Samindo Target Akuisisi Pembangkit Listrik dan Sawit
A
A
A
JAKARTA - PT Samindo Resources Tbk (MYOH) tahun ini menargetkan akan melakukan mendiversifikasi bisnis untuk menggarap pembangkit tenaga listrik dan kelapa sawit. Perseroan saat ini mengaku sedang mengincar proyek PLTU mulut tambang.
Presiden Direktur MYOH Kim Jung Gyun menyatakan, agenda diversifikasi sebagai salah satu fokus perusahaan tahun ini. Bahkan untuk rencana diversifikasi ke bisnis pembangkit listrik, perusahaan sudah menyiapkan dana akuisisi lahan dan pembangunannya. “Bisnis PLTU tahun ini akan mulai, tetapi masih butuh diskusi. Ada proses yang harus dibereskan," ujar Kim dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (26/2/2018).
Dia menambahkan perusahaan menyiapkan dana USD100 juta untuk akuisisi 20%-30% saham tambang batubara. Sedangkan untuk pembangkit, perusahaan mengalokasikan dana mencapai USD25 juta. Namun, perusahaan sejauh ini belum bisa merealisasikan rencana tersebut, sebab pada tahun lalu sejumlah proyek listrik yang diikuti, tendernya belum berhasil didapatkan. Pada tahun ini perusahaan berharap masih ada tender untuk pembangkit. "Soal berapa megawatt tidak jadi soal," lanjut Kim.
Sedangkan untuk diversifikasi ke sektor sawit, Kim belum merinci rencana tersebut. Namun yang jelas, menurutnya, kapabilitas untuk mengelola bisnis sawit sudah dimiliki. Oleh karena itu, rencana diversifikasi bisnis tersebut bukan hal yang sulit. "Samtan sudah punya bisnis PLTU dan kelapa sawit, jadi bukan hal baru," sambungnya.
Rencana akuisisi tambang tetap masih menjadi bagian ekspansi tahun ini. Saat ini, perusahaan masih melihat setidaknya tiga tambang untuk akuisisi."Kami lihat beberapa tambang baru dua sampai tiga tambang, tahun ini harapannya bisa ada satu atau dua," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa perusahaan tidak membatasi pencarian tambang Kalimantan Timur dimana operasi utama perusahaan berada. Namun yang jelas, akuisisi tambang itu mengincar batubara kalori tinggi maupun rendah di Kalimantan dan Sumatera.
Kim menambahkan perusahaan tidak akan mengakuisisi 100% tambang, perusahaan hanya akan mengambilalih sebagian saham untuk tambang yang sudah beroperasi. Pasalnya, core business perusahaan saat ini memang bergerak di sektor kontraktor. "Kami lihat tambang di Indonesia jadi tidak terbatas di Sumatera atau Kalimatan, bisa yang produksi 1-2 juta ton setahun atau 4-5 juta ton setahun," lanjutnya.
Tahun ini perusahaan mengalokasikan dana belanja modal sebesar USD13,8 juta, jumlah tersebut belum termasuk untuk rencana akuisisi. Kendati tidak dimasukkan dalam capex tahun ini, namun perusahaan menyampaikan sudah menyiapkan dana untuk akuisisi tersebut.
Dia mengungkapkan kenaikan capex tersebut tidak lain merupakan salah satu dari persiapan perseroan dalam rangka menjawab kenaikan target yang dibebankan oleh klien pada 2018.
Menurutnya, sebagian besar dari capex tersebut akan dialokasikan untuk pembelian alat-alat berat pada aktifitas pemindahan batuan penutup (overburden removal) dan produksi batubara. Adapun, lanjutnya, beberapa alat berat yang menjadi target perseroan di antaranya dump truck, excavator, crane dan pump. Dia mengungkapkan saat ini proses pemesanan alat-alat berat tersebut telah dilakukan dan diharapkan pada kuartal I/2018, alat-alat tersebut sudah dapat dioperasikan.
Presiden Direktur MYOH Kim Jung Gyun menyatakan, agenda diversifikasi sebagai salah satu fokus perusahaan tahun ini. Bahkan untuk rencana diversifikasi ke bisnis pembangkit listrik, perusahaan sudah menyiapkan dana akuisisi lahan dan pembangunannya. “Bisnis PLTU tahun ini akan mulai, tetapi masih butuh diskusi. Ada proses yang harus dibereskan," ujar Kim dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (26/2/2018).
Dia menambahkan perusahaan menyiapkan dana USD100 juta untuk akuisisi 20%-30% saham tambang batubara. Sedangkan untuk pembangkit, perusahaan mengalokasikan dana mencapai USD25 juta. Namun, perusahaan sejauh ini belum bisa merealisasikan rencana tersebut, sebab pada tahun lalu sejumlah proyek listrik yang diikuti, tendernya belum berhasil didapatkan. Pada tahun ini perusahaan berharap masih ada tender untuk pembangkit. "Soal berapa megawatt tidak jadi soal," lanjut Kim.
Sedangkan untuk diversifikasi ke sektor sawit, Kim belum merinci rencana tersebut. Namun yang jelas, menurutnya, kapabilitas untuk mengelola bisnis sawit sudah dimiliki. Oleh karena itu, rencana diversifikasi bisnis tersebut bukan hal yang sulit. "Samtan sudah punya bisnis PLTU dan kelapa sawit, jadi bukan hal baru," sambungnya.
Rencana akuisisi tambang tetap masih menjadi bagian ekspansi tahun ini. Saat ini, perusahaan masih melihat setidaknya tiga tambang untuk akuisisi."Kami lihat beberapa tambang baru dua sampai tiga tambang, tahun ini harapannya bisa ada satu atau dua," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa perusahaan tidak membatasi pencarian tambang Kalimantan Timur dimana operasi utama perusahaan berada. Namun yang jelas, akuisisi tambang itu mengincar batubara kalori tinggi maupun rendah di Kalimantan dan Sumatera.
Kim menambahkan perusahaan tidak akan mengakuisisi 100% tambang, perusahaan hanya akan mengambilalih sebagian saham untuk tambang yang sudah beroperasi. Pasalnya, core business perusahaan saat ini memang bergerak di sektor kontraktor. "Kami lihat tambang di Indonesia jadi tidak terbatas di Sumatera atau Kalimatan, bisa yang produksi 1-2 juta ton setahun atau 4-5 juta ton setahun," lanjutnya.
Tahun ini perusahaan mengalokasikan dana belanja modal sebesar USD13,8 juta, jumlah tersebut belum termasuk untuk rencana akuisisi. Kendati tidak dimasukkan dalam capex tahun ini, namun perusahaan menyampaikan sudah menyiapkan dana untuk akuisisi tersebut.
Dia mengungkapkan kenaikan capex tersebut tidak lain merupakan salah satu dari persiapan perseroan dalam rangka menjawab kenaikan target yang dibebankan oleh klien pada 2018.
Menurutnya, sebagian besar dari capex tersebut akan dialokasikan untuk pembelian alat-alat berat pada aktifitas pemindahan batuan penutup (overburden removal) dan produksi batubara. Adapun, lanjutnya, beberapa alat berat yang menjadi target perseroan di antaranya dump truck, excavator, crane dan pump. Dia mengungkapkan saat ini proses pemesanan alat-alat berat tersebut telah dilakukan dan diharapkan pada kuartal I/2018, alat-alat tersebut sudah dapat dioperasikan.
(akr)