KKP Kembangkan Keramba Jaring Apung Lepas Pantai di 3 Lokasi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya tengah membangun keramba jaring apung (KJA) lepas pantai (KJA offshore) di tiga lokasi yaitu Kabupaten Pangandaran Jawa Barat, Kota Sabang Aceh dan Karimun Jawa di Jepara Jawa Tengah.
Di tiap lokasi dibangun delapan unit KJA dengan diameter 25,5 meter dan kedalaman 15 meter lengkap dengan kapal kerja, kapal operasional dan feedbarge yang berfungsi sebagai pusat kontrol kegiatan di KJA mulai dari penebaran benih, pakan, komunikasi, akomodasi, gudang pakan hingga pembangkit listrik.
Tiap keramba ditebar bibit ikan kakap putih atau Barramundi sebanyak 120.000-150.000 ekor sehingga diproyeksikan mampu panen 118 ton atau tiap lokasi mampu panen 945 ton sehingga keseluruhan dari tiga lokasi setidaknya 2.835 ton ikan dipanen dengan masa pemeliharaan minimal delapan bulan utk mendapat ukuran 600 gram. Nilai ekonomi yang mampu diraup yaitu Rp181 miliar.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menjelaskan bahwa melalui KJA offshore ini setidaknya mampu menyerap 1.450 orang tenaga kerja mulai dari proses pembangunan hingga pengolahan dan pemasaran.
"Pilot project bisnis budidaya kakap ini harus sukses, dan semua elemen masyarakat baik dari BUMN, Koperasi serta semua komponen masyarakat harus terlibat untuk menyukseskan kegiatan ekonomi ini," ujarnya melalui pers rilis di Jakarta, Minggu (1/4/2018).
Dia menuturkan, pengelolaan unit ini di masa awal akan dilakukan oleh dengan lima tenaga ahli dan terampil dari Balai Budidaya KKP. Ke depannya akan dikerjasamakan dengan KUD dan BUMN yang ada di Pangandaran dengan pemberdayaan masyarakat setempat.
"Saat ini di Pangandaran kami juga menyiapkan pendederan kakap putih di tambak Desa Margacinta Cijulang yang diharapkan dalam waktu empat bulan sudah bisa mencapai 100 gram. Ke depannya ini bisa jadi contoh dan tempat berlatih bagi masyarakat sekitar lokasi KJA dan investor nasional maupun internasional," imbuh dia.
Kakap putih dipilih karena teknologinya sudah dikuasai mulai dari pembenihan, pendederan hingga pembesarannya. Adapun pemasaran lebih terbuka ke Amerika, Eropa, Jepang, China dan negara lainnya serta dapat diolah berbagai macam makanan.
"Nanti minggu ke-3 April benih disebar. Sebab, progres yang paling maju baru di Pangandaran yang sudah mencapai 97% tinggal pasang jaring, semua sudah lengkap. Ini akan menjadi yang pertama di Indonesia," paparnya.
Sementara itu, untuk pabrik pakan ikan akan dibangun di lahan seluas 5.000 meter persegi, lokasinya berada di samping Poltek KP. Pabrik ini akan mampu memproduksi 1 ton pakan per jam. Selain untuk mendukung KJA offshore juga dapat dimanfaatkan bagi kegiatan budidaya lainnya. Sedangkan bahan bakunya sebagian dari tepung ikan lokal dan bahan baku lain yang tersedia di sekitar Pangandaran.
"Tepung ikan mayoritas bahan bakunya impor, namun kita akan diversifikasi dengan byproduct pabrik pengolahan ikan seperti tepung udang, tepung patin, tepung tuna dan lainnya. Ke depan sumber protein akan didiversifikasi agar tidak 100% bahan tepung ikan, akan tetapi menggunakan biji-bijian, fermentasi bungkil kelapa dan kelapa sawit, bekatul, tapioka, yang banyak tersedia," jelas Slamet.
Lebih lanjut Slamet menjelaskan tentang pembangunan embung yang akan menjadi pusat rekreasi baru Pangandaran yang juga berfungsi sebagai solusi banjir dan tsunami serta kegiatan culture based fisheries (CBF) di lahan seluas 5 hektare dan akan mulai dikerjakan awal April 2018. "Nanti di embung ini juga akan dibangun tempat jogging track, gazebo, pembenihan mini untuk ikan lokal maupun pemancingan. Kita kerjasama dengan BUMN, Koperasi. Pemanfaatannya pun diatur, misal ukuran dan waktu panen ikan," ujarnya.
