Investor dan Transaksi Pasar Modal di Jatim Terus Meningkat
A
A
A
SURABAYA - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kantor Regional IV Jatim, Heru Cahyono mengatakan, jumlah investor di Jawa Timur (Jatim) selama 2017 tercatat sebanyak 77.616 investor. Sementara, nilai transaksi telah mencapai Rp18,80 triliun.
Untuk investor reksa dana, kata dia, selama 2017 tercatat sebanyak 72.982 investor dengan nilai transaksi Rp2,9 triliun. Sementara, jumlah perusahaan di jatim yang sudah masuk ke dalam bursa atau menjadi emiten sebanyak 40 perusahaan. Pada 2017, dana tambahan yang dihimpun dari pasar modal di Jatim mencapai Rp853 miliar dari empat emiten baru.
"Sementara sekarang investor pasar modal telah mencapai 1,1 juta investor. Dari jumlah itu, persentase investor asing sebanyak 51%. Angka ini turun 12% dari sebelumnya 63%," katanya di Surabaya, Jumat (23/2/2018).
Sedangkan jumlah investor lokal, imbuh dia, persentasenya sebesar 49%. Dari angka itu, sebesar 30% adalah investor kelompok usia 17-30 tahun.
"Kami terus melakukan edukasi pada masyarakat akan pentingnya investasi di pasar modal. Kami kampanye mulai dari kampus-kampus hingga pedesaan," jelas Heru.
Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Go Publik (PIGP) Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya Dewi Sriana Rihantyasni mengatakan, meski memasuki tahun politik, investasi di pasar modal tetap menarik. Setiap tahun selalu ada perusahaan baru yang mencatatkan diri untuk go public di BEI.
"Tahun ini kami akan berfokus pada pengembangan investor di pedesaan dan kalangan pesantren di Jatim. Kita tahu bahwa di Jatim ada ribuan pondok pesantren. Ini juga potensi yang sangat sayang kalau tidak digarap," tuturnya.
Jumlah investor terbanyak di Jatim mayoritas berasal dari Surabaya, yakni sebanyak 32.632 Single Investor Identity (SID), disusul Malang sebanyak 8.395 SID, Sidoarjo 6.791 SID, dan Pamekasan 1.354 SID.
Untuk mengedukasi masyarakat terhadap pasar modal, saat ini BEI Surabaya memiliki sebanyak 46 Galeri Investasi (GI). GI ini tersebar di sejumlah kampus di Jatim. Tahun ini, BEI akan kembali menambah 10 GI.
"Kami memperbanyak GI untuk meningkatkan literasi keuangan dalam bentuk inventasi yang masih rendah di masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa," tuturnya.
Untuk investor reksa dana, kata dia, selama 2017 tercatat sebanyak 72.982 investor dengan nilai transaksi Rp2,9 triliun. Sementara, jumlah perusahaan di jatim yang sudah masuk ke dalam bursa atau menjadi emiten sebanyak 40 perusahaan. Pada 2017, dana tambahan yang dihimpun dari pasar modal di Jatim mencapai Rp853 miliar dari empat emiten baru.
"Sementara sekarang investor pasar modal telah mencapai 1,1 juta investor. Dari jumlah itu, persentase investor asing sebanyak 51%. Angka ini turun 12% dari sebelumnya 63%," katanya di Surabaya, Jumat (23/2/2018).
Sedangkan jumlah investor lokal, imbuh dia, persentasenya sebesar 49%. Dari angka itu, sebesar 30% adalah investor kelompok usia 17-30 tahun.
"Kami terus melakukan edukasi pada masyarakat akan pentingnya investasi di pasar modal. Kami kampanye mulai dari kampus-kampus hingga pedesaan," jelas Heru.
Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Go Publik (PIGP) Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya Dewi Sriana Rihantyasni mengatakan, meski memasuki tahun politik, investasi di pasar modal tetap menarik. Setiap tahun selalu ada perusahaan baru yang mencatatkan diri untuk go public di BEI.
"Tahun ini kami akan berfokus pada pengembangan investor di pedesaan dan kalangan pesantren di Jatim. Kita tahu bahwa di Jatim ada ribuan pondok pesantren. Ini juga potensi yang sangat sayang kalau tidak digarap," tuturnya.
Jumlah investor terbanyak di Jatim mayoritas berasal dari Surabaya, yakni sebanyak 32.632 Single Investor Identity (SID), disusul Malang sebanyak 8.395 SID, Sidoarjo 6.791 SID, dan Pamekasan 1.354 SID.
Untuk mengedukasi masyarakat terhadap pasar modal, saat ini BEI Surabaya memiliki sebanyak 46 Galeri Investasi (GI). GI ini tersebar di sejumlah kampus di Jatim. Tahun ini, BEI akan kembali menambah 10 GI.
"Kami memperbanyak GI untuk meningkatkan literasi keuangan dalam bentuk inventasi yang masih rendah di masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa," tuturnya.
(fjo)