Proyek BIJB Dikupas Tuntas dalam Event Penerbangan di Swedia
A
A
A
BANDUNG - Pelaksanaam pembangunan Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, dikupas tuntas dalam Passenger Terminal Expo and Conference 2018 di Stockholm, Swedia.
Dalam event kebandarudaraan yang paling dihormati di dunia itu, PT BIJB sebagai pelaksana proyek Bandara Kertajati mengirimkan delegasinya, Annisa Pangestuti yang menjabat Kepala Departemen Manajemen dan Evaluasi Proyek PT BIJB untuk mengupas tuntas proyek senilai Rp2,6triliun tersebut.
Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas Ekaputra mengatakan, keikutsertaan PT BIJB dalam event internasional yang digelar 20-22 Maret 2018 itu merupakan kesempatan luar biasa untuk melihat dan belajar tentang berbagai inovasi dan pengetahuan yang beragam di dunia penerbangan.
"Ini menarik karena seluruh peserta berkumpul mengatasi masalah bersama, mendiskusikan solusi, dan bertukar ide untuk pengembangan bandarudara di masa depan. Dan hebatnya lagi, Bandara Kertajati bisa diapresiasi di sana," ungkap Virda di Bandung, Minggu (25/3).
Diketahui, Passenger Terminal Expo and Conference 2018 adalah event penerbangan terbesar di dunia. Para pesertanya bukan hanya pengelola bandara, melainkan juga otoritas penerbangan, maskapai, pemerintahan, eksekutif bisnis, dan lainnya. Selain konferensi, event juga menghadirkan pameran yang menampilkan beberapa produk dan layanan serta inovasi dan solusi paling mutakhir tentang keselamatan penumpang untuk bandara di seluruh dunia.
Virda menambahkan, dalam event tersebut, delegasi PT BIJB memaparkan pembangunan Bandara Kertajati yang menggunakan skema kemitraan pemerintah dan swasta (KPS) kepada sekitar 7.000 peserta dari 100 negara yang hadir. Skema ini disebut merupakan yang pertama di Indonesia dalam pembangunan sebuah bandara. "Ini adalah sebuah kehormatan dimana kami bisa memaparkan langsung proyek Bandara Kertajati pada banyak narasumber yang hadir dari sejumlah negara," katanya.
Sambung dia menjelaskan, keikutsertaan PT BIJB sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jabar dalam acara tersebut bertujuan untuk menyampaikan best practice pembangunan dan pembiayaan yang melibatkan beberapa unsur. Dikatakan Virda, upaya Pemprov Jabar untuk menghadirkan bandara bisa diwujudkan karena PT BIJB mampu menggaet sumber dana, baik investor langsung maupun perbankan.
"Kita ketahui pembangunan ini bisa melibatkan unsur pemerintah pusat untuk sisi udara dan pemerintah daerah, lalu BUMD, BUMN swasta baik untuk konstruksi dan pembiayaan, lalu ada perbankan juga," paparnya.
Keterlibatan beberapa unsur tersebut, kata Virda, bisa dilihat dari pembagian pembiayaan pembangunan sisi darat proyek Bandara Kertajati. Pemegang saham langsung mayoritas tetap dimiliki Pemprov Jabar dan PT Jasa Sarana dengan porsi hampir Rp1 triliun, sedangkan yang lainnya melalui skema langsung, yakni masuknya investasi dari PT Angkasa Pura II (Persero).
Guna menutupi kekurangan pendanaan, diterbitkan skema lainnya, yakni loan dan ekuitas. Loan diterbitkan dari Sindikasi Perbankan Syariah sekitar Rp906 miliar dari tujuh bank syariah, yakni Bank Jateng Syariah, Bank Sumut Syariah, Bank Kalbar Syariah, Bank Sulbar Syariah, Bank Jambi Syariah, dan Bank Kalsel Syariah.
Sisanya, PT BIJB menerbitkan produk berbasis ekuitas, yakni reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) yang sudah disahkan Otoritas Jasa Keungan (OJK). "Skema pembiayaan dan konstruksi inilah yang kemudian mendapatkan apresiasi sehingga PT BIJB berkesempatan turut bagian dalam konferensi prestis di Swedia tersebut," pungkas Virda.