Terkait anggaran Slamet menyampaikan bahwa untuk KJA sebesar Rp44 miliar, pabrik pakan Rp26 miliar, dan pembangunan embung Rp12 miliar.
Di tiap lokasi dibangun delapan unit KJA dengan diameter 25,5 meter dan kedalaman 15 meter lengkap dengan kapal kerja, kapal operasional dan feedbarge yang berfungsi sebagai pusat kontrol kegiatan di KJA mulai dari penebaran benih, pakan, komunikasi, akomodasi, gudang pakan hingga pembangkit listrik.
Tiap keramba ditebar bibit ikan kakap putih atau Barramundi sebanyak 120.000-150.000 ekor sehingga diproyeksikan mampu panen 118 ton atau tiap lokasi mampu panen 945 ton sehingga keseluruhan dari tiga lokasi setidaknya 2.835 ton ikan dipanen dengan masa pemeliharaan minimal delapan bulan utk mendapat ukuran 600 gram. Nilai ekonomi yang mampu diraup yaitu Rp181 miliar.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menjelaskan bahwa melalui KJA offshore ini setidaknya mampu menyerap 1.450 orang tenaga kerja mulai dari proses pembangunan hingga pengolahan dan pemasaran.
"Pilot project bisnis budidaya kakap ini harus sukses, dan semua elemen masyarakat baik dari BUMN, Koperasi serta semua komponen masyarakat harus terlibat untuk menyukseskan kegiatan ekonomi ini," ujarnya melalui pers rilis di Jakarta, Minggu (1/4/2018).
Dia menuturkan, pengelolaan unit ini di masa awal akan dilakukan oleh dengan lima tenaga ahli dan terampil dari Balai Budidaya KKP. Ke depannya akan dikerjasamakan dengan KUD dan BUMN yang ada di Pangandaran dengan pemberdayaan masyarakat setempat.
"Saat ini di Pangandaran kami juga menyiapkan pendederan kakap putih di tambak Desa Margacinta Cijulang yang diharapkan dalam waktu empat bulan sudah bisa mencapai 100 gram. Ke depannya ini bisa jadi contoh dan tempat berlatih bagi masyarakat sekitar lokasi KJA dan investor nasional maupun internasional," imbuh dia.
Kakap putih dipilih karena teknologinya sudah dikuasai mulai dari pembenihan, pendederan hingga pembesarannya. Adapun pemasaran lebih terbuka ke Amerika, Eropa, Jepang, China dan negara lainnya serta dapat diolah berbagai macam makanan.
"Nanti minggu ke-3 April benih disebar. Sebab, progres yang paling maju baru di Pangandaran yang sudah mencapai 97% tinggal pasang jaring, semua sudah lengkap. Ini akan menjadi yang pertama di Indonesia," paparnya.
Sementara itu, untuk pabrik pakan ikan akan dibangun di lahan seluas 5.000 meter persegi, lokasinya berada di samping Poltek KP. Pabrik ini akan mampu memproduksi 1 ton pakan per jam. Selain untuk mendukung KJA offshore juga dapat dimanfaatkan bagi kegiatan budidaya lainnya. Sedangkan bahan bakunya sebagian dari tepung ikan lokal dan bahan baku lain yang tersedia di sekitar Pangandaran.
"Tepung ikan mayoritas bahan bakunya impor, namun kita akan diversifikasi dengan byproduct pabrik pengolahan ikan seperti tepung udang, tepung patin, tepung tuna dan lainnya. Ke depan sumber protein akan didiversifikasi agar tidak 100% bahan tepung ikan, akan tetapi menggunakan biji-bijian, fermentasi bungkil kelapa dan kelapa sawit, bekatul, tapioka, yang banyak tersedia," jelas Slamet.
Lebih lanjut Slamet menjelaskan tentang pembangunan embung yang akan menjadi pusat rekreasi baru Pangandaran yang juga berfungsi sebagai solusi banjir dan tsunami serta kegiatan culture based fisheries (CBF) di lahan seluas 5 hektare dan akan mulai dikerjakan awal April 2018. "Nanti di embung ini juga akan dibangun tempat jogging track, gazebo, pembenihan mini untuk ikan lokal maupun pemancingan. Kita kerjasama dengan BUMN, Koperasi. Pemanfaatannya pun diatur, misal ukuran dan waktu panen ikan," ujarnya.
Terkait anggaran Slamet menyampaikan bahwa untuk KJA sebesar Rp44 miliar, pabrik pakan Rp26 miliar, dan pembangunan embung Rp12 miliar.
(fjo)