Kesuksesan BAE Systems Ditopang Penyandang Disabilitas

Jum'at, 02 Maret 2018 - 16:30 WIB
Kesuksesan BAE Systems...
Kesuksesan BAE Systems Ditopang Penyandang Disabilitas
A A A
BAE Systems plc, dalam hal ini BAE Systems Australia, telah mempekerjakan dua orang berkebutuhan khusus di fasilitas mereka di Edinburgh Park, Adelaide, seusai menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Disability Works Australia (DWA). John Hosking dan Alex Azecedo menjadi bagian dari tim configuration controllers.

Keberadaan Hosking dan Azecedo di BAE Systems Australia menunjukkan orang berkebutuhan khusus juga memiliki kemampuan dan kualifikasi mumpuni. Manajer Komunikasi dan Pemasaran BAE Systems Jim Parkes memuji, mendukung, dan mendorong orang berkebutuhan khusus yang memiliki skill dan tekad yang sangat kuat. "Sebagai pegawai, kami menyambut baik kesempatan untuk mempekerjakan anggota DWA yang memenuhi kualifikasi," ujar Jim dilansir dwa.org.au.

Hosking mengalami cacat fisik dan mental. Adapun Azecedo sudah 20 tahun harus duduk di kursi roda. Keduanya dibantu DWA menjalani berbagai tahapan tes masuk BAE Systems. Hosking yang merupakan mantan polisi dan teknisi naval aircraft mengatakan bahwa BAE Systems merupakan perusahaan yang sangat mendukung. "Anggota keselamatan dan P3K BAE Systems mendekati saya ketika saya pertama kali bekerja. Dia mencari tahu dukungan apa yang saya perlukan dalam menjalankan tugas," terang Hosking.

Pegawai dengan kekurangan fisik tidak hanya terdapat di BAE Systems Australia, tapi cabang BAE Systems yang lain. BAE Systems bahkan membentuk kelompok karyawan ABLE (Abilities Beyond Limits and Expectation/Kemampuan di Luar Batas dan Eks pektasi). Grup ini fokus dalam berbagi informasi dan mengadakan sesi edukasi.

Ally Chisenhall yang didiagnosis Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) sejak kecil, juga sukses masuk BAE Systems. Semangatnya untuk mengejar mimpi sangat tinggi. Setelah berjuang keras lulus dengan gelar sarjana kimia dan teknik biomedis dari Universitas John Hopkins, Ally kian optimistis dalam menatap masa depan. "Sebagai orang berkebutuhan khusus, saya banyak menghabiskan waktu hidup saya untuk membuktikan saya tidak putus asa. Sebaliknya, saya harus bisa bangga terhadap diri saya. Kami berjuang untuk hidup bahagia, mandiri, dan percaya diri," kata Ally.

Di BAE Systems, Ally bertugas di bagian Chemical Process Engineer (teknisi kimia). Sama seperti Ally, Mark Yateman juga tidak menyangka dapat masuk barisan pegawai BAE Systems. Pengidap stroke (bagian kiri) itu bertanggung jawab sebagai senior manufacturing engineer (teknisi manufaktur senior). Dia bekerja di BAE Systems lebih dari 36 tahun dan selalu mencoba menginspirasi teman-teman senasibnya.

Pengidap hearing impairment, Joanna Kopinetz, juga memegang peran an penting di BAE Systems. Lulusan teknik mesin dari Capitol College itu bekerja sebagai technical writer/editor sejak 2014. Dia lahir di Polandia dan memasuki AS sebagai pencari suaka. Dia dan keluarganya kini tinggal di Maryland.

"Ketika orang-orang tahu saya disabilitas, banyak yang terkejut. Mereka tidak yakin bagaimana caranya berinteraksi dengan saya dan berasumsi harus menguasai bahasa isyarat. Bukan seperti itu. Hanya karena disabilitas, tidak berarti tidak dapat didekati. Kami sadar kami disabilitas, tapi hal itu tidak berarti kami terbatas," katanya.

Hearing impairment merupakan ketidak mampuan mendeteksi suara, tapi biasanya sebagian. Dua atau tiga dari setiap 1.000 anak di AS juga menderita hal itu, baik di kedua telinga atau di salah satunya. Hearing impairment masuk kategori tunanetra, tapi tidak sama. Kondisinya mirip dengan pendengaran orang berusia 75 tahun.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0940 seconds (0.1#10.140)