Geser Bitung, Ekspor Melalui Pelabuhan Amurang Makin Meningkat
A
A
A
MANADO - Kegiatan ekspor saat ini tak hanya didominasi pelabuhan Bitung yang selama ini menjadi sentra ekspor ke beberapa negara. Pasalnya pelabuhan Amurang telah menggeser beberapa aktivitas kegiatan tersebut.
Selang Januari 2018, sebagai pelabuhan laut terbesar di Sulut, lebih dari separuh barang ekspor dikirim melalui Pelabuhan Bitung, namun kenaikan nilai ekspornya secara m-to-m lebih rendah bila dibandingkan dengan kenaikan nilai ekspor barang melalui Pelabuhan Amurang.
Menurut penjelasan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara, Moh Edy Mahmud, hal ini disebabkan karena beberapa perusahaan industri pengolahan kelapa di Minahasa Selatan dapat langsung mengirimkan produknya melalui pelabuhan di Amurang, tanpa harus melalui Pelabuhan Bitung.
Terang Edy, kenaikan nilai ekspor nonmigas pada Januari 2018, baik secara m-to-m maupun y-on-y melalui pelabuhan-pelabuhan di Sulut, didorong oleh peningkatan nilai ekspor lemak dan minyak hewani/nabati yang hanya dikirim melalui Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Amurang.
"Sebagian besar komoditas ekspor nonmigas dikirim melalui beberapa pelabuhan di Sulut, meskipun ada juga yang dikirim melalui pelabuhan di provinsi lain, seperti ikan dan udang yang paling banyak dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Priok," jelasnya.
BPS mencatat, struktur nilai ekspor nonmigas Sulut menurut pelabuhan muat, pada Januari 2018 yang terbesar melalui pelabuhan Bitung 58,31%, kemudia disusul pelabuhan Amurang 21,37%, pelabuhan Tanjung Priok 15,54%, pelabuhan Tanjung Perak 2,81% serta Bandara Soekarno-Hatta 1,12%.
"Nilai ekspor nonmigas Sulawesi Utara pada Januari 2018 naik hampir dua kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017. Mudah-mudahan selama tahun ini mampu memberikan devisa yang cukup tinggi dibandingkan tahun lalu," ujarnya.
Akhir tahun lalu, untuk mendongkrak kegiatan ekspor dari Sulut, Gubernur Olly Dondokambey menyampaikan perkembangan positif pembangunan Sulut termasuk aktivitas ekspor-impor di Pelabuhan Internasional Bitung di hadapan masyarakat Sulut yang berada di Amerika Serikat.
Dia berharap seluruh warga Sulut mendukung sekaligus memanfaatkan setiap kebijakan dan kesempatan baik tersebut. "Ada banyak perkembangan baru di Sulawesi Utara saat ini. Misalnya, Pelabuhan Bitung sekarang sudah menjadi pelabuhan internasional sehingga segala barang boleh masuk ke Sulut," kata Olly.
Sebagai informasi, dulunya aktivitas ekspor impor di Pelabuhan Bitung hanya dibatasi pada tiga produk saja, yaitu pakaian, barang elektronik dan hasil pertanian terbatas. Saat ini, pemerintah pusat memberikan ruang Pelabuhan Bitung sudah terbuka untuk aktivitas ekspor-impor lainnya, seperti produk alas kaki, mainan anak-anak, kosmetik, obat tradisional dan keperluan lainnya.
Selang Januari 2018, sebagai pelabuhan laut terbesar di Sulut, lebih dari separuh barang ekspor dikirim melalui Pelabuhan Bitung, namun kenaikan nilai ekspornya secara m-to-m lebih rendah bila dibandingkan dengan kenaikan nilai ekspor barang melalui Pelabuhan Amurang.
Menurut penjelasan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara, Moh Edy Mahmud, hal ini disebabkan karena beberapa perusahaan industri pengolahan kelapa di Minahasa Selatan dapat langsung mengirimkan produknya melalui pelabuhan di Amurang, tanpa harus melalui Pelabuhan Bitung.
Terang Edy, kenaikan nilai ekspor nonmigas pada Januari 2018, baik secara m-to-m maupun y-on-y melalui pelabuhan-pelabuhan di Sulut, didorong oleh peningkatan nilai ekspor lemak dan minyak hewani/nabati yang hanya dikirim melalui Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Amurang.
"Sebagian besar komoditas ekspor nonmigas dikirim melalui beberapa pelabuhan di Sulut, meskipun ada juga yang dikirim melalui pelabuhan di provinsi lain, seperti ikan dan udang yang paling banyak dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Priok," jelasnya.
BPS mencatat, struktur nilai ekspor nonmigas Sulut menurut pelabuhan muat, pada Januari 2018 yang terbesar melalui pelabuhan Bitung 58,31%, kemudia disusul pelabuhan Amurang 21,37%, pelabuhan Tanjung Priok 15,54%, pelabuhan Tanjung Perak 2,81% serta Bandara Soekarno-Hatta 1,12%.
"Nilai ekspor nonmigas Sulawesi Utara pada Januari 2018 naik hampir dua kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017. Mudah-mudahan selama tahun ini mampu memberikan devisa yang cukup tinggi dibandingkan tahun lalu," ujarnya.
Akhir tahun lalu, untuk mendongkrak kegiatan ekspor dari Sulut, Gubernur Olly Dondokambey menyampaikan perkembangan positif pembangunan Sulut termasuk aktivitas ekspor-impor di Pelabuhan Internasional Bitung di hadapan masyarakat Sulut yang berada di Amerika Serikat.
Dia berharap seluruh warga Sulut mendukung sekaligus memanfaatkan setiap kebijakan dan kesempatan baik tersebut. "Ada banyak perkembangan baru di Sulawesi Utara saat ini. Misalnya, Pelabuhan Bitung sekarang sudah menjadi pelabuhan internasional sehingga segala barang boleh masuk ke Sulut," kata Olly.
Sebagai informasi, dulunya aktivitas ekspor impor di Pelabuhan Bitung hanya dibatasi pada tiga produk saja, yaitu pakaian, barang elektronik dan hasil pertanian terbatas. Saat ini, pemerintah pusat memberikan ruang Pelabuhan Bitung sudah terbuka untuk aktivitas ekspor-impor lainnya, seperti produk alas kaki, mainan anak-anak, kosmetik, obat tradisional dan keperluan lainnya.
(akr)