Sektor Industri Dinilai Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, sektor industri merupakan salah satu yang mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Karena, memiliki peranan dalam mengatasi masalah pengangguran dan terciptanya ekonomi berbasis sumber daya alam (SDA).
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, peranan sektor industri pengolahan pada 2017 mencapai 20,16% terhadap total PDB nasional, terbesar dibanding sektor lainnya.
"Ini menjadikan sektor industri sebagai pendorong perekonomian nasional, sekaligus sebagai tulang punggung ketahanan ekonomi nasional dengan berbasis sumber daya lokal yang memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat," ujarnya di Jakarta, Senin (19/2/2018).
Sementara, perkembangan terkini sektor industri pengolahan nonmigas pada 2017 cukup baik dengan pertumbuhan sebesar 4,84%, meningkat dibanding 2016 yang sebesar 4,43%.
Sektor ini tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi 2017 yang sebesar 5,07% dan 2016 sebesar 5,03%. Kinerja ekspor industri pengolahan juga mengalami peningkatan sebesar 13,14% dibanding 2016 menjadi USD125,02 miliar.
Airlangga mengatakan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi, pada 2018 ini pihaknya menargetkan pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 5,67% dengan total target investasi sebesar Rp345,4 triliun.
"Berbagai upaya akan terus kita lakukan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, termasuk di sektor IKTA yang memiliki potensi dan peluang besar untuk mempercepat akselerasi pertumbuhan industri. Karena itu, pada 2018 ini kami mengharapkan konstribusi sektor IKTA sebesar Rp117 triliun terhadap total investasi," jelasnya.
Selain itu, di Industri bahan kimia dan barang kimia yang mayoritas bahan baku dan intermediate product masih diimpor. Di mana, pada 2017 mencapai USD20,51 miliar atau sekitar Rp275 triliun.
Di samping itu, ada juga sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang menyumbang PDB sebesar Rp150,43 triliun yang merupakan industri padat karya dan berorientasi ekspor. Nilai ekspor sektor ini mencapai USD12,58 miliar atau sekitar Rp168,5 triliun pada 2017.
"Dengan utilisasi produksi pada industri TPT yang masih belum optimal rata-rata 57,84%, potensi peningkatan ekspor masih sangat terbuka melalui peningkatan utilisasi yang ada maupun penambahan investasi baru, serta potensi peningkatan ekspor semakin terbuka jika produk TPT kita dikenakan tarif yang sama dengan Vietnam dan Bangladesh," jelas Airlangga.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, peranan sektor industri pengolahan pada 2017 mencapai 20,16% terhadap total PDB nasional, terbesar dibanding sektor lainnya.
"Ini menjadikan sektor industri sebagai pendorong perekonomian nasional, sekaligus sebagai tulang punggung ketahanan ekonomi nasional dengan berbasis sumber daya lokal yang memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat," ujarnya di Jakarta, Senin (19/2/2018).
Sementara, perkembangan terkini sektor industri pengolahan nonmigas pada 2017 cukup baik dengan pertumbuhan sebesar 4,84%, meningkat dibanding 2016 yang sebesar 4,43%.
Sektor ini tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi 2017 yang sebesar 5,07% dan 2016 sebesar 5,03%. Kinerja ekspor industri pengolahan juga mengalami peningkatan sebesar 13,14% dibanding 2016 menjadi USD125,02 miliar.
Airlangga mengatakan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi, pada 2018 ini pihaknya menargetkan pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 5,67% dengan total target investasi sebesar Rp345,4 triliun.
"Berbagai upaya akan terus kita lakukan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, termasuk di sektor IKTA yang memiliki potensi dan peluang besar untuk mempercepat akselerasi pertumbuhan industri. Karena itu, pada 2018 ini kami mengharapkan konstribusi sektor IKTA sebesar Rp117 triliun terhadap total investasi," jelasnya.
Selain itu, di Industri bahan kimia dan barang kimia yang mayoritas bahan baku dan intermediate product masih diimpor. Di mana, pada 2017 mencapai USD20,51 miliar atau sekitar Rp275 triliun.
Di samping itu, ada juga sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang menyumbang PDB sebesar Rp150,43 triliun yang merupakan industri padat karya dan berorientasi ekspor. Nilai ekspor sektor ini mencapai USD12,58 miliar atau sekitar Rp168,5 triliun pada 2017.
"Dengan utilisasi produksi pada industri TPT yang masih belum optimal rata-rata 57,84%, potensi peningkatan ekspor masih sangat terbuka melalui peningkatan utilisasi yang ada maupun penambahan investasi baru, serta potensi peningkatan ekspor semakin terbuka jika produk TPT kita dikenakan tarif yang sama dengan Vietnam dan Bangladesh," jelas Airlangga.
(izz)