Akhir Bulan, IHSG Rontok Seiring Lemahnya Bursa Asia
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir Februari, ditutup rontok 1,71 poin atau 0,03% menjadi 6.597,22. Awal perdagangan, IHSG dibuka turun 1,96 poin setara 0,03% ke level 6.596,96.
Sepanjang Rabu (28/2/2018), IHSG diperdagangkan dengan kisaran 6.564,48-6.609,40. Meski tujuh sektor saham utama positif, bahkan perkebunan menguat 2,17%, tidak cukup untuk mendorong indeks ke zona hijau.
Dari 508 saham yang diperdagangkan, 209 melemah, 126 stagnan, dan 173 menguat. Nilai transaksi saham mencapai Rp13,05 triliun dari 18,31 miliar lembar saham. Transaksi bersih asing minus Rp833,40 miliar, dengan aksi jual asing Rp7,89 triliun dan aksi beli asing Rp7,06 triliun.
Bursa saham dalam negeri dan Asia melemah sepanjang Rabu ini, karena pernyataan Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell. Bos bank sentral AS yang baru itu mengatakan ekonomi AS telah membaik semenjak pertemuan Desember, beberapa data membuatnya semakin yakin bahwa inflasi sedang bergerak menuju target dan ada kemungkinan The Fed lebih agresif menaikkan suku bunga acuan.
Pasar Asia pun ditutup melemah pada Rabu ini, ditambah data PMI manufaktur China bulan Februari di bawah ekspektasi. Indeks Manajer Pembelian manufaktur di China pada Februari mencapai 50,3, di bawah perkiraan 51,2 oleh Reuters. Dan angka tersebut melemah dibanding pencapaian Januari yaitu 51,3.
Melansir CNBC, indeks Nikkei 225 Jepang turun 321,62 poin atau 1,44% menjadi 22.068,24, disebabkan penurunan tajam sektor industri pada bulan Januari sebesar 6,6%. Selain itu, saham teknologi, otomotif, dan keuangan diperdagangkan di wilayah negatif, SoftBank Group turun 2,39%, Honda Motor jatuh 2,19%, dan Fast Retailing kehilangan 2,52%.
Kospi Korea Selatan turun 1,17% ditutup menjadi 2.427,36. Saham Samsung Electronics, yang diperdagangkan melemah 0,68%, begitu pula saham teknologi lainnya mencatat penurunan. Saham otomotif dan manufaktur kebanyakan berakhir lebih rendah.
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 selesai lebih rendah 0,68% menjadi 6.016, di mana hanya tiga dari 12 sektor utama yang ditutup di wilayah positif. Saham produsen emas dan telekomunikasi anjlok, dan sektor keuangan tergelincir 0,55%. Saham pertambangan Rio Tinto dan BHP, masing-masing turun 0,55% dan 1,96%.
Adapun pasar China memperpanjang kerugian, dengan Hang Seng Hong Kong turun 423,94 poin atau 1,36%, ditutup pada 30.844,72. Saham keuangan China Construction Bank dan HSBC turun 2,74% dan 0,76%. Saham raksasa teknologi Tencent juga turun 3,09%. Shanghai kehilangan 0,99%, namun Shenzhen ditutup lebih tinggi 0,16%.
Pasar China merugi karena turunnya data PMI manufaktur, yang salah satunya dipengaruhi libur Imlek, karena pabrik tutup selama musim perayaan berlangsung. Namun, ekonom senior di China Capital Economics, Julian Evans-Pritchard menyebut penurunan ini sebagai sesuatu yang terukur dan jelas.
Sepanjang Rabu (28/2/2018), IHSG diperdagangkan dengan kisaran 6.564,48-6.609,40. Meski tujuh sektor saham utama positif, bahkan perkebunan menguat 2,17%, tidak cukup untuk mendorong indeks ke zona hijau.
Dari 508 saham yang diperdagangkan, 209 melemah, 126 stagnan, dan 173 menguat. Nilai transaksi saham mencapai Rp13,05 triliun dari 18,31 miliar lembar saham. Transaksi bersih asing minus Rp833,40 miliar, dengan aksi jual asing Rp7,89 triliun dan aksi beli asing Rp7,06 triliun.
Bursa saham dalam negeri dan Asia melemah sepanjang Rabu ini, karena pernyataan Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell. Bos bank sentral AS yang baru itu mengatakan ekonomi AS telah membaik semenjak pertemuan Desember, beberapa data membuatnya semakin yakin bahwa inflasi sedang bergerak menuju target dan ada kemungkinan The Fed lebih agresif menaikkan suku bunga acuan.
Pasar Asia pun ditutup melemah pada Rabu ini, ditambah data PMI manufaktur China bulan Februari di bawah ekspektasi. Indeks Manajer Pembelian manufaktur di China pada Februari mencapai 50,3, di bawah perkiraan 51,2 oleh Reuters. Dan angka tersebut melemah dibanding pencapaian Januari yaitu 51,3.
Melansir CNBC, indeks Nikkei 225 Jepang turun 321,62 poin atau 1,44% menjadi 22.068,24, disebabkan penurunan tajam sektor industri pada bulan Januari sebesar 6,6%. Selain itu, saham teknologi, otomotif, dan keuangan diperdagangkan di wilayah negatif, SoftBank Group turun 2,39%, Honda Motor jatuh 2,19%, dan Fast Retailing kehilangan 2,52%.
Kospi Korea Selatan turun 1,17% ditutup menjadi 2.427,36. Saham Samsung Electronics, yang diperdagangkan melemah 0,68%, begitu pula saham teknologi lainnya mencatat penurunan. Saham otomotif dan manufaktur kebanyakan berakhir lebih rendah.
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 selesai lebih rendah 0,68% menjadi 6.016, di mana hanya tiga dari 12 sektor utama yang ditutup di wilayah positif. Saham produsen emas dan telekomunikasi anjlok, dan sektor keuangan tergelincir 0,55%. Saham pertambangan Rio Tinto dan BHP, masing-masing turun 0,55% dan 1,96%.
Adapun pasar China memperpanjang kerugian, dengan Hang Seng Hong Kong turun 423,94 poin atau 1,36%, ditutup pada 30.844,72. Saham keuangan China Construction Bank dan HSBC turun 2,74% dan 0,76%. Saham raksasa teknologi Tencent juga turun 3,09%. Shanghai kehilangan 0,99%, namun Shenzhen ditutup lebih tinggi 0,16%.
Pasar China merugi karena turunnya data PMI manufaktur, yang salah satunya dipengaruhi libur Imlek, karena pabrik tutup selama musim perayaan berlangsung. Namun, ekonom senior di China Capital Economics, Julian Evans-Pritchard menyebut penurunan ini sebagai sesuatu yang terukur dan jelas.
(ven)