiliki 4,8 juta nasabah yang dilayani oleh lebih dari 200.000 agen, sementara jumlah nasabah Jenius yang terdaftar telah mencapai hampir 500.000. Sepanjang tahun lalu, inovasi digital kedua platform tersebut terus berlanjut.
Pada saat yang sama, BTPN juga melakukan Transformasi Digital pada lini bisnis inti lainnya. Digitalisasi existing business ini mencakup pengembangan alternative channels, integrasi cabang, automasi proses, transformasi infrastruktur IT, dan pelatihan (retraining) karyawan.
Direktur Utama BTPN Jerry Ng mengatakan, melalui transformasi digital ini, jaringan layanan nasabah bertambah luas dan kualitas layanan nasabah tetap terjaga walaupun jumlah kantor cabang berkurang dan organisasi menjadi lebih ramping.
"Kami mengalokasikan investasi cukup besar untuk proses transformasi ini, termasuk belanja IT, infrastruktur, serta menganggarkan biaya operasional untuk melatih ulang karyawan," ungkap Jerry dalam siaran pers, Rabu (14/2/2018).
Dia menjelaskan, untuk mengembangkan layanan digital, sepanjang 2017, BTPN telah menginvestasikan dana Rp832 miliar, meningkat 36% dibandingkan nilai investasi pada 2016 sebesar Rp611 miliar. Tantangan berat yang dihadapi perseroan, kata dia, adalah mempertahankan pertumbuhan kinerja dan pada saat yang sama menjalankan transformasi digital.
Di tengah situasi ekonomi yang masih menantang, kata dia, perseroan berhasil menjaga penyaluran kredit tetap tumbuh 3% (year-on-year/yoy) dari Rp63,2 triliun menjadi Rp65,3 triliun pada akhir Desember 2017. Sementara, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) 0,9%.
Pertumbuhan kredit antara lain ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen usaha kecil dan menengah mencapai Rp11,6 triliun, atau tumbuh 25% dari posisi yang sama tahun sebelumnya senilai Rp9,3 triliun. Sementara itu, pembiayaan melalui BTPN Syariah tumbuh 21% dari Rp5 triliun menjadi Rp6 triliun pada akhir Desember 2017.
Adapun aset perseroan tercatat naik 5% (yoy) dari Rp91,4 triliun menjadi Rp95,5 triliun pada akhir Desember 2017, dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) terjaga di 24,6%. Sementara itu, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mengalami penurunan 30% (yoy) menjadi Rp1,2 triliun.
"Inovasi dan transformasi digital adalah investasi strategis yang berdampak pada profitabilitas jangka pendek. Apabila tidak menghitung dampak biaya dari investasi strategis ini, laba kami dari bisnis inti masih tumbuh 6% menjadi Rp2,4 triliun," terang Jerry.
Pada tahun 2016, BTPN resmi memiliki dua platform digital banking untuk melayani dua segmen yang berbeda. Pertama, BTPN Wow! yang diperuntukkan bagi segmen below-consuming-class yang terdiri dari petani, nelayan, buruh, pekerja informal, dan para pedagang mikro.
Platform kedua adalah Jenius yang ditujukan bagi segmen consuming-class. Hingga akhir Desember 2017, BTPN Wow! telah memiliki 4,8 juta nasabah yang dilayani oleh lebih dari 200.000 agen, sementara jumlah nasabah Jenius yang terdaftar telah mencapai hampir 500.000. Sepanjang tahun lalu, inovasi digital kedua platform tersebut terus berlanjut.
Pada saat yang sama, BTPN juga melakukan Transformasi Digital pada lini bisnis inti lainnya. Digitalisasi existing business ini mencakup pengembangan alternative channels, integrasi cabang, automasi proses, transformasi infrastruktur IT, dan pelatihan (retraining) karyawan.
Direktur Utama BTPN Jerry Ng mengatakan, melalui transformasi digital ini, jaringan layanan nasabah bertambah luas dan kualitas layanan nasabah tetap terjaga walaupun jumlah kantor cabang berkurang dan organisasi menjadi lebih ramping.
"Kami mengalokasikan investasi cukup besar untuk proses transformasi ini, termasuk belanja IT, infrastruktur, serta menganggarkan biaya operasional untuk melatih ulang karyawan," ungkap Jerry dalam siaran pers, Rabu (14/2/2018).
Dia menjelaskan, untuk mengembangkan layanan digital, sepanjang 2017, BTPN telah menginvestasikan dana Rp832 miliar, meningkat 36% dibandingkan nilai investasi pada 2016 sebesar Rp611 miliar. Tantangan berat yang dihadapi perseroan, kata dia, adalah mempertahankan pertumbuhan kinerja dan pada saat yang sama menjalankan transformasi digital.
Di tengah situasi ekonomi yang masih menantang, kata dia, perseroan berhasil menjaga penyaluran kredit tetap tumbuh 3% (year-on-year/yoy) dari Rp63,2 triliun menjadi Rp65,3 triliun pada akhir Desember 2017. Sementara, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) 0,9%.
Pertumbuhan kredit antara lain ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen usaha kecil dan menengah mencapai Rp11,6 triliun, atau tumbuh 25% dari posisi yang sama tahun sebelumnya senilai Rp9,3 triliun. Sementara itu, pembiayaan melalui BTPN Syariah tumbuh 21% dari Rp5 triliun menjadi Rp6 triliun pada akhir Desember 2017.
Adapun aset perseroan tercatat naik 5% (yoy) dari Rp91,4 triliun menjadi Rp95,5 triliun pada akhir Desember 2017, dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) terjaga di 24,6%. Sementara itu, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mengalami penurunan 30% (yoy) menjadi Rp1,2 triliun.
"Inovasi dan transformasi digital adalah investasi strategis yang berdampak pada profitabilitas jangka pendek. Apabila tidak menghitung dampak biaya dari investasi strategis ini, laba kami dari bisnis inti masih tumbuh 6% menjadi Rp2,4 triliun," terang Jerry.
(fjo)