Dalam event kebandarudaraan yang paling dihormati di dunia itu, PT BIJB sebagai pelaksana proyek Bandara Kertajati mengirimkan delegasinya, Annisa Pangestuti yang menjabat Kepala Departemen Manajemen dan Evaluasi Proyek PT BIJB untuk mengupas tuntas proyek senilai Rp2,6triliun tersebut.
Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas Ekaputra mengatakan, keikutsertaan PT BIJB dalam event internasional yang digelar 20-22 Maret 2018 itu merupakan kesempatan luar biasa untuk melihat dan belajar tentang berbagai inovasi dan pengetahuan yang beragam di dunia penerbangan.
"Ini menarik karena seluruh peserta berkumpul mengatasi masalah bersama, mendiskusikan solusi, dan bertukar ide untuk pengembangan bandarudara di masa depan. Dan hebatnya lagi, Bandara Kertajati bisa diapresiasi di sana," ungkap Virda di Bandung, Minggu (25/3).
Diketahui, Passenger Terminal Expo and Conference 2018 adalah event penerbangan terbesar di dunia. Para pesertanya bukan hanya pengelola bandara, melainkan juga otoritas penerbangan, maskapai, pemerintahan, eksekutif bisnis, dan lainnya. Selain konferensi, event juga menghadirkan pameran yang menampilkan beberapa produk dan layanan serta inovasi dan solusi paling mutakhir tentang keselamatan penumpang untuk bandara di seluruh dunia.
Virda menambahkan, dalam event tersebut, delegasi PT BIJB memaparkan pembangunan Bandara Kertajati yang menggunakan skema kemitraan pemerintah dan swasta (KPS) kepada sekitar 7.000 peserta dari 100 negara yang hadir. Skema ini disebut merupakan yang pertama di Indonesia dalam pembangunan sebuah bandara. "Ini adalah sebuah kehormatan dimana kami bisa memaparkan langsung proyek Bandara Kertajati pada banyak narasumber yang hadir dari sejumlah negara," katanya.
Sambung dia menjelaskan, keikutsertaan PT BIJB sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jabar dalam acara tersebut bertujuan untuk menyampaikan best practice pembangunan dan pembiayaan yang melibatkan beberapa unsur. Dikatakan Virda, upaya Pemprov Jabar untuk menghadirkan bandara bisa diwujudkan karena PT BIJB mampu menggaet sumber dana, baik investor langsung maupun perbankan.
"Kita ketahui pembangunan ini bisa melibatkan unsur pemerintah pusat untuk sisi udara dan pemerintah daerah, lalu BUMD, BUMN swasta baik untuk konstruksi dan pembiayaan, lalu ada perbankan juga," paparnya.
Keterlibatan beberapa unsur tersebut, kata Virda, bisa dilihat dari pembagian pembiayaan pembangunan sisi darat proyek Bandara Kertajati. Pemegang saham langsung mayoritas tetap dimiliki Pemprov Jabar dan PT Jasa Sarana dengan porsi hampir Rp1 triliun, sedangkan yang lainnya melalui skema langsung, yakni masuknya investasi dari PT Angkasa Pura II (Persero).
Guna menutupi kekurangan pendanaan, diterbitkan skema lainnya, yakni loan dan ekuitas. Loan diterbitkan dari Sindikasi Perbankan Syariah sekitar Rp906 miliar dari tujuh bank syariah, yakni Bank Jateng Syariah, Bank Sumut Syariah, Bank Kalbar Syariah, Bank Sulbar Syariah, Bank Jambi Syariah, dan Bank Kalsel Syariah.
Sisanya, PT BIJB menerbitkan produk berbasis ekuitas, yakni reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) yang sudah disahkan Otoritas Jasa Keungan (OJK). "Skema pembiayaan dan konstruksi inilah yang kemudian mendapatkan apresiasi sehingga PT BIJB berkesempatan turut bagian dalam konferensi prestis di Swedia tersebut," pungkas Virda.
(akr)