Hunian Baru Koridor Timur
A
A
A
KAWASAN koridor timur Jakarta semakin menjadi kawasan favorit pengembang properti. Selain Cikarang dan Bekasi, Karawang juga diproyeksikan menjadi kota dengan fasilitas modern.
Pengembang PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), misalnya, akan mengembangkan proyek properti terbarunya, Taruma City, di Karawang Barat sebagai central business district di Kota Karawang. Taruma City merupakan properti kedua oleh grup APL di Karawang. Sebelumnya APLN sukses mengembangkan project properti hunian Grand Taruma yang berlokasi tidak jauh dari Taruma City.
General Manager Taruma City Rina Irawan mengatakan, ada alasan kuat mengapa proyek yang dibangun di atas lahan seluas 5,6 hektare ini siap dijadikan pusat bis nis baru di Karawang. Adapun yang utama karena lokasinya yang strategis di tengah kota.
“Selain itu, Karawang Barat saat ini menjadi kawasan yang paling siap berkembang sebagai pusat ekonomi Karawang dengan didukung sejumlah proyek infrastruktur yang saat ini dibangun pemerintah di bagian utara dan tengah Jawa Barat,” ujarnya.
Di proyek properti Taruma City di kawasan Jl Kertabumi dan bisa diakses dari pintu tol Karawang Barat ini, APLN akan membangun 49 unit rumah mewah, satu tower apartemen dengan 700 unit hunian, dan 243 ruko. Proyek ini mengincar segmen atas, yakni pasar kaum ekspatriat, terutama dari Jepang.
“Karawang banyak memiliki kawasan industri terintegrasi, terutama industri automotif dari Jepang. Di wilayah ini, banyak ekspatriatnya,” imbuh Rina.
Karawang merupakan kota yang sedang berkembang, jadi menawarkan banyak peluang. Harga lahan di Kertabumi saat ini mencapai Rp25 juta-Rp30 juta per meter. Dari total 175.000 hektare luas Kabupaten Karawang, sebanyak 13.800 hektare saat ini dikembangkan untuk kawasan industri. Kawasan ini merupakan koridor industri Jepang. “Jadi, kebutuhan hunian di sana oleh ekspatriat sangat besar,” ujar Rina.
Dia menyebutkan, proyek Taruma City saat ini belum resmi launching. “Kita baru akan launching pertengahan tahun 2018 ini. Pengambilan NUP (nomor urut pemesanan) baru kita mulai. Untuk proyek hunian landed , luas tanahnya mulai dari 108 m2 -119 m2. Namun, soal harga, belum bisa di-publish . Begitu juga untuk ruko dan unit apartemennya,” papar Rina.
Seluruh proyek apartemen, hunian landed dan ruko tiga lantai ini diproyeksikan tuntas digarap dalam tiga tahun ke depan. Sementara, untuk memenuhi permintaan pasar yang masih tinggi terhadap produk hunian di Summarecon Bekasi, Burgundy Residence tahap 3 diluncurkan pada 24 Maret 2018.
Sebelumnya Burgundy Residence hadir dalam tiga tipe, yaitu Scarlet (6 x 11), Magenta (7 x 13), serta Vermilion (8 x 13), dan kini terdapat satu tipe terbaru yaitu Carmine (5 x 11) yang dipasarkan mulai harga Rp850 juta. Sejak diperkenalkan pertama kali pada pertengahan 2017, The Orchard, yang merupakan pengembangan kawasan terbaru seluas 30 hektare persembahan Summarecon Bekasi berhasil merebut perhatian masyarakat.
Hal ini terbukti dari hasil penjualan kluster pertama The Orchard, Burgundy Residence, yang sukses terjual sebanyak 175 unit di tahap pertama dan kedua. Albert Luhur, Executive Director PT Summarecon Agung Tbk, mengemukakan, hadirnya tipe terbaru, Carmine, membuat konsumen memiliki lebih banyak pilihan.
Khususnya untuk mereka yang ingin sekali memiliki hunian di Summarecon Bekasi namun memiliki budget di bawah Rp1 miliar. “Salah satu potensi besar yang coba kita tujukan, yaitu untuk memenuhi pasar yang lebih muda atau pembeli rumah pertama, tidak terkecuali kaum milenial yang mengidamkan hunian tapak di sekitar Jakarta. Konsumen bisa memiliki kluster dengan pemandangan danau, exclusive club house, dilengkapi solar panel, fitur smart home, dan berbagai fasilitas lainnya,” sebutnya.
