Inflasi Sumatra Barat Tahun 2018 Diprediksi 3,71%
A
A
A
PADANG - Bank Indonesia (BI) memprediksi, angka inflasi di Provinsi Sumatra Barat pada 2018 akan naik ke level 3,71%, dari sebelumnya 3,3% pada 2017.
Direktur Departemen Regional 1 BI, Wahyu Purnanama mengatakan, angka inflasi ini naik dibanding 2017 karena adanya fluktuasi harga pangan.
"Pada 2018 kami prediksi inflasi Sumatera naik 3,71% disebabkan volatile food yang pasokannya gak sebaik pada 2017," ujarnya di Padang, Sumatra Barat, Sabtu (24/2/2018).
Menurut Wahyu, BI selalu berusaha mengendalikan angka inflasi di daerah bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah atau TPID.
"Salah satu hal bagaimana BI kendalikan inflasi bersama TPID ini hal penting. Beri pengertian ke Pemda terkait inflasi daerah," katanya.
Wahyu menambahkan, inflasi pada tahun lalu sempat mengalami penurunan didorong oleh harga pangan yang stabil karena tidak adanya cuaca buruk.
"Tahun 2017, inflasi 3,3%, turun dari 4,53% tahun 2016 didukung cuaca gak ada kemarau panjang, banjir besar tahun 2017. Harga pangan tidak ada masalah sepele tahun sebelumnya, kalaupun ada gejolak di komoditas cabai," pungkasnya.
Direktur Departemen Regional 1 BI, Wahyu Purnanama mengatakan, angka inflasi ini naik dibanding 2017 karena adanya fluktuasi harga pangan.
"Pada 2018 kami prediksi inflasi Sumatera naik 3,71% disebabkan volatile food yang pasokannya gak sebaik pada 2017," ujarnya di Padang, Sumatra Barat, Sabtu (24/2/2018).
Menurut Wahyu, BI selalu berusaha mengendalikan angka inflasi di daerah bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah atau TPID.
"Salah satu hal bagaimana BI kendalikan inflasi bersama TPID ini hal penting. Beri pengertian ke Pemda terkait inflasi daerah," katanya.
Wahyu menambahkan, inflasi pada tahun lalu sempat mengalami penurunan didorong oleh harga pangan yang stabil karena tidak adanya cuaca buruk.
"Tahun 2017, inflasi 3,3%, turun dari 4,53% tahun 2016 didukung cuaca gak ada kemarau panjang, banjir besar tahun 2017. Harga pangan tidak ada masalah sepele tahun sebelumnya, kalaupun ada gejolak di komoditas cabai," pungkasnya.
(ven)