Konglomerat Legendaris nan Sederhana, Li Ka-Shing Mundur dari Bisnis

Jum'at, 16 Maret 2018 - 17:27 WIB
Konglomerat Legendaris...
Konglomerat Legendaris nan Sederhana, Li Ka-Shing Mundur dari Bisnis
A A A
HONG KONG - Konglomerat terkemuka Asia, Li Ka-Shing, 89, pada Jumat (16/3/2018) mengumumkan pengunduran dirinya dari kerajaan bisnis yang telah ia bangun selama hampir 70 tahun.

Melansir dari CNBC, Li secara resmi akan turun sebagai Ketua Hong Kong CK Hutchison dan raksasa properti CK Asset setelah rapat umum tahunan pada 10 Mei mendatang. Setelah mengundurkan diri, Li memutuskan menjadi penasihat senior di perusahaan tersebut.

"Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada para pemegang saham atas kepercayaan dan dukungan mereka yang terus menerus di tahun-tahun sebelumnya," kata Li dalam konferensi pers di Hong Kong.

Li selanjutnya akan digantikan putra sulungnya, Victor Li, 53, yang saat ini memegang jabatan Wakil Ketua CK Hutchison dan CK Asset. Kabar pengunduran Li sejatinya telah ramai dihembuskan media massa sejak awal tahun lalu. Ketika itu, Wall Street Journal mencermati laporan pendapatan perusahaan yang dirilis pada hari yang sama untuk pertama kalinya.

Pengumuman pengunduran diri Li menandai akhir sebuah karir berliku dari orang terkaya di Hong Kong dan Asia yang menguasai bisnis telekomunikasi, properti, pelabuhan, dan ritel. Bisnisnya menjangkau lebih dari 50 negara dan mempekerjakan 300 ribu tenaga kerja di seluruh dunia.

Reuters menaksir dua perusahaan Li memiliki kapitalisasi pasar lebih dari USD80 miliar. Bila dikonversi ke rupiah setara Rp1.099 triliun dengan kurs Rp13.738 per USD.

Adapun majalah Forbes memperkirakan kekayaan bersih Li Ka-Shing mencapai USD35,3 miliar atau setara Rp484,98 triliun, menjadikannya orang terkaya di Hong Kong dan peringkat 23 orang paling kaya di dunia.

Kisah-kisah Li sama seperti lazimnya kisah pengusaha generasi awal, yaitu membangun dari nol. Lahir pada 1928 di Provinsi Guangdong, China, keluarga Li pindah ke Hong Kong pada tahun 1940 saat berkecamuk perang Sino-Jepang kedua. Li terpaksa meninggalkan sekolah di usia 15 tahun karena ayahnya meninggal dunia. Ia lalu menjadi buruh pabrik plastik, pengalaman yang membentuk Li menjadi pebisnis kelas dunia.

"pengalaman paling tidak terlupakan dalam hidup saya adalah menyaksikan penderitaan ayah saya dan akhirnya meninggal karena TBC," kata Li dalam sebuah wawancara dengan Forbes tahun 2010.

"Beban kemiskinan dan rasa pahit dari ketidakberdayaan memberi pertanyaan pada diri saya, apa mungkin untuk mengubah takdir?," lanjut sang taipan ke majalah tersebut. Hal ini memacu diri Li untuk keluar dari kemiskinan melalui perencanaan yang teliti.

Matang sebagai buruh pabrik plastik, Li kemudian memulai usaha plastiknya sendiri pada 1950 dengan nama Cheung Kong Industries. Nama "Cheung Kong" terinspirasi dari Sungai Yangtze di China, di mana aliran sungai tersebut tidak terhitung jumlahnya dan akhirnya saling bertemu. Ini mencerminkan kepercayaan diri sebagai pengusaha terhadap sinergi dan gabungan kekuatan usaha.

Pada 1972, perusahaan Li mendaftarkan diri di bursa Hong Kong, kemudian menggurita menjadi kekaisaran bisnis yang mencakup lebih dari 50 negara dengan 300 ribu karyawan di berbagai bidang, termasuk real estat, telekomunikasi, pelabuhan, perkapalan, dan ritel.

Li mengendalikan salah satu operator terminal peti kemas terbesar di dunia, Pelabuhan Hutchison dan ritel kesehatan dan kecantikan terbesar di Asia, Watsons. Semua bisnis Li dikonsolidasikan menjadi dua perusahaan besar pada 2015: CK Hutchison untuk usaha non-properti dan CK Asset Holdings untuk usaha properti.

Seperti halnya miliarder asal Amerika Serikat, Warren Buffett, sosok Li Ka-Shing juga dikenal sebagai pengusaha yang sederhana. Li selalu tampil dengan pakaian yang sederhana tidak glamour. Begitu pula dengan arloji yang biasa dia gunakan, yaitu merek Seiko dengan harga USD50 atau sekitar Rp687.000. Jam tangan ini telah ia pakai selama beberapa dekade. Padahal pengusaha seperti dirinya bisa saja membeli Rolex, Panerais atau Patek Phillippe.

Belakangan ia mengganti jam tangan Seiko-nya dengan Citizen Eco-Drive bertenaga surya alias tanpa baterai seharga USD400 alias Rp5,5 juta. Mengenai jam tangan ini, ia berujar "Jam tangan mahal tetap saja tidak bisa mengubah waktu. Dengan jam tangan ini, saya tidak perlu berhati-hati seperti memakai jam tangan ratusan juta," katanya kepada Bloomberg pada 2016.

Seperti halnya Buffett, Li adalah seorang filantropis. Yayasan Li Ka-Shing yang ia dirikan pada 1980, telah memberi hibah dan beasiswa untuk bidang pendidikan, perawatan kesehatan, dan kemanusiaan. Ia berjanji di masa akhirnya untuk memberi sepertiga dari kekayaannya untuk tujuan amal. Kisah pengunduran diri laksana sebuah bab dari "buku" bernama konglomerat terbesar dan paling sukses di Hong Kong.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1098 seconds (0.1#10.140)