Kluster Carmine ditawarkan terbatas, yaitu sebanyak 28 unit, sedangkan tipe lain yaitu 64 unit. Selain dengan cara bayar tunai keras, Summarecon Bekasi juga memberikan kemudahan sistem pembayaran yang mampu mengakomodasi pembeli rumah pertama, yaitu dengan bayar bertahap 12 kali, dan bertahap 25 kali dengan down payment (DP) yang bisa dicicil sebanyak 25 kali. (Rendra Hanggara)
Pengembang PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), misalnya, akan mengembangkan proyek properti terbarunya, Taruma City, di Karawang Barat sebagai central business district di Kota Karawang. Taruma City merupakan properti kedua oleh grup APL di Karawang. Sebelumnya APLN sukses mengembangkan project properti hunian Grand Taruma yang berlokasi tidak jauh dari Taruma City.
General Manager Taruma City Rina Irawan mengatakan, ada alasan kuat mengapa proyek yang dibangun di atas lahan seluas 5,6 hektare ini siap dijadikan pusat bis nis baru di Karawang. Adapun yang utama karena lokasinya yang strategis di tengah kota.
“Selain itu, Karawang Barat saat ini menjadi kawasan yang paling siap berkembang sebagai pusat ekonomi Karawang dengan didukung sejumlah proyek infrastruktur yang saat ini dibangun pemerintah di bagian utara dan tengah Jawa Barat,” ujarnya.
Di proyek properti Taruma City di kawasan Jl Kertabumi dan bisa diakses dari pintu tol Karawang Barat ini, APLN akan membangun 49 unit rumah mewah, satu tower apartemen dengan 700 unit hunian, dan 243 ruko. Proyek ini mengincar segmen atas, yakni pasar kaum ekspatriat, terutama dari Jepang.
“Karawang banyak memiliki kawasan industri terintegrasi, terutama industri automotif dari Jepang. Di wilayah ini, banyak ekspatriatnya,” imbuh Rina.
Karawang merupakan kota yang sedang berkembang, jadi menawarkan banyak peluang. Harga lahan di Kertabumi saat ini mencapai Rp25 juta-Rp30 juta per meter. Dari total 175.000 hektare luas Kabupaten Karawang, sebanyak 13.800 hektare saat ini dikembangkan untuk kawasan industri. Kawasan ini merupakan koridor industri Jepang. “Jadi, kebutuhan hunian di sana oleh ekspatriat sangat besar,” ujar Rina.
Dia menyebutkan, proyek Taruma City saat ini belum resmi launching. “Kita baru akan launching pertengahan tahun 2018 ini. Pengambilan NUP (nomor urut pemesanan) baru kita mulai. Untuk proyek hunian landed , luas tanahnya mulai dari 108 m2 -119 m2. Namun, soal harga, belum bisa di-publish . Begitu juga untuk ruko dan unit apartemennya,” papar Rina.
Seluruh proyek apartemen, hunian landed dan ruko tiga lantai ini diproyeksikan tuntas digarap dalam tiga tahun ke depan. Sementara, untuk memenuhi permintaan pasar yang masih tinggi terhadap produk hunian di Summarecon Bekasi, Burgundy Residence tahap 3 diluncurkan pada 24 Maret 2018.
Sebelumnya Burgundy Residence hadir dalam tiga tipe, yaitu Scarlet (6 x 11), Magenta (7 x 13), serta Vermilion (8 x 13), dan kini terdapat satu tipe terbaru yaitu Carmine (5 x 11) yang dipasarkan mulai harga Rp850 juta. Sejak diperkenalkan pertama kali pada pertengahan 2017, The Orchard, yang merupakan pengembangan kawasan terbaru seluas 30 hektare persembahan Summarecon Bekasi berhasil merebut perhatian masyarakat.
Hal ini terbukti dari hasil penjualan kluster pertama The Orchard, Burgundy Residence, yang sukses terjual sebanyak 175 unit di tahap pertama dan kedua. Albert Luhur, Executive Director PT Summarecon Agung Tbk, mengemukakan, hadirnya tipe terbaru, Carmine, membuat konsumen memiliki lebih banyak pilihan.
Khususnya untuk mereka yang ingin sekali memiliki hunian di Summarecon Bekasi namun memiliki budget di bawah Rp1 miliar. “Salah satu potensi besar yang coba kita tujukan, yaitu untuk memenuhi pasar yang lebih muda atau pembeli rumah pertama, tidak terkecuali kaum milenial yang mengidamkan hunian tapak di sekitar Jakarta. Konsumen bisa memiliki kluster dengan pemandangan danau, exclusive club house, dilengkapi solar panel, fitur smart home, dan berbagai fasilitas lainnya,” sebutnya.
Kluster Carmine ditawarkan terbatas, yaitu sebanyak 28 unit, sedangkan tipe lain yaitu 64 unit. Selain dengan cara bayar tunai keras, Summarecon Bekasi juga memberikan kemudahan sistem pembayaran yang mampu mengakomodasi pembeli rumah pertama, yaitu dengan bayar bertahap 12 kali, dan bertahap 25 kali dengan down payment (DP) yang bisa dicicil sebanyak 25 kali. (Rendra Hanggara)
(nfl)